April’s Holidays

000adafafag

Dedicated to my birthday boy, Oh Sehun.

**

“Aku yakin kau sudah benar-benar gila, Oh Sehun.” Surin berdecak kesal seraya mempererat genggamannya pada sabuk pengamannya ketika Sehun menginjak pedal gas mobil itu lebih dalam, menambah kecepatan mobil sedan tersebut. Surin benar-benar tidak paham apa yang kini ada dipikiran laki-laki berkulit putih dan bertubuh tinggi itu membuat Surin ingin sekali menendangnya ke saturnus kalau saja ia tidak ingat laki-laki itulah yang selama ini menempati tempat pertama dihati dan pikirannya.

“Memangnya aku seperti ini karena siapa?” Sehun berujar tanpa memandang Surin yang kini hanya menatapnya dengan tidak percaya. “Apa aku tidak salah dengar? Kau baru saja menyalahkanku? Memangnya siapa yang tiba-tiba datang ke apartmentku tepat pukul satu pagi dan menyeretku ke dalam mobil ini saat aku sedang enak-enaknya tidur? Kau sadar tidak kau baru saja seakan menculikku?!” Surin merasa emosinya naik sampai ke ubun-ubun ketika mendengar ucapan Sehun barusan.

Baiklah, katakan Surin berlebihan. Tapi, siapa yang tidak akan kesal jika seseorang datang ke rumahmu pukul satu pagi, membangunkanmu yang tengah asik tertidur dan langsung menyeretmu ke mobilnya bahkan tanpa menunggumu untuk mengumpulkan nyawa terlebih dahulu. Lalu beberapa detik yang lalu, sang penculik baru saja menyalahkanmu atas kesalahan yang tidak kau ketahui. Kali ini, apa Surin masih berlebihan?

Surin menatap laki-laki berambut hitam pekat itu dengan geram, lalu hanya dapat menghela napasnya pelan. Amarahnya lenyap begitu saja ketika menyadari Sehun merubah gaya rambutnya dengan membiarkan poni hitam pekat miliknya itu menutupi dahinya, membuatnya terlihat semakin tampan sekaligus lucu di waktu yang bersamaan. Surin rasa ia juga sudah mulai gila karena laki-laki bernama Oh Sehun yang kini tampak tenang sambil terus fokus pada jalanan di depannya itu. Bagaimana bisa amarah yang beberapa menit lalu meluap-luap itu kini reda begitu saja hanya karena rambut laki-laki itu?

Sehun melirik Surin yang langsung mengalihkan pandangannya pada jendela mobil yang ada di sampingnya. “Sebulan ini kau benar-benar seakan tidak ada waktu untukku. Kau bahkan tidak menghampiriku di kampus saat jam makan siang. Lalu, saat aku berusaha mengajakmu pulang bersama, kau selalu sibuk dengan rapat ini dan itu. Memangnya hanya urusan organisasi kampus saja yang penting bagimu? Lalu, aku bagaimana?”

Surin terdiam sementara Sehun hanya menghela napas. Ia menghentikan mobilnya tepat di depan lapangan basket yang terletak di sekitar daerah Sungai Han. Surin memandangi punggung Sehun yang kini sudah mendahuluinya keluar dari mobil. Laki-laki itu mengambil bola basket di bagasi belakang mobil, lalu segera berlari kecil menuju lapangan basket tersebut.

Surin masih mematung sambil memandangi Sehun yang kini mulai memainkan bola yang tengah dipegangnya itu dengan sangat bersemangat dari dalam mobil. Gadis itu masih larut dalam pikirannya sendiri mengenai ucapan Sehun beberapa menit yang lalu. Sekarang Surin bahkan merasa dirinyalah yang telah sepenuhnya bersalah. Satu bulan terakhir ini, Surin memang di sibukan dengan kegiatan organisasi kampus, membuat waktu yang dimiliki Surin untuk melakukan aktivitas lain jadi berkurang. Surin benar-benar tidak bisa untuk tidak mengikuti semua rapat yang bahkan sering di adakan secara dadakan di akhir pekan. Rapat tersebut tentunya membicarakan tentang acara pameran karya seni yang akan kampus mereka selenggarakan sebentar lagi.

Surin memutuskan untuk turun dari mobil dan menghampiri Sehun yang kini masih asik bermain itu. Sosoknya yang tengah memasukan bola ke dalam ring diiringi dengan sorotan sinar lampu lapangan tersebut membuatnya terlihat semakin menawan. Surin menggelengkan kepalanya, berusaha mengusir pemikiran tersebut dari kepalanya, namun gagal terutama ketika Sehun berdiri dihadapannya sekarang ini dengan keringat yang sudah membasahi poninya.

“Sekarang kau tahu kan, apa alasanku membawamu kemari?” Sehun menunduk, memandangi gadisnya yang kini tengah menatapnya penuh rasa bersalah itu dengan tenang. Sehun rasa ia mulai bosan dengan permasalahan mereka berdua yang dari dulu sama saja. Mereka berdua pasti akan bertengkar kalau salah satu dari mereka sibuk dan tidak ada waktu untuk satu sama lain. Sehun ingin mencari solusi untuk masalah mereka. Itulah alasan mengapa ia membawa Surin ke tempat ini.

Surin memeluk Sehun dengan erat. Ia menenggelamkan kepalanya di dada bidang milik Sehun membuat laki-laki itu segera membalasnya. Surin baru merasakan kalau ia sangat merindukan sosok Sehun ketika laki-laki itu mengelus rambutnya perlahan. Ia benar-benar merindukannya.

“Sekarang, saatnya kau membayar kesalahanmu.” Sehun berujar sambil tersenyum jahil. Ia mengeratkan pelukannya pada Surin. “Kalau begitu aku hutang dulu karena aku sedang dalam masa krisis sekarang ini.” Balas Surin sambil tertawa kecil. “Aku tidak mau uang.” Surin mendongak sambil menatap laki-laki yang tengah tersenyum jahil itu dengan alis bertaut.

“Aku mau waktumu selama satu minggu penuh.” Sehun meletakan kedua tangannya pada bahu Surin yang masih menatapnya dalam diam itu. “Baiklah, kalau hanya pergi ke toko bubble tea tiap malam saja aku sepertinya masih dapat menyanggupi.” Surin berujar sementara Sehun langsung menggelengkan kepalanya cepat. Ia mengambil sesuatu dari dalam saku celana trainingnya.

“Ayo berlibur bersama.” Sehun memperlihatkan dua buah tiket pesawat yang tertulis atas nama mereka berdua. Ia menganga tidak percaya ketika melihat tulisan yang samar-samar masih dapat ia lihat itu. ‘Korea – Thailand.’

“Aku tidak mau mendengar satupun kalimat penolakan.” Sehun buru-buru menyela Surin yang baru saja mau melontarkan protesannya. “Baiklah Oh Sehun, kali ini aku bukannya sengaja menolak tapi aku benar-benar tidak bis—”

Sehun langsung mengecup bibir Surin cepat membuat ucapan gadis itu terhenti begitu saja. Surin masih menatap Sehun dengan tatapan tidak percayanya sementara Sehun hanya terbahak. Surin benar-benar belum menyadari apa yang baru saja terjadi. “Aku sudah bilang, aku tidak mau mendengar kalimat penolakan.”

Gadis itu mengerjapkan matanya berkali-kali, berusaha mengumpulkan kesadarannya yang sepertinya sudah meluap entah kemana itu. “Tapi, kali ini aku benar-benar tidak bisa karena—” Ucapan Surin terhenti begitu saja ketika ia merasakan bibir Sehun kembali menempel pada bibirnya. Kejadian itu benar-benar singkat namun menimbulkan efek yang tidak singkat pada detak jantung Surin. Seketika Surin merasa kakinya benar-benar lemas bahkan kini ia mencengkram ujung jaket baseball Sehun untuk menahan tubuhnya yang seakan hampir ambruk itu. Sang pelaku hanya tertawa sambil menatap Surin dengan tatapan jahil. “Masih berani menolak?”

“Oh Sehun, kau harus tahu kalau ini urusan kampus dan aku benar-benar tidak—” Sehun kembali mendaratkan bibirnya pada Surin. Kali ini bukan sebuah kecupan singkat. Sehun rasa Surin benar-benar harus menerima hukumannya. Sehun mengunci gerakan tangan Surin yang berusaha mendorongnya dengan sigap. Ia memperdalamnya membuat otak dan seluruh saraf yang ada ditubuh Surin serasa beku begitu saja.

Seharusnya Surin tahu kalau sampai kapanpun ia tidak akan bisa menolak laki-laki bernama lengkap Oh Sehun itu.

**

Sehun merangkul Surin yang kini tampak gelisah itu. Pasalnya, baru saja mereka menginjakan kaki di Thailand, ponsel Surin sudah dipenuhi oleh pesan-pesan singkat dari para rekannya di organisasi kampus, yang sebagian besar menanyakan keberadaan dirinya itu. Surin akhirnya memutuskan untuk membalasnya satu per satu. Meskipun banyak yang marah-marah setelah mendengar kabar dari Surin kalau ia sedang di Thailand padahal acara pameran karya seni itu akan di adakan bulan depan, tidak sedikit juga dari mereka yang turut senang dan meminta Surin untuk membawakan oleh-oleh. Bahkan ada yang benar-benar iri sampai-sampai mengatakan kalau ia akan menculik Sehun karena laki-laki itu sangat romantis dengan mengajak kekasihnya menghabiskan waktu bersama di luar negeri.

Ya, Mereka baru saja sampai di bandara Suvarnabhumi, Bangkok, Thailand itu beberapa puluh menit yang lalu. Surin hanya tersenyum membaca pesan-pesan yang baru masuk ke dalam ponselnya. Dalam hati, ia lega karena rekan-rekannya itu mau mengerti. Gadis yang tengah mengenakan baju terusan dengan lengan pendek dan motif bunga-bunga itu kini hanya memperhatikan Sehun yang sekarang ini terlihat sangat bersemangat memasukan dua koper mereka ke dalam mobil yang sedari tadi sudah menunggu mereka berdua itu. Sehun menyewa sebuah mobil sedan beberapa hari yang lalu melalui penyewaan mobil wisata online agar transportasi mereka selama seminggu kedepan jauh lebih mudah. Surin sampai menggelengkan kepalanya tidak percaya. Ia tidak menyangka kalau Sehun benar-benar mempersiapkan liburan mereka ini dengan matang.

Sehun membukakan pintu mobil berwarna silver tersebut untuk mempersilahkan Surin masuk. “Silahkan, tuan putri.” Surin tertawa pelan kemudian masuk ke dalam mobil tersebut. Sehun segera berlari kecil dan menempatkan diri di kursi pengemudi. Ia tersenyum pada Surin yang kini tengah mengenakan kacamata hitam. “Sudah cantik, tidak perlu berkaca terus nanti kacanya bosan.” Komentar Sehun membuat Surin hanya mendengus lalu tertawa kecil. Gadis itu mengambil satu kacamata hitam yang sudah disediakannya untuk Sehun dari dalam tasnya itu lalu memakaikannya pada Sehun.

“S&S Mafia siap menjelajahi Thailand.” Surin berujar sementara Sehun membetulkan letak kacamatanya dan merapikan poni hitam yang menutupi dahinya itu ketika Surin mengarahkan kamera ponselnya untuk berfoto bersama. Surin mulai tersenyum sementara Sehun merangkulkan tangannya untuk memeluk leher Surin.

“Kajja!” Sehun berseru dengan sangat bersemangat, lalu melajukan mobil sedan tersebut setelah mengatur GPS yang akan menuntun mereka pada salah satu hotel yang sudah dari jauh-jauh hari Sehun pesan. “Yo! Let’s rock, Thailand!” Surin memasukan kaset lagu kesukaan mereka pada pemutar musik mobil tersebut dan tidak lama kemudian suara yang gaduh mulai mengisi seluruh sudut mobil tersebut. Sesekali mereka menertawai suara mereka sendiri namun tetap terus menyanyi sambil menikmati jalanan kota Bangkok yang ramai oleh berbagai macam kendaraan itu.

**

Surin memasuki kamar hotelnya yang bersebelahan dengan kamar Sehun itu dengan rasa kagum yang luar biasa. Ia meletakan kopernya disebelah kasur berukuran king size itu lalu segera melangkahkan kakinya menuju kaca jendela besar yang berada tepat disebelah kasur tersebut. Surin membuka tirai yang menutupi jendela kaca itu lalu tersenyum ketika melihat pemandangan luar biasa yang kini dapat mengalihkan seluruh perhatiannya. Hotel ini benar-benar berada ditengah kota sehingga Surin bisa langsung melihat seluruh pemandangan kota Bangkok dari atas sini. Surin yakin pemandangannya akan jauh lebih indah jika lampu-lampu mulai berkilauan, menerangi kota tersebut pada malam hari.

Ia mendudukan dirinya pada kasur king size itu dengan pandangan yang masih belum terlepas dari kaca jendela yang memperlihatkan kesibukan kota Bangkok pada sore hari menjelang malam itu. Seharusnya Surin sekarang mulai membersihkan diri seperti yang diperintahkan Sehun beberapa menit yang lalu karena sebentar lagi, Sehun akan mengajaknya untuk menikmati makan malam bersama. Namun tetap saja ia tidak bergeming dan malah asik memandangi pemandangan yang ada dihadapannya itu dengan senyuman yang tidak bisa luntur begitu saja.

Dalam hati, ia senang Sehun mengajaknya kemari. Apalagi alasannya karena agar mereka dapat mempunyai waktu lebih untuk berdua. Surin rasa pipinya mulai memerah kala ia memikirkan hal tersebut. Surin menghela napas kemudian terdiam. Sepertinya, ada sesuatu yang ia lupakan tentang Sehun. Surin mencoba memutar otaknya lalu menjentikan jarinya ketika hal yang sempat ia lupakan itu dapat ia ingat kembali.

Bulan ini adalah bulan April dan Surin baru ingat kalau minggu ini sudah memasuki minggu terakhir menjelang tanggal ulang tahun Sehun yang akan jatuh pada hari minggu, tanggal 12 nanti. Surin mendesah ketika ia baru ingat kalau kepulangannya dan Sehun ke Seoul juga jatuh pada tanggal tersebut. Surin merasa bodoh karena lupa membelikan Sehun hadiah terlebih dulu di Seoul sebelum mereka berangkat kemari. Sekarang, bagaimana ia akan membelikan hadiah kalau Sehun saja akan berada bersamanya selama hampir 24 jam penuh?

Seketika ponsel yang tengah digenggamnya itu bergetar seraya menampilkan sebuah panggilan masuk via video call. Surin hanya tertawa pelan ketika mengetahui siapa peneleponnya kemudian ia memutuskan untuk mengangkatnya setelah memasang earphone miliknya itu.

“Oh ayolah, Oh Sehun. Kita baru saja berpisah tidak sampai dua puluh menit.” Surin hanya menahan tawanya ketika melihat Sehun yang kini sudah terbahak sampai-sampai matanya membentuk lengkungan bulan sabit.

“Mengapa kau belum mandi juga? Cepat sana mandi.” Sehun berujar seraya merapikan rambutnya yang kini tampak berantakan. “Kau duluan saja yang mandi.” Komentar Surin yang kini tidak dapat mengalihkan pandangannya dari sosok Sehun yang tampak semakin mempesona itu kala ia merapikan rambutnya.

“Kau mau aku mandi sekarang?” Tanya Sehun membuat Surin langsung menganggukan kepalanya. “Kau duluan atau aku tidak mandi sama sekali.” Tambah Surin membuat Sehun tersenyum jahil. “Baiklah kalau begitu. Kau yang mau, ya.” Sehun tampak berjalan ke arah kamar mandi yang terletak disudut kamar hotelnya itu membuat Surin langsung panik seketika. “Aish! Dasar gila! Jangan bertingkah yang aneh-aneh dan cepat mandi atau aku tendang kau dari jendela kamarmu sekarang juga, Oh Sehun!” Surin langsung memutus sambungan video call tersebut begitu saja sebelum tawa Sehun menggema ditelinganya. Ia yakin laki-laki itu pasti kini tengah menertawai dirinya yang barusan terlihat bodoh itu. Oh Sehun itu memang pandai mempermainkan jantung orang. Surin menyarankan agar kau berhati-hati dengan setiap tingkahnya kalau kau mau jantungmu itu tetap berada pada tempatnya.

Surin kembali memandangi pemandangan kota Bangkok yang kini dipayungi sinar oranye dari sang matahari yang sebentar lagi akan membenamkan dirinya itu.

“Kira-kira, apa hadiah yang bagus untuk Oh Sehun yang menyebalkan itu, ya?”

**

“Kita akan makan malam dimana?” Surin menggandeng lengan Sehun yang kini tampak sederhana dengan hanya mengenakan hoodie abu-abu dengan celana bahan selutut berwarna hitam serta kamera DSLR yang ia kalungkan di lehernya. Surin baru saja menyadari kalau pakaian yang dikenakan Sehun saat ini benar-benar senada dengan pakaiannya yang juga hanya menggunakan hoodie kebesaran berwarna hitam serta rok selutut yang berwarna abu-abu. Ia tersenyum ketika baru menyadari hal tersebut lalu segera mengeratkan gandengannya pada lengan laki-laki yang jauh lebih tinggi darinya itu.

“Khaosan Road. Disana kita bisa menemukan banyak restaurant murah dengan rasa dan kualitas bintang lima. Tidak hanya tempat makan, kawasan Khaosan Road benar-benar diminati para turis karena banyaknya tempat-tempat seperti tempat pijat khas Thailand, SPA, toko souvenir, dan lain-lain. Mungkin semacam Hongdae hanya saja lebih ramai. Selain itu, Khaosan Road semakin malam akan semakin ramai pula. Bagaimana? Kau mau kesana?” Surin tersenyum sambil terus memperhatikan Sehun yang kini tengah sibuk mencari-cari informasi mengenai Khaosan Road dengan internet ponselnya itu.

“Kau itu tour guide pribadiku. Jadi, sudah pasti aku tidak bisa menolak semua tempat yang disarankan olehmu. Kajja!” Surin menarik lengan Sehun membuat laki-laki itu segera menahannya. Surin menatap Sehun dengan penuh tanda tanya.

“Mobil kita ada disana.” Sehun berujar sementara Surin menggeleng lalu menunjuk sebuah kendaraan tradisional Thailand yang berada tidak jauh dari mereka itu. Sang supir yang menyadari tunjukan Surin segera menghampiri mereka. “Aku mau naik Tuk Tuk.” Surin menghampiri kendaraan tradisional Thailand itu lalu segera duduk pada kursi penumpang yang tepat berada dibelakang sang supir. Sehun tertawa lalu memotret Surin yang kini sudah berpose. Sehun segera berlari kecil ke arah kendaraan tersebut, lalu menempatkan dirinya disebelah Surin. “Khaosan Road, Sir.” Pinta Surin membuat sang supir langsung menganggukan kepalanya sambil tersenyum ramah.

Tuk Tuk adalah kendaraan tradisional Thailand yang sebenarnya adalah kendaraan bermotor. Hanya saja, Tuk Tuk di modifikasi sedemikian rupa sehingga penumpangnya dapat duduk dengan nyaman pada tempat duduk panjang yang dapat mengangkut kira-kira tiga penumpang itu. Dari dalam Tuk Tuk yang tidak berjendela itu, mereka dapat secara langsung menikmati semilir angin sekaligus keindahan kota Bangkok yang semakin malam benar-benar semakin ramai itu.

“Kau tahu kendaraan tradisional India yang namanya Bajaj? Aku rasa Tuk Tuk hampir mirip dengan Bajaj hanya saja, Bajaj memiliki penutup dipinggir kanan, kalau Tuk Tuk hanya diatas dan ukuran Tuk Tuk jauh lebih besar dibandingkan Bajaj.” Surin mengoceh sementara Sehun hanya mengangguk-angguk sambil terus memotret setiap objek yang mereka lewati. “Menyenangkan juga menaiki kendaraan ini.” Sehun menambahkan membuat Surin hanya tertawa kecil. “Apalagi jika naiknya bersamamu.” Sehun merangkul Surin yang kini hanya tertawa, menanggapi ucapan klasik Sehun barusan.

Kurang lebih lima belas menit mereka menaiki Tuk Tuk untuk sampai pada tempat tujuan mereka, Khaosan Road. Seperti yang dikatakan Sehun, Khaosan Road benar-benar ramai terutama jika hari semakin malam. Berbagai macam toko dapat ditemui dipinggir-pinggir jalanan tersebut. Mulai dari restaurant, sampai tempat-tempat penjual baju, tas, dan aksesoris lainnya.

Sehun menggandeng tangan Surin erat, lalu mulai menelusuri Khaosan Road yang ramai itu. Sesekali Sehun memotret Surin dan toko-toko yang ada disekitarnya. Surin menarik tangan Sehun ke arah deretan pedagang kaki lima yang menjajakan barang jualannya disepanjang jalan tersebut. “Permisi. Tatto ini tidak permanen, kan? Berapa harga untuk satu tattoo?” Ujar Surin dengan bahasa Inggris kepada sang penjual yang kini tampak sangat ramah.

“20 bath untuk satu tattoo. Saya akan memberikanmu bonus satu karena kau adalah turis.” Surin membelakan matanya tidak percaya lalu tersenyum sementara Sehun sudah menggelengkan kepalanya. “Mendengar kata gratis saja sampai sesenang itu.” Surin tidak mendengarkan komentar Sehun dan langsung tersenyum ramah pada sang penjual. “Anda serius? Woah, terima kasih!” Sang penjual mengangguk sambil tersenyum lagi. Surin buru-buru memilih dua tattoo yang ada disitu. Ia memilih dua tattoo bergambar sepasang burung merpati lalu segera membayarnya.

“Sini, biar saya bantu menggunakannya.” Surin segera duduk pada kursi kecil yang disediakan sang penjual untuknya itu lalu menyodorkan tangannya. Sang penjual pun mulai memasangkan tattoo berbentuk sepasang burung merpati berukuran tidak terlalu besar itu pada pergelangan tangan Surin sementara Sehun mulai memotret lagi. Surin menarik ujung celana Sehun membuat laki-laki itu hanya meliriknya.

“Kau tidak akan memakainya juga?” Sehun mau tidak maupun langsung berjongkok dan sang penjual pun mulai memasangkan tattoo yang sama persis dengan milik Surin itu pada pergelangan tangan Sehun. Surin tersenyum puas melihat hasil jadinya. “Cepat foto ini!” Pinta Surin membuat Sehun segera memotret pergelangan tangan mereka berdua dengan kameranya lalu tersenyum singkat ketika melihat Surin yang sangat senang itu. “Sekali lagi, terima kasih!” Surin berbungkuk sopan kemudian segera melanjutkan perjalanan mereka menjelajahi Khaosan Road. Kali ini, sepertinya mereka akan langsung mencari tempat makan mengingat tujuan mereka kemari adalah untuk makan malam.

“Bagus, kan? Sepasang burung merpati yang tengah terbang bersama. Kau yang ini, dan aku yang ini. Kita akan selalu terbang bersama kemanapun seperti dua burung merpati ini.” Surin memperhatikan tattoonya sendiri membuat Sehun tersenyum senang. Ia mengacak rambut Surin kemudian merangkulnya mesra. Sehun rasa, terlalu banyak mantra yang telah digunakan Surin sampai-sampai ia baru saja merasa kalau dirinya semakin mencintai gadis itu.

Setelah kurang lebih dua jam mereka menikmati makan malam mereka disalah satu restaurant khas Thailand yang paling terkenal di daerah Khaosan Road itu, merekapun melanjuti perjalanan mereka untuk menjelajahi daerah yang sangat diminati para turis itu. Sesekali mereka membeli jajanan-jajanan khas Thailand dan menikmatinya sambil terus melanjutkan perjalanan mereka.

Surin menikmati ice cream potongnya sambil memperhatikan setiap toko-toko yang mereka lewati. Surin merasa tertarik ketika melihat sebuah toko kaset yang sangat ramai pengunjung itu. Ia memutuskan untuk menarik Sehun ke dalam bangunan berarsitektur kuno itu dan menjelajahi isinya. Di toko itu, mereka dapat menemukan berbagai macam kaset film, mp3, dan sebagainya baik yang keluaran terbaru maupun lama. Surin merasa ia harus membeli satu untuk menambah koleksinya. Ia mengitari toko tersebut dan berhenti pada deretan kaset film Thailand.

Sehun hanya memperhatikan Surin yang kini terlihat sangat antusias memilih film-film Thailand itu. Diam-diam, Sehun memotret sosok Surin yang sedang tersenyum kala ia melihat sinopsis film tersebut pada bagian belakang tempat kaset tersebut. Sehun melihat hasil jepretannya lalu tersenyum puas. Foto yang baru saja diambilnya benar-benar bagus. Surin tampak begitu natural dan background bangunan kuno serta deretan kaset disekitarnya benar-benar memperkuat karakter foto tersebut.

“Kau sudah pernah menonton film The Little Things Called Love?” Surin tiba-tiba bersuara membuat Sehun yang tengah asik memandangi hasil jepretannya barusan hanya menanggapi tanpa memandang gadis yang kini tengah menatapnya antusias itu. “Belum. Itu film Thailand?” Sehun bertanya membuat Surin langsung mengangguk. “Pemeran laki-lakinya tampan sekali. Jalan ceritanya juga bagus. Sebuah cerita tentang percintaan anak remaja yang benar-benar dikemas secara menarik. Aku beli film ini saja, ah.” Sambung Surin membuat Sehun hanya tertawa meledek.

“Setampan-tampannya laki-laki itu, tetap saja masih lebih tampan aku. Percintaan lagi, percintaan lagi. Pasti filmnya tidak jauh-jauh dari drama ibu-ibu yang setiap hari kau tonton itu hanya saja dibuat lebih singkat, kan? Sudahlah, beli yang lain saja. Ku dengar-dengar, film horror Thailand bagus-bagus.” Surin mendengus sementara Sehun sudah tersenyum jahil.

“Terserah kau saja. Aku tetap akan membeli kaset ini dan kau harus menemaniku menonton film ini. Titik.” Surin langsung menghampiri kasir yang tidak jauh dari tempatnya, meninggalkan Sehun yang sibuk berseru tidak setuju dengan tuntutan Surin barusan. “Ya! Kalau begitu, kau juga harus menemaniku menonton film horror!” Surin buru-buru keluar dari toko kaset tersebut setelah membayar kasetnya, sementara Sehun kini sudah berlari kecil untuk menyusul gadis itu.

Sehun rasa, malam pertamanya di Thailand harus berakhir dengan dramatis mengingat ia harus menonton film percintaan remaja kesukaan Surin itu.

**

Surin masih memandangi layar televisi yang ada dihadapannya dan Sehun itu dengan berkaca-kaca. Surin menaikan selimut yang melindungi seluruh tubuhnya, seraya membetulkan posisi bantal yang ia letakan sebagai sandaran punggungnya. Saat ini ia tengah menonton film Thailand yang baru ia beli itu di kamar Sehun, dan tentunya bersama dengan laki-laki yang sedari tadi hanya menguap dan sesekali berkomentar kalau ia tidak menyukai pemeran laki-lakinya.

Surin berusaha sebisa mungkin menyibukan dirinya dengan menepuk-nepuk bantal atau merubah-rubah posisi duduknya agar Sehun tidak mengetahui kalau sekarang ini ia benar-benar ingin menangis dengan sejadi-jadinya karena adegan sedih di film tersebut.

Sang laki-laki harus meninggalkan sang perempuan. Sebelum sang laki-laki pergi, ia menyatakan perasaannya melalui sebuah buku yang berisikan tentang semua foto-foto gadis itu. Ia meletakannya tepat di depan pintu rumah gadis tersebut. Surin benar-benar tidak tahan ketika laki-laki itu pergi meninggalkan rumah tersebut dengan langkah yang berat. Kali ini Surin tidak bisa menahan air matanya, apalagi ketika backsound lagu sedih mengalun begitu saja, mengiringi adegan sedih yang lama-kelamaan menjadi semakin sedih itu. Surin segera menutupi dirinya dengan selimut lalu menangis tanpa bersuara. Ia yakin sebentar lagi tawa menggelegar Sehun akan menggema diseluruh sudut ruangan kamar tersebut. Surin mulai berhitung mundur dari tiga.. dua.. sa..

“HAHAHAHA. Kau menangis?! Astaga, mengapa aku bisa jatuh cinta pada gadis dramatis sepertimu, sih?” Benar saja, suara tawa Sehun benar-benar menggema diseluruh sudut ruangan. Surin berusaha menahan selimut yang kini masih menutup seluruh tubuhnya itu ketika Sehun mulai menarik ujung selimut itu berkali-kali sambil tertawa jahil. Tawa Sehun semakin tidak terkontrol ketika ia mendengar suara tangisan Surin yang sampai sesenggukan.

“Film ini sedih sekali, tahu!” Surin menyahut dari dalam selimut. Ia membuka selimut tersebut dengan kesal lalu menghapus air matanya asal. “Berhentilah tertawa kalau kau tidak mau terjun dari jendela itu, Oh Sehun!” Ancam Surin membuat Sehun semakin larut dalam tawanya. “Baiklah, baiklah.” Sehun berusaha menghentikan tawanya ketika melihat wajah Surin yang terlihat mulai kesal.

“Tapi aku suka saat laki-laki itu memberi hadiah berupa buku berisi foto-foto gadis itu. Aku dapat melakukan hal itu juga kalau kau mau.” Sehun masih tersenyum jahil sementara Surin kini sudah meliriknya dengan enggan.

“Tidak perlu. Foto-fotonya pasti saat wajahku sedang jelek semua. Saat aku tertidur dikelas lah, saat aku menangis karena mendapat nilai 0 dipelajaran matematika lah, dan sejenisnya. Awas saja sampai kau benar-benar membuat buku berisi foto-foto semacam itu.” Surin masih sibuk menghapus air matanya sementara kini Sehun hanya menahan tawanya.

“Bukankah semua fotomu memang jelek?” Surin langsung memukuli Sehun dengan guling yang tengah dipeluknya membuat laki-laki itu langsung berseru minta ampun sambil tertawa.

“Memangnya kau benar-benar tidak bisa romantis sedikit, ya? Harusnya kau mengatakan kalau semua fotoku itu cantik, tidak ada yang jelek! Dasar manusia tidak peka!” Sehun mengacak rambut Surin, bermaksud meminta maaf atas ucapannya barusan.

“Baiklah, baiklah. Jadi, intinya kau mau sebuah hadiah yang romantis? Bagaimana kalau ini saja?” Sehun menarik Surin mendekat padanya lalu segera mengunci kedua bola mata Surin dengan kedua bola matanya. Surin tidak berani bergerak barang sedikitpun karena jarak mereka yang terlalu dekat. Surin dapat melihat Sehun tersenyum ketika menyadari kegugupannya. Surin juga dapat menyadari kalau Sehun bergerak maju sedikit dengan sangat perlahan, mendekatkan wajahnya pada wajah Surin yang sudah memerah itu. Gadis itu langsung pura-pura terbatuk ketika hampir saja Sehun mendaratkan bibirnya pada bibir Surin. Sehun berdeham sementara Surin masih pura-pura terbatuk.

Untuk beberapa menit, tidak ada yang berani memulai pembicaraan terlebih dahulu. Surin akhirnya berdeham pelan. “Omong-omong soal hadiah, kau mau hadiah apa untuk hari ulang tahunmu yang tinggal beberapa hari lagi itu?”

Sehun membetulkan posisi duduknya seraya mematikan televisi tersebut dengan remot kontrol yang terletak di atas meja kecil tepat sebelah kasurnya itu. Sehun langsung membaringkan tubuhnya pada kasur tersebut sementara Surin masih terduduk disebelahnya dengan selimut ukuran besar yang menutupi setengah tubuhnya.

“Aku tidak mau apa-apa, liburan bersamamu saja sudah merupakan hadiah.” Balas Sehun yang kini membelakangi Surin. Sehun memejamkan kedua matanya, berusaha mengembalikan isi kepalanya yang seakan habis terombang-ambing karena kejadian beberapa menit yang lalu itu. Sehun bahkan dapat merasakan kini Surin turut tertidur disampingnya dengan terus memperhatikan punggungnya. Sehun benar-benar menahan dirinya yang sangat ingin mengubah posisi tidurnya jadi menghadap Surin itu dengan susah payah.

Surin membagi selimut yang tengah ia pakai itu dengan Sehun. Ia menaikan selimut tersebut sampai sebatas bahu Sehun, lalu segera membelakangi laki-laki yang kini juga tengah membelakanginya itu.

“Aku akan memikirkan apa hadiah yang cocok untukmu ketika detak jantung dan pikiranku sudah kembali seperti semula. Selamat tidur, Oh Sehun.”

Disatu sisi, seseorang tengah tersenyum senang mendengar ucapan jujur tersebut. Dan disatu sisi lagi, seseorang yang baru saja mengucapkan kata-kata tersebut, benar-benar memaknai ucapannya barusan mengenai jantung dan pikirannya yang kini bekerja dengan tidak seperti biasanya itu.

**

Setelah menikmati sarapan pagi mereka di hotel, Sehun dan Surin memutuskan untuk segera memulai perjalanan mereka menjelajahi kota Bangkok itu dengan mobil sedan yang Sehun kendarai. Jalan-jalan dihari kedua mereka itu dimulai dengan mendatangi salah satu museum yang paling terkenal di Bangkok, museum lilin bernama Museum Madame Tussauds.

Tidak hanya ada di Thailand, Museum Madame Tussauds tersebar diberbagai belahan negara lainnya. Museum Madame Tussauds mengoleksi patung lilin yang beraneka ragam dengan tingkat kemiripan sembilan puluh delapan persen benar-benar menyerupai manusia asli. Di museum ini, para pengunjung dapat menemui tokoh-tokoh terkenal dunia, mulai dari artis sampai tokoh ilmuwan terkenal seperti Albert Einstein dan sebagainya.

Museum itu sangat ramai, di dominasi oleh para turis yang sibuk berfoto dengan patung-patung lilin tersebut. Sehun dan Surin pun tidak mau kalah. Mereka bergantian untuk berfoto pada patung-patung lilin tersebut. Sehun bahkan meminta tolong pada salah satu pengunjung, untuk memotret mereka berdua dengan patung ratu Elisabeth beserta keluarga kerajaannya.

“Woah, daebak. Patung-patung ini benar-benar mirip dengan orang aslinya. Ya, Surin-a, kau lihat foto kita ini. Kita benar-benar seperti sedang berfoto dengan keluarga kerajaan Inggris.” Sehun mengarahkan kameranya pada Surin agar gadis itu dapat melihat hasil foto yang diambil oleh orang yang tadi dimintai tolong oleh Sehun. Surin berseru kagum membuat Sehun tersenyum senang. Mereka mulai berfoto lagi pada patung-patung tokoh terkenal lainnya seperti Katy Perry, Michael Jackson, Jackie Chan, dan sebagainya.

“Sehun-a, itu disana ada patung Justin Bieber! Kau penggemar beratnya, kan?!” Surin segera menyeret Sehun ke arah patung penyanyi terkenal itu lalu menyuruh Sehun untuk berpose disebelahnya. Sehun tertawa ketika ia benar-benar seakan bertemu dengan idolanya. “Ah, mwoya?!” Sehun mengacak rambutnya, merasa malu ketika para pengunjung lainnya mulai meliriknya sambil menahan tawa. Sehun yakin pengunjung yang sepertinya dari Korea juga itu sempat mendengar ucapan Surin yang mengatakan kalau ia adalah penggemar berat seorang Justin Bieber. Sehun berusaha untuk tidak peduli dan mulai berpose. Kapan lagi dapat berfoto dengan sang idola secara langsung, iya kan?

Surin mulai membidik dua objek yang ada dihadapannya dengan kamera DSLR milik Sehun yang baru saja ia ambil alih. Sehun tampak merangkul patung Justin Bieber tersebut sambil mengeluarkan pose ‘V’ dengan jari telunjuk dan tengahnya. Surin tidak bisa berhenti tertawa ketika melihat hasil foto tersebut. “Selamat! Kalian baru saja berfoto bersama! Oh Sehun pasti nanti malam tidak bisa tidur. Hahahaha!” Sehun segera menghampiri Surin dan langsung membekap mulut gadis itu lalu mendorongnya menjauh dari tempat tersebut.

“Woah, jinjja daebak.” Sehun memperhatikan foto yang baru diambil Surin itu sambil tertawa senang. “Coba saja ada patung lilin Miranda Kerr.” Sambung Sehun membuat Surin langsung meliriknya galak. “Aku bahkan lebih cantik darinya.” Surin berjalan mendahului Sehun yang kini sudah tertawa. “Kalau begitu, aku berfoto denganmu saja.” Sehun memeluk leher Surin dari belakang dan segera mengambil foto dengan kamera ponselnya. Sehun tertawa terbahak ketika melihat ekspresi Surin pada foto tersebut. Surin yang tampak terkejut karena gerakan tiba-tiba Sehun itu, tampak benar-benar bodoh dengan mata yang setengah berkedip. “Epic. As always.” Sehun masih menertawai foto tersebut sementara Surin hanya mendengus kesal.

“Ya! Ya! Ya! Oh Sehun disana ada patung pemain film Thailand yang kemarin kita tonton itu! Astaga, patungnya saja sudah tampan sekali. Mario Maurrer memang tidak diragukan lagi.” Surin segera menyeret Sehun ke tempat patung lilin tersebut. Surin langsung menyuruh Sehun memotretnya, sementara ia sudah berdiri disebelah patung tersebut dan berpose.

Sehun tertawa meledek ketika melihat hasil jadi fotonya. “Gaya macam apa ini?” Sehun mencibir sementara Surin sudah tertawa puas. Difoto tersebut Surin tampak hanya menaruh pandangan matanya pada sosok Mario Maurrer tanpa melihat ke arah kamera. Ia tersenyum manis sambil memandangi patung tersebut seakan foto tersebut diambil oleh seorang wartawan ditengah-tengah sesi foto red carpet.

“Sehun-a! Disebelah sana ada patung Nickhun 2PM! Ah, disebelah situ juga ada patung Robert Pattinson! Astaga Robert-ssi tampan sekali! Omo, eottokhae?!”

Sehun hanya menghela napas ketika mengetahui kalau sebentar lagi pasti kameranya dipenuhi oleh foto-foto gadis itu bersama berbagai patung pria tampan.

Setelah puas mengelilingi Madame Tussauds dan makan siang disalah satu restaurant khas Thailand yang ada di dekat gedung museum tersebut, mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mereka. Kali ini Sehun mengajak Surin ke Wat Pho atau kuil Buddha berbaring yang tidak kalah terkenal dengan Madame Tussauds.

Kuil yang dibangun pada tahun 1688 ini merupakan salah satu kuil paling tua dan paling besar di Bangkok. Keunikan dari Wat Pho adalah keberadaan patung Buddha yang tampak sedang berbaring santai. Patung ini merupakan patung Buddha berbaring yang paling besar di dunia dengan ukuran panjang lebih dari 45 meter, dan tinggi sekitar 15 meter. Selain itu, patung Buddha berbaring ini juga berlapis emas, dan mempunyai telapak kaki yang penuh dengan simbol keberuntungan berlapis mutiara.

Setelah membeli tiket masuk yang harganya 100 baht, mereka mulai menelusuri kuil yang lumayan ramai itu. Surin berujar kagum ketika mereka sampai pada bagian dalam kuil yang memperlihatkan patung Buddha yang tampak tengah berbaring itu. “Woah, ini benar-benar terbuat dari emas.” Ujar Surin takjub. Sehun hanya memandangi kuil tersebut sambil sibuk membidik objek-objek yang ada disekitarnya.

“Sehun-a, konon katanya kalau kita memegang telapak kaki sang Buddha yang dilapisi mutiara itu, kita akan mendapatkan keberuntungan!” Surin segera menarik tangan Sehun yang kini hanya tersenyum. Surin segera menempelkan kedua telapak tangannya pada telapak kaki Buddha yang tengah berbaring itu. Sehun yang melihat itu segera memotret sosok Surin dari samping. Sehun tersenyum puas ketika ia melihat hasilnya. Surin tampak tengah memejamkan kedua matanya sambil tersenyum seraya menempelkan kedua tangannya pada telapak kaki sang Buddha yang sangat besar itu. Sehun tidak tahu sejak kapan gadis itu menjadi sangat fotogenic seperti ini. Tapi yang pasti, ia benar-benar menyukai foto yang diambilnya barusan.

“Cepat pegang juga!” Surin menarik kedua tangan Sehun lalu segera menempelkan kedua telapak tangan Sehun pada telapak kaki Buddha tersebut. “Aku rasa aku langsung mendapatkan keberuntungan.” Sehun berujar sementara Surin segera menatapnya. “Benarkah? Keberuntungan macam apa?” Tanya Surin sambil tersenyum membuat Sehun turut membentuk lengkungan bulan sabit yang serupa pada bibirnya.

“Berada bersamamu disini dengan kedua tangan yang digenggam olehmu, adalah sebuah keberuntungan yang terbesar.” Sehun tertawa ketika gadis itu mengalihkan pandangannya sambil tersenyum tersipu. Sehun memang bukan tipe laki-laki yang romantis, bahkan ia juga tidak mengerti mengapa kata-katanya barusan itu meluncur begitu saja dari bibirnya.

Surin merasa nyawanya lenyap begitu saja ketika ia merasakan bibir Sehun mendarat pada permukaan pipinya beberapa detik yang lalu. Ia memandang Sehun dengan tatapan tidak percayanya sambil memegang pipi kirinya dengan satu tangannya. “Balas aku kalau bisa!” Sehun berlari kecil menjauhi Surin yang kini sudah berjalan cepat untuk mengejarnya.

Surin benar-benar kesal. Mengapa juga Sehun harus mengecup pipinya dengan sembarangan di kuil seperti ini? Karena hal itu, ia jadi tidak bisa memberi pelajaran secara langsung padanya mengingat hal tersebut akan mengganggu para pengunjung yang tengah berdoa disekitar patung tersebut.

Surin membeli dua buah gantungan kunci berbentuk gajah di toko souvenir yang ada dibagian belakang kuil tersebut. Deretan toko yang terletak dibelakang kuil tersebut menjual berbagai macam souvenir yang dibuat dengan buatan tangan. Ada gantungan kunci, pin, lukisan, bahkan sepatu lukis. Uang yang mereka dapat dari penjualan akan disumbangkan setengahnya untuk merawat kuil tersebut. Surin benar-benar kagum dengan para penjual yang sangat kreatif itu.

Sehun yang tengah asik memotret langsung menghentikan kegiatannya ketika melihat sepatu lukis yang diletakan diatas salah satu meja toko tersebut. Sehun memutuskan untuk membeli dua sepatu yang bermotif sama namun berbeda warna itu untuknya dan untuk Surin. “Putih untukmu, dan hitam untukku.” Katanya sambil menyerahkan satu kantong plastik yang berisi sepatu itu pada Surin yang kini masih asik memilih gantungan-gantungan kunci ditoko yang berada disebelah toko tempat Sehun membeli sepatu tadi.

“Kau membelikanku sepatu? Membelikan sepasang sepatu untuk kekasihmu itu berarti menyuruhnya untuk pergi jauh darimu. Memangnya kau tidak tahu mitos itu?” Sehun menepuk dahinya dengan telapak tangannya sementara kini Surin sudah mengercutkan bibirnya dengan kecewa. “Kalau begitu kau beli saja dariku. Harga sepatu ini 200 baht, kau bayar 100 baht saja.” Surin langsung bersemangat lagi. Ia mengeluarkan uang dari dalam tasnya lalu menyerahkan uang yang langsung Sehun terima itu.

“Tapi kau harus menciumku untuk membayar setengahnya lagi.” Sambung Sehun membuat Surin kini sudah menatapnya tanpa bernapas. “Kau menjebakku? Dasar licik!” Surin memukulnya berkali-kali sementara laki-laki itu sudah tertawa terbahak-bahak. “Cepat! Atau ku anggap kau berhutang padaku.” Surin rasanya ingin melempari laki-laki gila itu dengan gantungan-gantungan kunci yang ia pegang sekarang ini. Surin memandang Sehun yang kini menyodorkan pipinya itu dengan tatapan frustasi. “Lihat pembalasanku nanti, Oh Sehun.” Surin berbisik dan langsung mengecup pipi laki-laki yang kini sudah tertawa puas bahkan sambil bertepuk tangan heboh itu dengan benar-benar cepat. Penjual yang melihat kejadian itu hanya tersenyum jahil membuat Surin semakin ingin gila.

Penjual itu kini menyodorkan dua buah gantungan kunci berbentuk setengah hati pada Surin yang hanya menatapnya heran. “Ambil saja untuk kalian berdua. Kalian benar-benar serasi.” Tambah sang penjual membuat Surin langsung berterima kasih sambil tersenyum senang. Sehun juga melakukan hal yang sama, sementara penjual tersebut hanya membalasnya dengan senyuman ramah. Bahasa Inggris yang digunakan penjual tersebut terdengar aneh karena logat bahasa Thailand-nya yang kental. “Lucu sekali gantungan kunci ini. Kalau disatukan akan membentuk pola hati yang utuh.” Surin berujar sambil menatap kedua gantungan kunci buatan tangan itu dengan senyuman yang seakan tidak mau pudar itu dari wajahnya.

“Aku akan membelikan beberapa gantungan kunci lainnya untuk Taerin dan Cheonsa.” Sehun tersenyum mendengar ucapan Surin barusan. “Kau juga harus membelikan gantungan kunci untuk Baekhyun dan Jimi. Sepertinya gantungan kucing dan anjing akan cocok untuk mereka yang sering bertengkar itu.” Sehun dan Surin tertawa bersama kemudian langsung membeli beberapa gantungan kunci sebagai oleh-oleh dari kuil Wat Pho yang terkenal itu.

Setelah membeli beberapa oleh-oleh mereka menikmati pijat tradisional Thailand yang disediakan di kuil tersebut. Suasana ruangan pijat yang tenang dan aroma terapi yang tersedia pun menambah poin lebih untuk pijat tradisional tersebut. Dengan hanya membayar 120 baht, mereka sudah dapat menikmati pijat tradisional Thailand yang terkenal itu selama dua jam.

Langit sudah berubah menjadi gelap ketika Sehun dan Surin keluar dari kuil tersebut. Setelah puas mengelilingi kuil Wat Pho, destinasi mereka yang selanjutnya adalah Sungai Chao Phraya, sungai yang paling terkenal di kota Bangkok. Mereka berjalan santai menyusuri sungai yang indah itu sambil menikmati bubble tea yang mereka beli di salah satu café yang ada disekitar kawasan sungai tersebut.

Angin malam berhembus ke arah mereka membuat Surin mengeratkan pegangannya pada lengan Sehun. Sehun meliriknya kemudian tersenyum. Ia menghentikan langkahnya lalu menatap Surin yang bingung itu dalam-dalam. “Aku sudah menyiapkan sesuatu untukmu.” Ujarnya membuat Surin menatapnya dengan penuh tanda tanya. Laki-laki yang ada dihadapannya sekarang itu memang selalu mengejutkan.

“Ikut aku.” Sehun menggandeng tangan Surin dan menuntunnya pada sebuah kapal pesiar yang tengah menepi dipinggir sungai Chao Phraya tersebut. “Pemesanan meja atas nama Oh Sehun.” Sehun berujar pada salah satu pelayan yang berdiri tepat di depan kapal pesiar tersebut membuat sang pelayan langsung mengecek daftar yang tengah dipegangnya sambil tersenyum ramah. Pelayan itu menuntun mereka masuk ke dalam kapal pesiar tersebut. Surin masih belum menyadari kalau Sehun ternyata tengah mengajaknya makan malam diatas kapal pesiar, ketika ia sampai pada sebuah meja yang terdapat di dek atas kapal pesiar tersebut.

Bangkok Dinner Cruises. Ya, kini Sehun tengah mengajaknya makan malam diatas sebuah kapal pesiar yang akan mengarungi sungai Chao Phraya selama dua jam. Selama dua jam itu pula, para pengunjung termasuk Sehun dan Surin dapat menikmati hidangan ‘all you can eat’ yang disediakan dalam bentuk prasmanan. Selain makan malam, mereka juga dapat menikmati pertunjukan yang disajikan dari pihak kapal pesiar, seperti tarian tradisional Thailand, pertunjukan grup musik tradisional khas Thailand dan sebagainya. Tidak hanya itu, para pengunjung pun dapat menikmati pemandangan kota Bangkok pada malam hari dari kapal pesiar tersebut. Pemandangan yang benar-benar indah mengingat lampu-lampu dari seluruh penjuru kota tersebut menyala, menyinari langit malam yang gelap.

Sehun dan Surin kini memandangi pemandangan kota Bangkok itu dengan senyuman yang sedari tadi mengembang diwajah mereka. Pemandangan dari atas dek kapal pesiar ini benar-benar menakjubkan, sampai-sampai Surin tidak mampu berkata satu patah katapun.

Dek atas kapal itupun benar-benar ramai dipenuhi oleh para pengunjung yang menikmati makan malamnya sambil memandangi kota Bangkok yang indah itu. Para pengunjung yang ingin makan malam di kapal pesiar sambil menikmati indahnya kota Bangkok dari dek atas kapal pesiar tersebut, harus terlebih dahulu memesan tempat.

Harganya pun tidak terbilang murah mengingat fasilitas dan pelayanan yang diberikan benar-benar maksimal. Jika tidak memesan tempat terlebih dulu, maka tidak akan mendapatkan tempat di dek atas dan terpaksa harus makan malam di dek bawah kapal. Namun tentunya, pemandangan yang dapat dilihat pun tidak kalah indah dengan yang dapat di lihat di dek atas kapal pesiar tersebut.

Kapal pesiar tersebut pun mulai melaju, mengarungi sungai Chao Phraya yang tenang itu. Sehun dan Surin yang kini tengah menikmati makan malamnya pun berseru girang ketika kapal pesiar itu mulai berjalan secara perlahan. Sehun sesekali memotret pemandangan kota Bangkok tersebut dengan kameranya. Ia tidak menyangka kalau ia benar-benar dapat mengambil foto sebagus itu. Sehun yakin kalau foto itu sangat bagus karena memang objeknya yang benar-benar indah. Ia tersenyum kecil lalu mengarahkan kameranya pada Surin. Sehun segera memotret Surin yang tengah asik makan itu berkali-kali.

“Bagaimana? Kau suka?” Tanya Sehun sambil melanjutkan makan malamnya setelah meletakan kameranya diatas meja makan itu. Sehun tersenyum ketika melihat Surin mengangguk antusias. “Aku bukan hanya senang. Tapi benar-benar senang. Kau benar-benar menyiapkan ini semua dari lama?” Surin berujar tidak percaya sementara Sehun hanya mengangguk. “Harusnya aku yang memberimu hadiah karena sebentar lagi adalah ulang tahunmu. Tapi sekarang, aku yang malah kau beri hadiah.” Sehun hanya tersenyum menanggapi ucapan gadisnya itu.

“Aku sudah berkata padamu. Berada bersamamu disini saja sudah termasuk hadiah. Kau tidak perlu memikirkan hal yang lain-lain lagi.” Sehun menggenggam satu tangan Surin dengan tangannya kemudian mengelusnya dengan perlahan. “Terima kasih.” Surin hanya dapat membalas Sehun dengan kata-kata itu. Ia memang tidak pandai mengekspresikan perasaannya, tapi ia hanya berharap kalau Sehun tahu saat ini ia sangat bahagia dapat berada bersamanya disini.

“Surin-a.” Panggil Sehun, masih menggenggam jemari-jemari Surin. Gadis itu tersenyum sambil menunggu kelanjutan ucapan Sehun. Sehun mendekatkan dirinya pada Surin lalu berhenti ketika sudah mencapai telinga gadis itu. Surin merasa jiwanya melayang entah kemana ketika ia dapat merasakan hembusan napas Sehun pada daun telinganya.

“Aku menyayangimu.” Sehun berbisik lalu kembali ke tempatnya. Seketika itu juga mata Surin berkaca-kaca. Ia memandangi Sehun dengan tatapan penuh harunya. “Aku juga. Dan sampai kapanpun akan seperti itu.”

Surin rasa ia tidak bisa lebih bahagia dari pada ini.

**

“Selamat pagi!” Surin berseru riang ketika ia melihat Sehun tengah berjalan ke arah meja makannya dengan pakaian yang sudah rapi. Sebelum memulai perjalanan mereka dihari ketiga, mereka memutuskan untuk sarapan bersama dulu di hotel seperti kemarin. Surin benar-benar tidak sabar dengan perjalanan mereka hari ini sampai-sampai ia bangun pagi hanya untuk bersiap-siap.

“Apa kau tidur dengan nyenyak semalam?” Sehun mengangguk sambil tersenyum membuat Surin segera membalasnya. “Ayo makan.” Ajak Sehun lalu mereka berdua mulai menikmati sarapannya. “Hari ini aku akan mengajakmu ke suatu tempat yang tidak kalah terkenal dengan tempat-tempat yang sudah kita kunjungi kemarin.” Sehun berujar membuat Surin langsung mendengarkan dengan antusias.

Surin baru saja mau bertanya tempat macam apa yang akan mereka kunjungi pada Sehun namun ponselnya berbunyi nyaring pertanda ada panggilan masuk. Surin segera mengangkatnya setelah melihat nama penelpon tersebut.

“Ya! Jang Surin! Berani-beraninya kau melarikan diri ke Thailand! Ah, sialnya aku tidak bisa mengomel panjang-panjang karena pulsaku pasti langsung akan habis.” Suara sahabatnya, Hwang Taerin itu menggema ditelinganya membuatnya tertawa terbahak. Surin segera mengaktifkan mode ‘loud speaker’ pada ponselnya agar Sehun juga dapat mendengarnya.

“Ya! Jang Surin! Memangnya kau tidak ada inisiatif untuk mengajak kami juga?” Suara Cheonsa yang tidak kalah heboh bergema membuat Sehun dan Surin seketika tertawa. Surin yakin sekarang ini Taerin juga tengah mengaktifkan mode ‘loud speaker’ pada ponselnya.

“Kau di Thailand bersama Sehun, Jimi di Jeju bersama Baekhyun, kalian benar-benar tega meninggalkan kami disini!” Cheonsa berteriak lagi sementara Taerin sudah mengambil alih ponsel tersebut. “Anniya. Aku besok akan berangkat ke America bersama ibuku. Ia berkata akan memperkenalkan temannya padaku.” Taerin berujar membuat Cheonsa merengek. “Taerin pasti akan dijodohkan dengan anak teman ibunya itu! Ah, ini semakin tidak adil!” Sehun dan Surin sudah tertawa terpingkal-pingkal ketika suara Cheonsa kembali mendominasi.

“Cepatlah punya kekasih, Park Cheonsa. Jangan pantang menyerah untuk mendapatkan Minseok hyung.” Sehun berujar membuat Cheonsa semakin merengek diseberang sana. Suara tawa Taerin juga dapat terdengar membuat suasana semakin gaduh. “Oh Sehun, awas saja kau! Cepat kembalikan Surin-ku sekarang juga!”

“Aku tutup dulu ya sebelum pulsaku benar-benar habis. Jangan lupa membawakanku oleh-oleh! Selamat berlibur!” Taerin langsung memutus sambungan telepon tersebut sementara Sehun dan Surin masih asik tertawa. Sepulangnya dari Thailand, Sehun berjanji untuk mendekatkan Cheonsa dengan Minseok, senior kampusnya.

Surin benar-benar merasa penasaran dengan tempat macam apa yang akan mereka kunjungi hari ini. Sehun tetap merahasiakannya sampai mereka tiba disalah satu tempat. Tempat itu bernama Siam Ocean World. Rupanya Sehun mengajaknya ke aquarium rasaksa. “Selamat datang di Siam Ocean World!” Sehun menggandeng tangan Surin dan segera membawa Surin masuk ke dalam tempat yang ramai pengunjung itu.

Siam Ocean World merupakan akuarium bawah tanah yang paling besar di Asia Tenggara dengan lebih dari tiga puluh ribu jenis hewan laut. Tempat ini memiliki berbagai macam spesies yang variatif dan dikelompokan dalam berbagai tema. Selain itu atraksi-atraksi yang dapat dinikmati di Siam Ocean World sangat beragam sehingga pengunjung tidak akan bosan dengan hanya berjalan-jalan mengelilingi akuarium raksasa tersebut. Untuk masuk ke tempat ini, pengunjung harus membayar tiket masuk sebesar 900 baht, cukup mahal namun harga yang sesuai mengingat tiket masuk tersebut sudah termasuk theatre 4D, Glass Bottom Boat, Happy Fish Happy Feet (fish spa), dan bahkan minuman bersoda beserta popcorn.

Sehun menggandeng tangan Surin sambil menelusuri Open Ocean atau akuarium dalam bentuk terowongan dimana mereka dikelilingi oleh berbagai jenis hewan laut yang salah satunya adalah Hiu. Surin bergidik takut ketika Hiu itu tampak benar-benar dekat dengan mereka berdua. “Pasti setelah dari sini aku tidak akan berani untuk berendam di bath up.” Ujar Surin membuat Sehun tertawa.

“Dulu saat aku masih kecil, ibuku juga sering menakutiku dengan hal itu. Kalau aku berendam terlalu lama di bath up nanti aku akan dimakan ikan Hiu. Kau ini anak-anak sekali ya berarti.” Sehun tertawa sementara Surin sudah mendengus. Sehun mulai memotret objek yang ada disekitarnya, mulai dari ikan-ikan kecil, sampai Surin yang tengah takjub menatap ikan-ikan yang seakan berenang diatasnya. Ini pertama kalinya Sehun mengunjungi tempat seperti ini. Sehun tidak menyangka ia akan ke tempat yang sedari dulu ingin ia kunjungi ini bersama Surin.

Surin berseru takjub ketika mereka mulai memasuki daerah akuarium dimana pencahayaannya cenderung menggelap. Akuarium yang tengah Sehun dan Surin telusuri sekarang ini adalah area Sea Jellies dimana mereka dapat melihat ubur-ubur yang seakan menyala, menerangi akuarium raksasa itu dengan berbagai macam warna. Ruangannya pun sengaja dibuat jadi lebih gelap dengan maksud agar para pengunjung dapat melihat cahaya dari ubur-ubur yang mirip dengan sinar lampu neon. Surin sampai ingin memegangnya karena bentuknya yang lucu. Sehun sampai meminta salah satu pengunjung untuk memotret mereka di antara ubur-ubur yang tengah berenang indah tersebut.

“Sehun-a! Disebelah sana ada Penguin!” Surin segera menarik lengan Sehun untuk ke akuarium yang tengah ramai dikerubuni pengunjung. Rupanya sedang ada Penguin Feeding Show atau pemberian makan Penguin. Penguin itu membentuk barisan dan mengantri untuk mendapatkan ikan yang diberikan petugas. “Astaga! Lucu sekali!” Surin sampai menjerit ketika melihat penguin-penguin itu berbaris rapi. Sehun langsung memotretnya sambil tertawa karena kelucuan para Penguin yang berjalan ke belakang untuk membentuk barisan lagi setelah mendapatkan ikan dari sang perugas.

“Ini pertama kalinya aku melihat Penguin secara langsung.” Tambah Surin sambil tersenyum senang. Sehun yang mendengar hal itu langsung merangkulnya dengan mesra. “Kalau begitu, teruslah melihat semua hal untuk pertama kalinya hanya dengan bersamaku.” Sehun menatap Surin yang kini juga tengah mendongak, membalas tatapannya yang dalam itu. Surin merasa ia adalah gadis yang paling beruntung apalagi ketika ia menatap kedua bola mata berwarna cokelat pekat itu.

Setelah puas berfoto dan mengelilingi akuarium raksasa tersebut, Sehun memutuskan untuk mengajak Surin beristirahat sejenak di theatre 4D yang merupakan tempat paling diminati para pengunjung Siam Ocean World. Maksud Sehun mengajak Surin ke theatre 4D tersebut adalah ingin mengistirahatkan kaki mereka dengan duduk di kursi theatre itu, namun sepertinya ia salah.

Surin malah sibuk berteriak histeris sambil mencengkram lengan kemeja Sehun dengan kuat karena Hiu besar yang tiba-tiba muncul dan seakan-akan hampir memakan kepalanya itu. Sehun bahkan juga merasa jantungnya lepas begitu saja ketika kursi yang mereka duduki pun ikut bergerak dan bergetar ditambah dengan sensasi air yang disemprotkan dari sisi kanan kursi tersebut, membuat adegan mendebarkan yang tengah ditampilkan pada layar raksasa tersebut benar-benar terasa nyata.

“Sehun-a, aku benar-benar sudah tidak kuat lagi. Hiu itu benar-benar seakan hampir memakan kepalaku!” Surin melepas kacamata empat dimensinya dan menghela napas lega ketika yang sekarang ia lihat hanyalah sebuah film biasa. Meskipun seru, tetap saja adegan Hiu yang tiba-tiba muncul dengan ganas itu berhasil membuatnya keringat dingin.

“Aku pikir kita dapat beristirahat sejenak disini. Ternyata malah sebaliknya.” Sehun turut melepas kaca mata empat dimensinya sambil menatap Surin yang kini mulai tertawa lagi. “Tapi seru juga melihatmu terkejut karena kursi yang tiba-tiba bergerak itu.” Surin meledeknya sementara Sehun sudah tidak punya kekuatan lagi untuk membalas. Ia pun terkejut lagi ketika tiba-tiba saja kursi itu kembali mengguncangnya, membuat tawa Surin semakin menjadi-jadi. Ia benar-benar salah mengajak Surin ke theatre 4D ini.

Akhirnya setelah merasakan sensasi yang benar-benar mendebarkan, mereka menemukan tempat istirahat yang pas. Happy Fish Happy Feet atau fish spa dimana ikan-ikan kecil akan mengerubungi kaki mereka dan memberikan sensasi yang hampir sama dengan pijat elektronik. Surin mencelupkan kedua kakinya pada kolam ikan yang hampir menyerupai bath up berbentuk lingkaran itu dengan sangat antusias, begitu pula Sehun.

Sehun menyodorkan ice lemon tea yang tadi dibelinya di korner penjualan makanan dan minuman itu pada Surin yang langsung menerimanya. “Ini baru namanya istirahat.” Sehun tertawa sambil berujar pelan. Tidak hanya dapat merasakan sensasi pijatan dari ikan-ikan kecil tersebut, pemandangan di depannya pun bukan main. Sepasang ikan lumba-lumba yang tampak berenang beriringan dengan lincah itu menambah keseruan mereka. Surin tertawa ketika salah satu ikan lumba-lumba itu berenang menjauh dari pasangannya. Sang pasangan pura-pura mati dan lumba-lumba yang tadi berenang menjauh itu segera menghampirinya. Keduanya kembali berenang beriringan ketika lumba-lumba yang pura-pura mati itu bangun kembali.

“Kalau di ibaratkan, kau pasti lumba-lumba yang tadi pura-pura mati itu mengingat sifat kejahilanmu yang tiada dua itu.” Surin menepuk bahu Sehun yang kini juga tengah memandangi dua ikan lumba-lumba itu sambil tersenyum. “Dan kau adalah lumba-lumba yang sering tiba-tiba marah lalu pergi begitu saja. Benar-benar pas, ya.” Sambung Sehun sembari meminum ice lemon teanya itu melalui sedotan hitam yang kini ia gunakan untuk mengaduk minuman tersebut.

“Tapi walaupun seperti itu, pada akhirnya mereka akan berenang bersama lagi.” Surin memeluk bahu Sehun dengan satu tangannya, lalu menyandarkan kepalanya pada bahu laki-laki itu. Sehun menundukan kepalanya untuk menatap Surin lebih dekat. “Maukah kau berenang bersamaku seperti kedua lumba-lumba itu sampai kapanpun?” Surin menatapnya tidak percaya. Ia merasa jantungnya diremas begitu saja dan kupu-kupu tiba-tiba berterbangan diperutnya membuatnya merasa mulas.

“Kalau berenang terlalu lama nanti masuk angin.” Surin berusaha mengalihkan pembicaraan membuat Sehun sempat tertawa terbahak-bahak karena ucapannya. Ia sendiripun tidak dapat menahan tawanya yang malah terdengar aneh itu.

“Kalau begitu, aku ganti kalimatnya. Maukah kau disampingku selalu, bersama-sama sampai kapanpun, seperti kedua ikan lumba-lumba itu?” Sehun menatap Surin serius, begitupun juga dengan gadis itu. Surin mengangguk pelan membuat Sehun tersenyum senang.

Sehun memejamkan kedua matanya lalu mendekatkan wajahnya pada wajah Surin. Surin dapat merasakan ujung hidung Sehun menyentuh permukaan pipinya. Dan kejadian itu terjadi begitu saja. Surin hampir gila ketika Sehun mendaratkan bibir pinknya itu pada bibirnya. Yang ada dipikirannya hanyalah perkataan Sehun dan persetujuan mereka barusan.

Ia berjanji akan selalu berada disamping Sehun, bersama-sama sampai kapanpun, seperti kedua ikan lumba-lumba tersebut.

Sehun dan Surin benar-benar tidak menyangka mereka akan menghabiskan sepanjang hari mereka di Siam Ocean World. Tempat wisata itu benar-benar tempat yang wajib dikunjungi ketika datang ke Thailand. Siam Ocean World benar-benar menyajikan pemandangan bawah laut yang sangat indah dan mungkin tidak akan pernah ditemui dimanapun kecuali ditempat itu.

Sehun yang merasa lapar akhirnya mengajak Surin untuk menikmati makan malam mereka di Yaowarat Road atau China town Bangkok. Di China twon yang terkenal ini mereka dapat melihat berbagai bangunan berarsitektur gaya khas China. Bangunan-bangunan yang berdempetan dan dipenuhi dengan berbagai macam palang lampu neon itu menjual berbagai macam barang dagangan sampai makanan yang juga merupakan khas China. Kawasan China town atau Yaowarat Road ini benar-benar ramai saat malam hari terutama pada jam makan malam seperti saat ini.

Sehun mengajak Surin untuk makan disalah satu restaurant China terkenal yang ada di kawasan tersebut. Mereka menikmati makan malam mereka dengan masakan China yang menjadi menu andalan restaurant tersebut yaitu hot pot.

“Hari ini benar-benar menyenangkan.” Surin membuka pembicaraan seraya memindahkan daging yang sudah matang pada hot pot tersebut ke mangkuk nasi milik Sehun. “Masih ada tiga hari lagi kita disini. Aku bahkan rasanya ingin memperpanjang liburan ini.” Sehun menambahkan membuat Surin langsung menyetujuinya.

Sebetulnya, yang membuat Surin ingin memperpanjang liburan ini bukan karena tempat-tempat wisata yang sangat menarik di Thailand, melainkan karena ia bersama-sama dengan Sehun selama hampir dua puluh empat jam. Itulah yang menyebabkan Surin ingin berlama-lama berada di negara ini.

Surin tidak tahu saja kalau laki-laki bernama Oh Sehun yang kini tengah mengulas film empat dimensi di Siam Ocean World tadi itu, juga tengah memikirkan hal yang sama dengannya.

**

Dihari yang keempat ini, Sehun mengajak Surin ke salah satu tempat yang paling terkenal di Thailand, The Grand Palace. Mereka memutuskan untuk berangkat ke The Grand Palace pada siang hari, setelah menikmati fasilitas SPA yang diberikan oleh pihak hotel kepada para pengunjungnya secara gratis. Surin sampai berpikir, ia tidak mau pergi dan menetap saja di tempat SPA yang benar-benar nyaman itu.

Setelah dua puluh menit perjalanan dari hotel menuju The Grand Palace, mereka sampai pada tempat itu sekitar pukul satu siang. Sehun menuntun Surin masuk ke dalam tempat yang sudah ramai, dipenuhi pengunjung dari berbagai belahan Negara itu.

Sebelum masuk, ada pemeriksaan pakaian terlebih dahulu. Mengingat The Grand Palace adalah tempat yang sangat sakral bagi masyarakat Thailand, pengunjung tidak boleh sembarangan dalam mengenakan pakaian jika ingin masuk ke kawasan tersebut.

Pengunjung harus benar-benar memakai pakaian yang sopan. Sehun dan Surin sampai berdecak kagum ketika salah satu pengunjung yang mengenakan pakaian seadanya saja itu disuruh untuk menyewa kain yang terletak disebelah tempat pembelian tiket.

Untung saja Sehun sempat mencari tahu mengenai tempat ini dari internet sehingga mereka dapat lolos dari pemeriksaan pakaian itu. Ya, Sehun dan Surin sudah siap dengan mengenakan kemeja kotak-kotak lengan panjang berwarna merah dan hitam yang senada. Sehun mengenakan celana panjang hitam beserta sepatu kets putih, sementara Surin mengenakan celana panjang berwarna abu tua yang juga dilengkapi dengan sepatu kets merah kesukaannya.

Mereka mulai menelusuri bangunan tempat tinggal raja dan pusat kerajaan Thailand itu dengan penuh decak kagum. Dibangun pada tahun 1782 – dan selama 150 tahun, Grand Palace merupakan rumah dari Raja Thailand, pengadilan Royal dan kantor administrasi pemerintahan. Bangunan tersebut besar dan anggun, benar-benar memukau para pengunjung dengan arsitektur yang indah dan detailnya yang rumit, yang semuanya memberikan rasa hormat dan bangga akan kreativitas dan keahlian dari orang Thailand. Walaupun sekarang raja Thailand sudah tidak menempati tempat itu sebagai tempat tinggal mereka lagi namun, hingga hari ini, kompleks Grand Palace ini tetap menjadi pusat spiritual dari kerajaan Thailand.

Dalam kompleks istana ini berdiri beberapa bangunan yang mengesankan termasuk Wat Phra Kaew (Kuil Emerald Buddha), yang berisi Emerald Buddha kecil, atau patung Buddha yang dibuat dari bahan dasar batu giok, dengan ukuran hanya enam puluh enam centimeter yang sangat terkenal dan sangat dihormati. Patung tersebut berasal dari abad ke-14.

“Berdiri disitu, biar aku foto.” Surin langsung berpose sementara Sehun mulai membidik objeknya. “Backgroundnya benar-benar bagus.” Surin menghampiri Sehun yang kini tengah sibuk memperhatikan hasil foto yang ada dikameranya. “Backgroundnya saja yang bagus? Bagaimana dengan modelnya?” Sehun tampak menimbang pertanyaan Surin barusan sampai satu alisnya naik.

“Kau mau aku berbohong atau mengatakan yang sejujurnya?” Surin langsung memukul lengan Sehun berkali-kali membuat laki-laki itu tertawa. “Ayo foto bersama.” Sehun mengarahkan kameranya pada mereka berdua, dan tidak lama setelah itu foto seorang laki-laki yang tengah merangkul gadis disebelahnya sudah tersimpan di dalam memori kamera tersebut. Mereka melanjutkan perjalanan mereka menyusuri kuil setelah mengambil beberapa foto bersama di kuil Emerald Buddha yang sangat terkenal itu.

Sehun dan Surin mendatangi salah satu tempat yang khusus mengajarkan cara membuat serta menjual kain khas kerajaan Thailand. Harga kain tersebut benar-benar beragam tergantung dengan ukuran kainnya. Surin segera berjalan mendahului Sehun ke arah seorang wanita paruh baya yang kini tampak tengan melukis kain khas kerajaan Thailand itu lalu memperhatikannya dengan seksama.

Wanita paruh baya itu tersenyum ramah lalu mulai mengajarkan Surin untuk melukis kain tersebut. Surin dengan hati-hati mengikuti sketsa yang ada di kain yang nantinya akan membentuk pola gajah khas Thailand itu. Kain tersebut tidak terlalu besar bahkan mungkin hanya sebesar sapu tangan saja. Surin tidak menyangka kalau ternyata melukis di atas kain benar-benar menyenangkan.

Sehun segera duduk dikursi kecil yang ada disebelah Surin. Ia memperhatikan gadis yang tengah serius melukis itu dengan sebuah senyuman tipis. Wanita paruh baya yang melihat Sehun langsung menyerahkan kain baru dan mempersilahkannya untuk juga melukis kain itu. Sehun tersenyum lalu menerimanya dan mulai melukis dengan hati-hati.

“Aku akan membeli kain hasil lukisku ini sebagai oleh-oleh untuk kedua orangtuamu.” Surin memperhatikan dua kain yang sudah ia lukis itu dengan bangga. Wanita paruh baya yang ada dihadapannya segera menyerahkan dua buah kotak berwarna emas pada Surin yang langsung menerimanya. Surin melipat kain tersebut dan meletakannya pada masing-masing kotak tersebut.

“Kalau begitu, aku juga akan menjadikan kain ini sebagai oleh-oleh untuk orangtuamu.” Sehun tampak ragu dengan hasil kainnya yang tampak berantakan itu membuat Surin tertawa. “Appa pasti akan menyukainya, kau tenang saja.” Surin tertawa lagi sementara Sehun kini sudah meminta kain yang baru. Ia memang tidak berbakat dalam hal ini namun kalau itu untuk orangtua Surin, maka Sehun harus berusaha semampunya.

“Tidak perlu membuat ulang. Kalau Eomma masih ada, pasti ia akan lebih menyukai kain pertamamu yang berantakan itu.” Sehun mengacak rambut Surin yang kini tertawa pelan.

Mendadak, Surin merindukan ibunya yang sudah tiada itu. Namun, ia tidak bisa bersedih hari ini. Ia tidak bisa bersedih pada hari dimana Sehun berada disebelahnya dengan senyuman hangat dan penuh pengertiannya itu karena yang dapat Surin rasakan hanyalah perasaan bahagia.

Surin rasa pengalamannya menulusuri The Grand Palace bersama Sehun tadi tidak akan pernah bisa ia lupakan. Mungkin The Grand Palace adalah tempat terindah yang pernah ia kunjungi. Surin tersenyum pelan seraya mengeratkan pegangannya pada lengan laki-laki yang kini tengah berjalan berdampingan dengannya itu.

Hari sudah mulai sore, bahkan sebentar lagi matahari terlihat akan segera membenamkan dirinya. Setelah puas menjelajah The Grand Palace, Sehun mengajak Surin untuk berjalan-jalan sore disalah satu taman yang paling diburu oleh para wisatawan karena kawasannya yang benar-benar hijau dan bersih, Lumphini Park.

Lumphini Park adalah sebuah taman di tengah kota Bangkok yang sangat cocok untuk menjadi tempat istirahat dan berolahraga di pagi atau sore hari. Lumphini Park mempunyai suasana yang hijau, dan juga terdapat sebuah danau sehingga sangat cocok untuk bersantai atau jogging. Lumphini Park merupakan taman tertua dan juga terbesar di kota Bangkok dengan luas lebih dari 57 hektar.

Kini Sehun dan Surin tengah duduk bersama dipadang rumput hijau yang ada ditengah taman tersebut. Dari sini, mereka dapat melihat jelas danau luas yang berada tidak jauh tempat mereka sekarang ini. “Anak kecil itu lucu sekali, ya. Mereka benar-benar kembar identik. Coba saja aku juga punya saudara kembar. Hahaha, pasti menyenangkan.” Surin memperhatikan dua anak laki-laki kembar yang kini tengah bermain bola bersama kedua orangtuanya sementara Sehun sibuk mengambil berbagai gambar dengan kameranya, termasuk danau yang tenang itu. Laki-laki itu melirik Surin yang kini masih memperhatian dua anak kecil itu seraya tersenyum pelan.

“Bagaimana kalau aku jatuh cintanya pada saudara kembarmu bukan denganmu?” Surin langsung mengalihkan pandangannya pada Sehun yang kini sudah tertawa jahil. “Kalau begitu, aku bersyukur karena tidak memiliki saudara kembar.” Sehun merangkul Surin yang kini hanya berpura-pura marah. “Aku tidak keberatan kalau harus punya anak kembar.” Surin meliriknya garang. “Mengapa pembicaraanmu jadi ke arah lain, sih?” Sehun tertawa lagi membuat Surin juga tidak dapat untuk menahan tawanya lebih lama.

“Aku serius.” Surin mendadak terdiam mendengar ucapan Sehun barusan. “Kalau begitu aku ingin anak kembar yang berbeda jenis kelamin. Satu laki-laki dan satu perempuan agar mereka saling melengkapi.” Surin berusaha mengusir rasa gugup yang tiba-tiba melandanya dengan menyelingi tawa pada kata-katanya. “Aku ingin keduanya perempuan agar mirip ibunya.” Surin langsung mendengus sementara Sehun tertawa lagi. “Nanti kau pusing dikelilingi wanita-wanita cantik.” Surin bergurau membuat tawa Sehun semakin mendominasi.

Membicarakan masa depan yang diakhiri dengan canda dan tawa mungkin akan menjadi pembicaraan yang paling Sehun sukai. Meskipun hanya sebuah pembicaraan biasa, namun dari pembicaraan tersebut Sehun tahu Surin juga mengharapkan sebuah hidup masa depan bersamanya.

Hari keempat ini benar-benar berjalan dengan sangat cepat. Surin menghela napas dan menaikan selimutnya. “Apa laki-laki itu sudah tidur?” Surin memperhatikan jam dinding yang berada ditengah-tengah kamar hotelnya itu. Sekarang sudah pukul dua belas malam dan Surin yakin sekali Sehun sudah tidur. Ia memutuskan untuk membuka akun instagramnya yang sudah lama tidak dibukanya itu. Surin memposting sesuatu dan tidak lama ponselnya sudah penuh dengan notifikasi.

00

@surinjjang : Nothing sweeter than the togetherness we share.

121 person likes this photo.

Comments :

@chocolattaerin : Astaga romantis sekali menghabiskan waktu ditaman berdua. Mengapa baru mengupdate instagrammu sekarang sih?! Aku sampai hampir mati penasaran karena kau tidak ada kabar apapun, tahu!

@justcheonsa_ : Kalian berdua benar-benar meninggalkanku sendiri huhuhu. Awas saja kalau tidak membawa oleh-oleh apapun!

@_jimiyya : Aku benar-benar tidak sabar mendengar cerita kalian berdua selama di Thailand!!

@baekhyunee_exo : Aku juga benar-benar tidak sabar menceritakan cerita liburanku dengan @_jimiyya selama di Jeju pada kalian berdua!!

@kimkaaaaaa : Tidak perlu pamer dikolom komentar post orang lain. @baekhyunee_exo

@real__pcy : Beberapa menit yang lalu @kimkaaaaaa baru saja mengirimiku pesan singkat yang isinya marah-marah karena baru tahu kalau Baekhyun dan Jimi berlibur bersama di Jeju. Dasar anak remaja baru jatuh cinta. Anyway, Surin-a, kau tidak lupa oleh-oleh untukku, kan?

@dokyungsoo93 : Surin-a, cepatlah pulang. Jika tidak ada sekretaris, bagaimana organisasi kampus mau berjalan dengan baik?

@guardian_suho : Kyungsoo-ya, berhentilah berusaha. Aku akan mentraktirmu dan mengenalkanmu dengan teman-teman perempuanku minggu depan. Kau tenang saja. @dokyungsoo93

@kjong_dae : Whoa, I love that pict, Surin-a! Sepertinya destinasi liburanku selanjutnya harus dirubah menjadi Thailand, hahaha. Jangan lupa oleh-olehnya ya!

@zyxzjs : Aku hampir berpikir kau dan Sehun hilang begitu saja. Ternyata kalian tengah berlibur bersama? Kalau begitu, enjoy your holiday!

@exoxm90 : @zxyzjs Sehun kan sudah bercerita pada kita tentang liburannya ini. Kau saja yang pelupa, Zhang Yixing! Oh ya, Surin-a, mengapa kau tidak mengajak Cheonsa? Kasihan sekali dia, kemarin aku melihatnya makan siang sendirian di kantin kampus.

@hztttao : @exoxm90 Hyung, kau ini payah sekali. Itu namanya kode untukmu agar mau menemaninya makan siang. Sesekali kau harus lebih peka! Surin-a, jangan lupa bawakan aku oleh-oleh ya. Nikmatilah liburan romantismu bersama Sehun!

@oohsehun : ❤

Surin terbelak ketika membaca komentar yang terakhir. “Jadi, ia belum tidur?” Surin mengubah posisi tidurnya kesana dan kemari. Ia akhirnya memutuskan untuk tidak membalas semua komentar-komentar itu.

Ia membuka home instagramnya, lalu terkejut ketika melihat Sehun baru saja memposting foto baru. Surin tahu itu adalah foto yang diambilnya saat mereka berjalan-jalan di Lumphini Park tadi sore. Ia tersenyum senang. Sangat senang sampai rasanya ia ingin segera berlari ke kamar sebelah dan memeluk laki-laki itu sekarang juga.

000

@oohsehun : I never thought that I love you this much. Thanks for being here with me. You’re the best present that God had ever gave to me. @surinjjang

Surin tersenyum lagi ketika membaca caption foto tersebut. Surin rasa ia tidak akan bisa tidur dengan nyenyak malam ini. Dalam hati, ia sangat bersyukur karena Tuhan, telah menghadirkan seorang Oh Sehun dalam hidupnya.

**

Hari ini adalah hari Sabtu, 11 April, hari kelima mereka di Thailand sekaligus satu hari sebelum Sehun berulang tahun. Kali ini, Surin yang menentukan tempat apa yang akan mereka kunjungi hari ini. Setelah mencari-cari informasi melalui internet, Surin memutuskan untuk mengajak Sehun ke Chatuchak Weekend Market. Sebenarnya, Surin sengaja mengajak Sehun ke Chatuchak Weekend Market untuk membelikan laki-laki itu sebuah hadiah. Selain itu, Surin memang ingin membeli beberapa oleh-oleh lagi untuk keluarga dan teman-temannya.

Sehun memegang kedua bahu Surin, membiarkan Surin memimpin jalan. Sesekali mereka berenti diberbagai toko untuk membeli beberapa oleh-oleh, mulai dari tas, aksesoris, dan sebagainya yang akan diberikannya pada keluarga dan teman-teman mereka di Seoul. Surin tertawa ketika Sehun membelikannya topi pantai berwarna putih, senada dengan baju terusan yang kini dikenakan gadis itu.

Chatuchak Weekend Market merupakan salah satu tempat wisata belanja yang paling besar di Asia Tenggara. Sesuai dengan namanya, Chatuchak Weekend Market hanya buka untuk umum pada akhir pekan saja. Di Chatuchak Weekend Market terdapat lebih dari sepuluh ribu gerai penjual barang. Barang-barang yang ditawarkan di Chatuchak Weekend Market cukup beragam, mulai dari produk fashion, tanaman, barang antik, barang kerajinan, buku, benda seni, perhiasan, furnitur, makanan, minuman, cinderamata, hingga binatang peliharaan, dan lain-lain.

Surin melihat-lihat toko aksesoris yang menjual gelang, kalung, cincin dan semacamnya itu. Semua aksesoris yang ada di toko tersebut benar-benar lengkap. Mulai dari bahan yang terbuat dari emas, perak, bahkan batu giok khas Thailand sekalipun.

Surin mengambil satu buah kalung dengan tali kalung yang terbuat dari benang merah, dengan liontin bulat pipih yang berukiran lambang ‘yin & yang’ atau lambang kehidupan khas China. Orang-orang China menggambarkan kehidupan dengan lambang ini karena Yin adalah sisi putih, dan Yang adalah sisi hitam dari sebuah kehidupan yang terkadang ada sisi terang dan gelap atau kata lainnya adalah senang dan sulit.

Liontin kalung tersebut terbuat dari batu giok yang juga merupakan khas China. Tali kalung yang terbuat dari benang merah itu, konon katanya adalah benang jodoh yang menghubungkan sang pemakai dengan jodohnya. Surin tersenyum ketika ia baru saja mendapatkan hadiah yang pas untuk Sehun.

“Sehun-a.” Panggil Surin membuat Sehun yang tengah sibuk memotret itu menghampirinya. “Ada apa?” Surin segera memakaikan kalung tersebut pada leher Sehun dengan setengah berjinjit. Sehun memandang kalung yang sudah tergantung apik dilehernya itu dengan heran. Surin segera memakai kalung yang persis dengan milik Sehun pada lehernya lalu tersenyum pelan.

“Liontin ini adalah lambang kehidupan dan benang yang menjadi tali kalung ini adalah benang jodoh.” Surin menjelaskan membuat Sehun langsung tersenyum. “Ini hadiah ulang tahunmu dariku.” Surin berujar lagi sambil memperhatikan kalungnya sendiri.

“Kalung ini benar-benar memiliki banyak makna.” Sehun menambahkan membuat Surin mengangguk setuju. “Terima kasih, aku benar-benar menyukainya.” Sehun mengacak rambut Surin membuat gadis itu tersenyum senang.

Sehun mungkin sudah mengatakannya, namun ia tidak akan lelah untuk mengatakannya lagi meskipun berulang-ulang. Surin pasti memiliki kekuatan yang mampu membuatnya semakin mencintai gadis itu.

Setelah puas berbelanja di Chatuchak Weekend Market, Surin mengajak Sehun untuk pergi ke salah satu Disneyland-nya Bangkok, Dream World. Dream World adalah salah satu tempat wisata yang juga banyak diburu oleh para wisatawan. Disini, pengunjung dapat menikmati berbagai macam wahana permainan yang sangat menarik. Mulai dari Snow Land, dimana para pengunjung bisa bermain salju buatan dengan sensasi yang benar-benar nyata, sampai permainan mendebarkan seperti roller coaster dan sebagainya.

Surin menarik tangan Sehun dan menuntunnya pada salah satu wahana yang paling terfavorit di Dream World yaitu Sky Coaster. Surin mengencangkan pegangannya pada sabuk pengamannya ketika roller coaster itu mulai beraksi, membawanya menjelajah lintasan berliku yang dapat membuat kaki keduanya terjuntai bebas ketika melewati lintasan yang berbentuk lingkaran.

“Oh Sehun!” Surin berteriak ketika roller coaster itu melaju dengan kecepatan yang benar-benar kencang. Sehun dan Surin sibuk berteriak-teriak terutama pada saat roller coaster itu memasuki terowongan gelap, seolah-olah mereka memasuki sebuah gua yang panjang. Bedanya adalah, teriakan Sehun diiringi dengan suara tawa yang sangat antusias sementara teriakan Surin benar-benar seperti orang yang ingin menangis membuat Sehun semakin ingin tertawa ditengah-tengah kepalanya yang juga sudah mulai pusing.

“Ah, aku tidak akan pernah menaiki wahana semacam ini lagi.” Surin mengatur napasnya sambil berpegangan pada lengan Sehun. Kakinya sudah benar-benar lemas sampai-sampai ia merasa akan ambruk sebentar lagi. Surin benar-benar heran pada Sehun yang kini terlihat baik-baik saja. Ia malah sibuk menertawai Surin membuat Surin ingin menimpuknya dengan sepatu ketsnya sekarang juga. “Bukan aku yang mengajakmu untuk menaiki wahana itu, kan?” Surin menghela napas, tidak punya tenaga untuk membalas laki-laki itu.

Sehun dan Surin benar-benar menikmati semua wahana yang ada di Dream World dengan antusias. Sesekali Sehun memotret Surin dan kawasan Dream World yang benar-benar ramai pengunjung itu. Mereka menaiki wahana komedi putar, ferrish wheel atau bianglala, sampai mendatangi Cartoon Land dimana mereka dapat berjumpa dengan para tokoh kartun terkenal.

“Suatu saat, ketika kita kembali lagi ke Thailand, kita harus mengunjungi pulau Phuket dan Pattaya.” Sehun berujar tiba-tiba ketika mereka tengah menyusuri Flowers World atau padang bunga yang juga merupakan tempat andalan dari Dream World. “Tentu saja. Kedua pulau itu memiliki pantai yang sangat indah.” Sahut Surin sambil masih menikmati ice cream yang tengah dipegangnya. Sehun tiba-tiba berdiri di depannya sambil tersenyum membuat Surin bertanya-tanya.

“Ada apa?” Tanyanya membuat senyuman Sehun semakin melebar. “Berarti kau setuju kalau suatu saat, kita akan kembali lagi ke negara ini?” Surin mengangguk yakin. “Tapi aku mau saat kita kembali lagi kesini, kita bukan hanya menikmati liburan biasa.” Sehun berujar lagi membuat dahi Surin kembali berkerut.

“Maksudmu?” Sehun menyentil dahi Surin yang tidak peka itu dengan gemas. “Aku maunya kita menikmati liburan yang tidak biasa.” Surin masih tidak menangkap arti dari perkataan Sehun, membuat laki-laki itu semakin gemas.

Sehun menggigit ice cream Surin lalu mengecup bibir gadis itu cepat. Surin belum menyadari apa yang terjadi sampai ketika ia melihat Sehun kini sudah berlari kecil menjauhinya sambil tertawa jahil. Surin kini tahu maksud liburan tidak biasa itu apa.

“Maksudnya bulan madu?” Surin mengulang lalu memandang Sehun yang sudah berada lumayan jauh darinya itu dengan geram. “Dasar Oh Sehun, laki-laki mesum!” Surin berteriak dan langsung mengejar laki-laki yang kini sudah semakin mempercepat larinya itu.

**

Surin memandangi ponselnya dengan tidak tenang. Ia menggerak-gerakan kakinya sambil terus menunggu panggilan masuk dari seseorang. Kini jam sudah menunjukan pukul setengah dua belas malam dan itu berarti setengah jam lagi Sehun akan berulang tahun. Surin menerka-nerka apakah laki-laki itu sudah tertidur apa belum, sampai ponselnya berbunyi nyaring, menandai sebuah panggilan masuk yang sudah ditunggu-tunggu Surin akhirnya sampai juga.

“Bagaimana? Apa semua sudah siap? Kalau begitu cepat naiklah ke sini. Kamarku nomor 301.” Surin berujar cepat dan langsung menutup sambungan teleponnya begitu saja ketika orang diseberang sana sudah berkata ‘ok’. Surin memperhatikan penampilan dirinya pada kaca meja rias yang berada disudut kamar itu.

Kini Surin tampak mengenakan dress selutut berwarna hitam dengan motif bunga-bunga mawar kecil yang berwarna merah serta heels hitam yang tidak terlalu tinggi. Ia membiarkan rambutnya yang panjang tergerai begitu saja. Surin menghela napas yakin ketika ia memandangi pantulan dirinya itu.

Kali ini Surin harus berhasil.

**

“Sehun-a, sekarang aku sudah dibandara. Aku akan pulang ke Seoul karena urusan organisasi kampus yang mendadak. Urusan ini benar-benar penting, aku tidak boleh melewatkannya. Maafkan aku, ya. Oh ya, selamat ulang tahun untukmu. Semoga semua hal baik dapat kau raih diumurmu yang sekarang ini.” Sehun bangun sepenuhnya ketika mendengar suara Surin melalui sambungan telepon itu. Ia baru saja tertidur pulas dan sekarang ia harus bangun dengan kabar yang seperti ini?

“Jang Surin, kau tidak bercanda kan?” Sehun berujar memastikan namun Surin buru-buru mematikan sambungan teleponnya setelah berkata kalau pesawatnya sebentar lagi akan berangkat. Sehun mencoba menghubungi Surin kembali namun gadis itu tidak menjawabnya membuat Sehun benar-benar geram. Ia mengacak rambutnya frustasi.

Sekarang apa? Surin meninggalkannya tepat dihari ulang tahunnya?

Sehun menoleh cepat karena terkejut ketika pintu hotelnya terbuka perlahan, dan akhirnya memperlihatkan Surin yang kini memegang kue tart itu. “Ah, sial. Kenapa aku tidak berpikir kalau kau mengerjaiku, sih?!” Surin tertawa lalu menghampiri Sehun yang kini sudah duduk dipinggir kasurnya dengan rambut yang masih berantakan dan hanya mengenakan kaos tidur beserta celana pendek biasa itu.

“Saengil chukkae, Oh Sehun! Aku harap, kau selalu berbahagia selamanya. Ayo buat permohonan dan tiup lilin ini.” Pinta Surin membuat Sehun segera memejamkan matanya dan membuat permohonan.

Sehun berharap agar ia dapat menjadi pribadi yang lebih baik untuk dirinya sendiri, Sehun berharap agar ia dapat menjadi anak yang lebih baik untuk kedua orangtuanya, dan Sehun berharap agar ia dapat menjadi sosok laki-laki yang lebih baik untuk Surin. Sehun juga benar-benar berharap agar Tuhan selalu memberikan semua hal baik dalam hidupnya.

Sehun meniup lilin tersebut lalu seruan heboh Surin menggema diseluruh penjuru ruangan. Surin meletakan kue tart itu pada meja kecil yang ada disebelah kasur Sehun lalu duduk berhadapan dengan laki-laki itu. Surin menangkup kedua pipinya dan mengelus kedua belah pipi putih itu dengan kedua ibu jarinya.

“Selamat ulang tahun, aku menyayangimu dan sampai kapanpun akan begitu.” Surin berujar membuat Sehun tersenyum sampai matanya membentuk lengkungan bulan sabit. “Aku juga menyayangimu.” Sehun memegang jemari-jemari Surin yang masih tertempel pada kedua pipinya itu dengan senyuman yang tidak mau hilang begitu saja dari wajahnya.

Surin memejamkan matanya lalu mendekatkan wajahnya pada wajah Sehun. Kini jarak mereka benar-benar dekat bahkan Surin dapat merasakan hidungnya menyentuh ujung hidung Sehun. Satu… semakin dekat, dua… lebih dekat lagi, dan ti—

“OH SEHUN, SELAMAT ULANG TAHUN!!” Sehun terkejut sampai-sampai merasa jantungnya akan lepas begitu saja ketika suara yang menggelegar itu memenuhi kamar hotelnya. Sehun memandang Surin yang kini sudah tertawa heboh itu dengan tidak percaya.

Semua temannya, Chanyeol, Kai, Baekhyun, Suho, Kyungsoo, Jongdae, Minseok, Yixing, dan Tao beserta ketiga teman Surin, Taerin, Cheonsa, dan Jimi kini berada disini, dikamar hotel yang sudah berubah menjadi kapal pecah itu akibat confetti yang bertaburan, menambah keramaian kamar tersebut. Ditambah lagi suara terompet yang ditiup mereka semua, benar-benar pesta kejutan yang sangat dua kali lipat bagi Sehun.

“Aish, kalian mengganggu saja!” Sehun mengumpat membuat yang lain tertawa gaduh. “Sehun-a, ini semua adalah ide Surin. Dia yang menyuruh kami datang kemari, bahkan sampai membayarkan tiket pesawatnya. Sebenarnya kami pun sudah berada disini sejak dari kemarin. Kau harus berterima kasih padanya.” Chanyeol berujar membuat Surin hanya tersenyum sementara Sehun sudah terlebih dulu membentuk lengkungan bulan sabit tersebut.

“Iya, betul! Berterima kasihlah!” Baekhyun melanjutkan membuat yang lain langsung menyetujuinya. “Kisseu! Kisseu! Kisseu!” Seru Taerin, Cheonsa, dan Jimi secara bersamaan membuat yang lain juga berseru dengan seruan serupa membuat suasana semakin ramai.

Sehun menarik lengan Surin dan langsung mendaratkan bibirnya pada bibir Surin membuat yang lain tertawa sambil bertepuk tangan senang.

Sehun benar-benar berterima kasih pada Tuhan, karena telah memberikannya hadiah yang paling terindah, lebih indah dari apapun.

Jang Surin.

Sehun memperdalam ciumannya, mengutarakan perasaannya yang sebenarnya pada Surin.

“Selamat ulang tahun, Oh Sehun!”

-FIN

Birthdays come and go

But you forever will be

The guy who in my dreams

I adoringly see.

Birthdays come and go

But my love for you

Is forever, permanent

Sweet, and true

Happy birthday,

My Prince,

My Forever crush,

My Handsome man,

My Mood booster,

My One,

And Only,

Oh Sehun.

21

3 comments

  1. azira · May 25, 2015

    Kyaaaaaa!!!!!!so sweet bangeetttttt….sehun romantis banget yah…hahahahah…ditunggu series lainnya..keep writing 🙂

  2. rahsarah · April 20, 2016

    benar2 perjalanan liburan yg menyenangkan, apalagi bareng oh sehun ahaaaaaa mauuuu
    happy birthday oh sehun sayang hahahah

  3. southpole · July 11, 2016

    Cintanya sehun surin ini meluap2 banget dah ampe yg baca jadi jealous sendiri hahhahahahaha

    Tapi author’s note-nya juga so sweet abis hehehehehe

Leave a reply to rahsarah Cancel reply