Love At First Sight

loveatfirstsight

 

Happy reading from me and Oh Sehun!

 

**

Hari itu langit sore yang biasanya berwarna oranye berubah menjadi warna gelap ditemani rintik-rintik air hujan yang mulai membasahi tanah, membuat orang-orang yang tampak sibuk berlalu lalang segera mengeluarkan payungnya dan berjalan lebih cepat. Berbagai macam kendaraan yang menerobos rintik hujan yang semakin lama semakin deras itu menambah keramaian kota Seoul yang entah sejak kapan menjadi pemandangan menarik bagi seorang gadis yang sedari tadi hanya menikmati satu gelas cokelat hangatnya sambil terus memperhatikan ke arah luar jendela café. Gadis itu bahkan sampai lupa dengan setumpuk tugas juga laptop yang sedari tadi seakan menunggunya untuk segera di selesaikan.

 

Mungkin setidaknya itu yang dipikirkan seseorang yang tengah asik memandangi gadis itu. Ya, Oh Sehun, laki-laki yang memiliki tubuh tinggi serta kulit seputih susu itu terus saja menebak apa yang tengah dipikirkan gadis berambut hitam pekat itu sedari tadi. Sehun sendiri juga tidak tahu sejak kapan kegiatan memperhatikan sekaligus menebak apa yang tengah dipikirkan gadis itu menjadi kegiatan menarik baginya.

 

Sehun rasa semua bermula dari seminggu yang lalu, tepatnya ketika Sehun hendak pulang ke rumahnya yang letaknya cukup jauh dari kampusnya. Sehun yang pada saat itu sedang tidak membawa mobil pribadinya dikarenakan mobil tersebut tengah di service, terpaksa harus menaiki kereta untuk dapat kembali ke rumahnya. Selama perjalanan yang panjang itu, perhatian Sehun terpaku pada seorang gadis yang sudah beberapa kali harus mengalah dan memberikan tempat duduknya pada orang-orang berusia lanjut. Gadis yang tampak sangat kelelahan itu sampai tertidur dalam posisi berdiri dengan sebuah buku sastra Korea yang sangat tebal ditangannya. Caranya tersenyum ketika ia memberikan tempat duduknya, matanya yang terlihat sangat berat namun tidak kunjung lepas dari buku tebal tersebut, rambutnya yang sedikit bergelombang dan di ikat satu, entah mengapa menjadi daya tarik tersendiri bagi Sehun.

 

Sehun sempat menyayangkan mengapa stasiun pemberhentian gadis itu terasa begitu dekat sampai-sampai Sehun terus memperhatikan punggung kecil gadis itu ketika sosoknya mulai turun dari kereta sambil terus membaca buku tebalnya. Punggung kecil gadis itu pun dengan perlahan hilang dibalik keramaian stasiun.

 

Sejak saat itu Sehun memilih untuk berangkat dan pulang dari kampus dengan menggunakan kereta meskipun memakan banyak tenaga dan waktu.

 

Awalnya ia tidak percaya akan ungkapan cinta pada pandangan pertama, akan tetapi ketika ia melihat gadis itu untuk pertama kalinya di kereta, Sehun rasa ia mulai mempercayai ungkapan tersebut.

 

Namun hari ini berbeda. Sehun tidak sengaja bertemu dengannya di café ini, padahal hari ini Sehun sudah sengaja berangkat ke kampus dengan menggunakan mobil pribadinya agar tidak bertemu dengan gadis itu. Alasan mengapa Sehun tidak mau bertemu dengannya hari ini adalah karena semata-mata belakangan ini Sehun terus saja memikirkannya. Semakin sering ia melihat gadis itu, semakin sering juga gadis itu muncul dalam pikirannya dengan sebuah tanda tanya besar yang membuat Sehun seakan hampir gila. Sehun benar-benar semakin penasaran akan sosoknya dan tentu saja akan identitas gadis itu.

 

Sehun juga baru menyadarinya ketika gadis itu salah mengambil pesanan. Ia malah mengambil pesanan Sehun yang merupakan chocolate bubble tea, bukannya pesanannya sendiri. Untuk pertama kalinya Sehun berbicara dengan gadis itu. Untuk pertama kalinya ia melihat senyuman ramah gadis itu yang ditujukan untuknya. Gadis itu meminta maaf atas kesalahannya sementara Sehun tidak henti-hentinya menatap kedua manik hitam pekat milik gadis itu yang langsung menjadi favorite Sehun.

 

Sehun yang tadinya hanya berniat untuk mampir sebentar ke café tersebut untuk membeli minuman favoritenya, malah mendudukan diri di tempat duduk yang lumayan jauh dari tempat gadis itu duduk. Ia malah memilih untuk memperhatikan gadis itu lebih lama dari jauh, berusaha mencari tahu apa yang berhasil membuatnya jatuh hati berkali-kali dengan hanya melihat sosoknya.

 

Bukannya sebuah jawaban akan pertanyaannya barusan, Sehun malah berhasil menyimpulkan sebuah kesimpulan mengenai gadis itu. Sehun merasa bahwa banyak yang tengah gadis itu pikirkan, terbukti dengan pemandangan yang Sehun lihat sendiri sekarang ini. Gadis itu tampak tengah memangku dagunya dengan telapak tangannya sembari memperhatikan jalanan Seoul yang ramai, mengacuhkan laptop dan bahkan semua kertas yang bertebaran di meja bundar tersebut sambil terus menautkan kedua alisnya seolah sedang memikirkan sesuatu yang rumit. Sorot matanya terlihat sendu, membuat Sehun langsung menyimpulkan bahwa selain banyak pikiran, gadis itu terlihat seperti sedang sedih.

 

Sehun ingin menyapanya. Sehun sangat ingin mengetahui apa yang tengah dipikirkan gadis itu. Yang terlebih lagi, Sehun ingin mengetahui namanya.

 

“Surin-a!”

 

Pandangan Sehun langsung beralih ke arah suara seorang gadis yang kini baru saja memasuki pintu café tersebut bersama seorang laki-laki berambut cokelat gelap. Mereka berdua menghampiri gadis yang baru saja Sehun ketahui bernama Surin itu dengan sangat-sangat bersemangat.

 

Tiba-tiba Sehun merasakan ponselnya bergetar di dalam saku celana panjangnya. Ia segera mengangkat panggilan telepon yang ternyata dari ibu kandungnya itu seraya berjalan keluar dari café tersebut.

 

“Oh Sehun, dimana kau sekarang? Cepat pulang, kau harus segera membereskan barang-barangmu untuk pindahanmu malam ini. Kau tidak lupa, kan?” Ujar ibunya membuat Sehun langsung menepuk dahinya berkali-kali. Sehun segera menyalakan mesin mobilnya dan melaju dengan kecepatan tinggi setelah ia berkata pada ibunya bahwa ia akan segera tiba dirumah.

 

Tiba-tiba sebuah senyuman terulas di wajahnya. “Surin. Nama yang bagus.”

 

 

**

 

“Wah, anak ketiga keluarga Oh yang sedari tadi kami tunggu-tunggu akhirnya datang juga.” Sehun tersenyum canggung kemudian membungkuk sopan di hadapan kedua kerabat dekat ayah dan ibunya, pemilik rumah yang akan Sehun tinggali selama tiga bulan ke depan.

 

Ya, ayah dan ibunya menitipkan Sehun pada keluarga Jang selama kedua orangtuanya itu menetap di Jepang karena urusan pekerjaan yang mendesak. Awalnya Sehun menolak untuk dititipkan karena ia merasa bisa tinggal sendiri di rumah mereka meskipun kedua orangtuanya tidak ada. Selama ini Sehun juga selalu tinggal sendiri di rumah tersebut mengingat kedua orangtuanya bekerja dan kedua kakak laki-lakinya sudah berkeluarga, namun karena rasa khawatir ibunya yang luar biasa, takut-takut Sehun tidak dapat mengurus diri sendiri terutama pola makannya sehari-hari, akhirnya Sehun dititipkan pada kerabat dekat ayah dan ibunya yang kebetulan letak rumahnya juga tidak begitu jauh dari Seoul National University, tempat Sehun berkuliah.

 

“Maaf merepotkan anda berdua, paman dan bibi Jang.” Sehun membungkuk lagi membuat Tuan dan Nyonya Jang hanya membalasnya dengan jawaban ‘tidak apa-apa’ sambil tertawa kecil. Tuan dan Nyonya Jang menyuruh Sehun untuk segera memasukan barang-barangnya di kamar tamu yang sudah secara khusus disiapkan untuk Sehun. Setelah itu mereka bertiga berbincang hangat diruang tamu, yang cukup luas  itu.

 

Tiba-tiba seorang gadis masuk ke ruang tamu tersebut dan langsung membungkuk sopan. “Aku pulang.” Ujarnya kemudian menegapkan dirinya kembali. Sehun terkejut setengah mati melihat gadis yang kini tengah berdiri di depan pintu masuk tersebut. Gadis itu adalah gadis yang selama ini berhasil mencuri perhatiannya. Gadis yang sudah menaruh tanda tanya besar pada otak Sehun, membuat Sehun tidak dapat berhenti memikirkan gadis itu dan tanda tanyanya.

 

“Surin-a, perkenalkan ini Oh Sehun, anak dari teman eomma dan appa yang sudah kami ceritakan akan tinggal di rumah ini untuk tiga bulan ke depan.” Ibunya berujar dengan sebuah senyum manis membuat Surin langsung melemparkan senyumannya pada laki-laki yang kini dengan sigap bangkit dari tempat duduknya untuk berbungkuk sopan. “Ah, Sehun-a, kau tidak perlu se-formal itu pada Surin. Kalian itu seumur dan aku juga baru tahu kalau ternyata kalian satu universitas setelah tadi kita berbincang bersama.” Ayah Surin tertawa kecil membuat Sehun dan Surin langsung bertatapan sambil turut mengulum senyum.

 

“Benarkah? Aku tidak pernah melihatmu di kampus. Salam kenal, Oh Sehun. Namaku Surin, Jang Surin. Aku dari jurusan sastra Korea. Bagaimana denganmu?” Ujar Surin membuat Sehun terbata. Sehun tidak bisa menahan rasa keterkejutannya. Gadis yang selama ini Sehun pikir tidak akan pernah menyadari keberadaannya kini malah menyebut nama lengkapnya secara jelas. Sehun tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya selain terus memandangi Surin tanpa berkedip dan tersenyum canggung.

 

“A-aku jurusan arsitektur. Pantas saja kita tidak pernah bertemu di kampus sebelumnya. Letak gedung fakultas kita cukup berjauhan.” Jawab Sehun terbata sementara Surin hanya menganggukan kepalanya sambil tersenyum kecil. Sebenarnya Sehun ingin bertanya apakah Surin pernah melihatnya di kereta atau tidak, namun ia mengurungkan niat tersebut. Jelas saja Surin tidak akan mengenali Sehun yang selalu mengenakan masker dan topi hitam ketika mengendarai kendaraan umum.

 

“Kalau begitu mulai besok berangkat ke kampus bersamaku saja. Lebih efisien naik mobil daripada naik kereta.” Ujar Sehun kemudian sepersekian detik kemudian ia langsung menyesali perkataannya barusan. “Dari mana kau tahu kalau Surin berangkat naik kereta ke kampusnya?” Tanya Nyonya Jang membuat Sehun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “A-aku pernah melihat Surin sebelumnya untuk beberapa kali di kereta.” Jawab Sehun membuat Tuan dan Nyonya Jang langsung bertatapan dan senyum penuh arti sambil saling senggol-menyenggol sementara Surin langsung terbahak melihat tingkah kedua orangtuanya.

 

“Mulai besok, kau harus berangkat dan pulang dengan Sehun. Hal ini juga akan lebih aman untukmu, Surin-a.” Pinta ayahnya membuat Surin hanya mengangguk lemah. Surin baru saja akan melangkah mendekat namun tiba-tiba ia menjerit kesakitan membuat ketiga orang yang sedari tadi memperhatikannya langsung menghampiri gadis itu dengan panik. “Astaga, ada apa dengan kakimu, Surin-a? Mengapa bisa seperti ini?” Ibunya kini sudah mengelus punggung kaki Surin yang tampak memar menyeramkan itu sambil menatap Surin dengan khawatir. Ayahnya dan Sehun juga melakukan hal yang sama sementara Surin hanya tersenyum kecil. Ia melepas tangan ibunya dari punggung kakinya juga tangan ayahnya dan Sehun dari kedua tangannya.

 

“Tidak apa. Aku hanya tergelincir saat keluar dari kereta.” Jawab Surin sambil memperlihatkan senyumannya kembali. Senyuman yang tidak secerah senyuman yang selalu Sehun lihat. Sehun kembali memperhatikan punggung kaki yang kini berusaha di sembunyikan oleh sang empunya itu dengan seksama. “Tapi itu bukan seperti tergelincir. Itu seperti luka habis di injak. Apa seseorang baru saja menginjak ka—” Surin langsung menyentuh lengan Sehun membuat ucapan laki-laki itu terpotong. Surin menatapnya dalam-dalam namun Sehun tidak dapat membaca apa arti dari tatapan tersebut.

 

Surin melepaskan tangannya dari lengan Sehun kemudian tersenyum pada kedua orangtuanya. “Aku hanya tergelincir. Tidak apa, aku bisa mengobatinya sendiri. Kalian beristirahatlah, hari sudah sangat larut. Selamat malam.” Surin berjalan mendahului ketiga orang yang masih memandangi gadis yang kini tengah terseok itu menuju ke kamarnya yang berada di lantai dua.

 

Lagi-lagi sebuah tanda tanya yang ditinggalkan gadis itu pada pikiran dan benak Sehun. Sehun memandang kedua orangtua Surin dengan alis yang bertaut, seolah tengah berpikir keras. Yang Sehun dapatkan hanyalah rasa khawatir tidak berujung dari sorot mata kedua orangtua gadis itu.

 

“Aku rasa kita harus menceritakan ini pada Sehun. Aku hanya ingin ada orang yang melindunginya.” Tuan Jang berujar pada istrinya yang hanya mengangguk pasrah.

 

“Oh Sehun, maukah kau membantu kami?”

 

 

**

 

“Eomma, appa, makanlah dulu sebelum kalian berangkat ke kantor. Aku sudah membuatkan nasi goreng omelet kesukaan kalian.” Surin mempersiapkan empat piring berisi nasi goreng omelet di meja makan dengan senyuman yang tidak berhenti mengembang di wajahnya. Sehun yang sedari tadi memperhatikan gadis itu dari lantai dua hanya dapat tersenyum. Gadis itu dapat membuat Sehun bersemangat bahkan hanya untuk menyantap sarapan.

 

“Hei, Oh Sehun! Turun dan makanlah.” Sehun mengangguk lalu menuruni tangga dan segera menghampiri ketiga orang yang kini sudah siap menyantap sarapan mereka. “Selamat makan!” Ujar Surin bersemangat sementara yang lain sudah melahap nasi goreng omelet buatan Surin itu setelah membalas ucapan Surin barusan.

 

“Bagaimana dengan lukamu?” Sehun berujar dan kemudian langsung menyesali ucapannya barusan itu ketika melihat wajah jahil dari kedua orangtua Surin. “Luka? Ah, sudah baikan. Aku rasa aku juga sudah dapat berlari. Eomma pasti kemarin malam mengobatiku, kan? Aku merasa seseorang memijat juga mengoleskan obat oles pada kakiku” Tanggap Surin membuat ibunya langsung menatapnya heran.

 

“Tidak. Eomma hanya menaruh obat olesnya di meja belajarmu kemarin malam.” Surin langsung menatap ayahnya yang juga langsung menggelengkan kepalanya. “O-Oh Sehun, tidak mungkin kau, kan?” Sehun terbatuk membuat Surin semakin yakin bahwa laki-laki itulah yang mengoleskan obat tersebut pada kakinya. Laki-laki yang baru dikenalnya kemarin itu bahkan memijat kaki Surin membuat punggung kakiknya merasa jauh lebih baik pagi ini.

 

“Maaf. Sungguh, aku tidak melakukan apapun selain mengoleskan obat itu dan memijat kakimu. Aku benar-benar langsung keluar setelah itu.” Surin dan kedua orangtuanya tertawa menanggapi ucapan polos Sehun barusan. “Terima kasih.” Ujar Surin seraya memperlihatkan senyumannya pada Sehun yang langsung kembali terbatuk.

 

“Surin-a, mulai sekarang, kau harus menceritakan semua masalahmu pada Sehun. Jika kau terlibat masalah, langsung beritahukan padanya. Appa sudah menitipkanmu pada Sehun, jadi kau tenang saja.” Ayah Surin berujar membuat Surin hanya mengernyitkan dahinya, tidak mengerti. “Masalah seperti apa?” Tanya Surin membuat kedua orangtuanya langsung menatapnya dengan tidak enak. Sehun yang sudah mengerti apa yang terjadi pada Surin setelah mendengarkan cerita dari ayah dan ibu kandung gadis itu kemarin malam hanya dapat terdiam sembari turut mencuri pandang ke arah Surin yang kini masih dengan lahap menyantap makanannya.

 

“Ya, apa saja. Intinya kau sudah punya teman sekarang ini, jadi kau tenang saja.” Surin meletakan sendoknya begitu saja ketika mendengar ucapan ayahnya barusan. Suasana hening untuk sesaat, membuat suasana cerah seketika berubah menjadi muram dalam waktu sekejap. “Park Jimi dan Byun Baekhyun kemarin baru saja menemuiku.” Ucapan Surin barusan terdengar seperti menentang perkataan ayahnya yang seolah mengatakan bahwa Surin tidak mempunyai teman.

 

“Maksud ayahmu itu teman di kampus. Park Jimi dan Byun Baekhyun itu kan teman SMA-mu yang sekarang berbeda universitas denganmu.” Tambah ibunya membuat Surin hanya terdiam sementara Sehun masih setia mendengarkan. “Oh Sehun, kami benar-benar meminta tolong padamu. Jika kau melihat Surin sendirian di kampus, hampiri saja dia. Jangan biarkan dia sendirian.” Surin memandang ibunya yang kini menyentuh tangan Sehun itu dengan tatapan berkaca-kaca.

 

“Ah, aku sudah kenyang. Eomma, appa, aku berangkat dulu.” Surin segera mengambil tasnya dan berjalan dengan tergesa-gesa bermaksud untuk segera meninggalkan rumahnya. Sehun langsung menyusul Surin dan menahan tangannya. “Aku sudah bilang lebih efisien naik mobil daripada naik kereta.” Sehun tersenyum sementara Surin hanya memandangnya dengan tatapan tidak suka.

 

“Jika sifatmu ini hanya karena kau kasihan padaku setelah mendengar cerita dari kedua orangtuaku, maka lebih baik tidak perlu.” Surin melepas tangan Sehun dengan kasar kemudian berjalan begitu saja namun Sehun lagi-lagi mencegahnya. “Memangnya aku terlihat mengasihanimu? Aku hanya tidak ingin berbagi pemandangan indah dengan orang-orang lain.” Ujar Sehun membuat Surin langsung melemparkan tatapan penuh tanya. “Pemandangan indah?” Sehun mengangguk, menjawab pertanyaan Surin barusan. “Aku hanya ingin memandangi pemandangan indah itu sendiri. Aku tidak ingin berbagi pada siapapun pagi ini apalagi dengan orang-orang yang ada di kereta.” Sehun menarik tangan Surin sementara gadis itu hanya menatapnya dengan tidak percaya. Pemandangan indah yang dimaksud Sehun barusan adalah dirinya? Surin menatap punggung Sehun yang masih menariknya ke arah mobil yang terparkir tepat di depan garasi rumahnya itu dengan sangat tidak percaya.

 

Surin duduk di kursi penumpang yang berada tepat di sebelah kursi pengemudi. Surin meraba wajahnya kala Sehun terus menatapnya tanpa henti. “Apa? Apa ada yang salah?” Tanyanya membuat Sehun menggeleng namun masih terus memperhatikan gadis itu. “Aku hanya sedang memandangi pemandangan indah yang ku maksud tadi. Aku senang hari ini aku tidak harus berbagi dengan orang-orang di kereta.” Sehun tertawa kecil ketika melihat Surin menunduk seraya menahan senyumannya. Sehun mendekatkan dirinya pada Surin membuat gadis itu langsung menjauh. Sehun menarik sabuk pengaman yang masih belum Surin pakai itu lalu segera memakaikannya. Lagi-lagi Surin menunduk membuat Sehun hanya tersenyum gemas melihatnya.

 

Sehun mulai melajukan mobilnya di jalanan Seoul yang pagi itu sudah cukup ramai. “Oh Sehun.” Panggil Surin ketika sekitar sepuluh menit keheningan tercipta diantara mereka. “Ku harap kau tidak mendengarkan permintaan orangtuaku tadi pagi. Sungguh, aku tidak kesepian seperti yang mereka kira. Aku memiliki banyak teman di kampus, jadi ku harap kau tidak terlalu serius menanggapi ucapan kedua orangtuaku.” Ujar Surin tanpa memandang Sehun yang kini berusaha mencuri pandang ke arah gadis itu.

 

“Tapi orangtuamu tidak pernah bilang kalau kau kesepian.” Tanggap Sehun membuat Surin langsung membeku dengan seketika. Sehun baru saja mengenalnya kemarin tetapi sepertinya ia sudah dapat dengan mudah membaca pikiran Surin. “Pada kenyataannya kau memang kesepian. Aku sudah dapat mengetahui hal itu dari pertama kali aku melihat punggung kecilmu di kereta.” Ujar Sehun membuat Surin langsung menunduk. Surin tidak bisa menyangkal karena memang itu yang dirasakannya selama ia menjalani kehidupan kuliahnya. Ia memang kesepian semenjak Jimi dan Baekhyun tidak lagi berada bersama dengannya seperti pada saat-saat sekolah.

 

“Mau berteman denganku?”

 

Surin dengan spontan menatap Sehun dengan tidak percaya. Surin dapat melihat Sehun tersenyum lembut meskipun laki-laki itu sedang tidak menatapnya. Jantung Surin berdegup kencang sampai-sampai ia takut Sehun akan mendengarnya.

 

Oh Sehun, orang pertama yang resmi menjadi teman Surin di sepanjang hidup perkuliahannya, sekaligus orang pertama yang membuat Surin merasa benar-benar hangat dengan semua perlakuan dan perkataannya.

 

 

**

 

“Hei, Jang Surin. Gadis cantik yang berhasil menarik perhatian seorang ketua organisasi majalah kampus, bagaimana luka di kakimu? Kalau masih kurang aku bisa menambahnya. Kebetulan heels-ku hari ini lebih dari sepuluh centi.”

 

Surin yang kini tengah sibuk dengan laptopnya hanya melirik tiga gadis yang sekarang ini menghampirinya. Gadis dengan rambut lurus dan berwarna cokelat panjang itu kini bahkan sudah menyentuh bahu Surin membuatnya merasa tidak nyaman. Surin mendadak menyesal memilih untuk menyendiri di ruangan kelasnya dan bukan di perpustakaan kampus.

 

Satu gadis dengan warna rambut pirang kini menyingkirkan laptop Surin begitu saja seraya menyentuh dagu Surin dengan satu telunjuknya. “Aku lihat gadis cantik ini bukan hanya mengincar ketua organisasi majalah kampus namun juga laki-laki bernama Oh Sehun, anggota organisasi pecinta photography sekaligus mahasiswa jurusan arsitektur. Tidak kah kau tahu bahwa aku sudah mengincarnya dari satu tahun yang lalu?!” Gadis itu menaikan nada bicaranya di kalimat terakhir sementara Surin hanya menatapnya dengan tidak suka. Gadis itu menjambak rambut Surin membuat Surin langsung memekik dengan seketika. “Apa yang kau lakukan?!” Ujarnya namun gadis berambut pirang itu hanya tertawa sementara kedua temannya kini sudah memegang masing-masing tangan Surin agar ia tidak dapat membalas.

 

“Kau bertanya apa yang akan aku lakukan setelah kau dengan semena-mena malah merebut semua laki-laki incaran kami bertiga? Pertama Do Kyungsoo, ketua organisasi majalah kampus. Kau tahu kan, kedua temanku ini sangat mengidolakannya? Lalu kau malah membuatnya menyukaimu dan mengejarmu sampai sekarang. Hari ini kau bahkan sudah merebut Oh Sehun, laki-laki yang sudah aku sukai dari satu tahun yang lalu. Jangan pikir aku tidak melihatmu turun dari mobilnya tadi pagi dasar gadis jalang!” Gadis berambut pirang itu membenturkan kepala Surin ke tembok yang berada tepat di sebelah Surin berkali-kali sambil berseru marah sementara Surin kini sudah hampir tidak sadarkan diri. Kepalanya mulai mengeluarkan darah.

 

“Jangan kira kau bisa lolos setelah hari ini, Jang Surin.” Ujarnya sambil menunjuk Surin sementara Surin hanya memejamkan kedua matanya seraya menahan sakit yang luar biasa dari kepalanya. “Jauhi Kyungsoo, jauhi Sehun atau kau akan bernasib lebih parah dari hari ini. Dan ini tambahan karena kau sudah berani-beraninya menolak mengerjakan tugasku sehingga akhirnya aku mendapat nilai C.” Seorang gadis lainnya melemparkan buku tebal yang ada disebelahnya ke wajah Surin sehingga kini dapat Surin rasakan cairan yang sama dengan yang kini terus mengalir dari kepalanya itu keluar pula dari hidungnya.

 

Mereka bertiga meninggalkan Surin yang kini sibuk mencari tisu di tasnya untuk menghapus darah yang keluar dari kepala dan hidungnya namun ia tidak kunjung menemukannya. Surin yang hendak berjalan keluar kelas kosong tersebut menuju klinik kampus yang berada tidak jauh dari tempatnya sekarang ini malah ambruk tidak sadarkan diri begitu saja di lantai kelas yang sunyi tersebut.

 

Jang Surin, gadis yang sedari pertama kali masuk ke Seoul National University tidak pernah sekalipun mempunyai seorang teman. Awalnya Surin berpikir mungkin ia yang terlalu menjaga jarak dengan orang-orang yang ada di sekitarnya, namun pada kenyataannya tidak. Mereka menganggap Surin sebagai saingan terbesar karena Surin yang sangat pandai dalam bidang akademis, benar-benar menjauhi Surin dan menganggap Surin adalah musuh sekaligus saingan mereka yang paling berbahaya.

 

Mereka seringkali memperlakukan Surin dengan semena-mena, berharap perlakuan keji mereka terhadap Surin dapat membuat prestasi akademis gadis itu menurun drastis dan bahkan keluar dengan sendirinya dari kampus tersebut. Setiap kerja kelompok dan presentasi, mereka menyerahkan semuanya pada Surin sehingga gadis itu harus melakukan penelitian juga penyusunan presentasi tersebut sendirian.

 

Surin harus mengalami semua itu selama dua tahun terakhir. Dan semua perlakuan keji yang diterimanya itu harus diperparah ketika seorang laki-laki bernama Do Kyungsoo, mahasiswa dari jurusan seni sekaligus ketua dari organisasi majalah kampus diketahui menyukainya. Yang Surin tahu laki-laki itu menyukainya setelah ia berhasil memenangkan lomba mengarang cerita pendek yang diselenggarakan oleh majalah kampus tersebut. Surin sempat menjadi penulis tetap di organisasi tersebut dan pada saat itulah ia dan Kyungsoo menjadi sangat dekat.

 

Surin sangat senang berada di organisasi tersebut. Ia sangat senang menulis untuk majalah kampus yang terbit setiap bulan itu. Tidak ada satu orangpun yang mengganggunya seperti saat ia sedang berada di kelas. Tidak ada satu orangpun yang memperlakukannya dengan semena-mena. Tidak ada yang menganggapnya sebagai saingan yang harus segera di singkirkan. Mereka semua menyukai Surin terutama kinerja baik gadis itu, termasuk Kyungsoo. Semuanya berjalan baik-baik saja sampai pada suatu hari timbul sebuah rumor yang mengatakan bahwa ketua organisasi majalah kampus yang memiliki segudang penggemar dari seluruh penjuru kampus bernama Do Kyungsoo menjalin hubungan dengan seorang mahasiswi jurusan sastra Korea yang tidak lain tidak bukan adalah Surin.

 

Sejak saat itu penderitaannya di kelas harus ditambah dengan hadirnya tiga orang gadis yang sangat tidak senang akan rumor tersebut terutama dua orang dari antara mereka yang diketahui adalah penggemar berat seorang Do Kyungsoo. Mereka tidak hanya menyiksa Surin dengan perkataan yang buruk, menghasut seluruh anak di kelasnya menjadi semakin tidak menyukainya, dan menyuruh Surin sesekali mengerjakan tugas-tugas mereka, tapi hampir satu minggu belakangan ini mereka juga menyiksa Surin dengan kekerasan fisik. Dan yang paling parah mungkin adalah kejadian barusan.

 

Surin berusaha menyembunyikan hal ini dari orangtuanya namun tiga hari yang lalu, kedua orangtuanya baru mengetahui bahwa selama ini Surin mengalami hal yang berat di kampus setelah melihat luka memar pada tengkuk Surin. Dua hari yang lalu kedua orangtua Surin juga bahkan sudah menyuruh Surin untuk pindah dari kampus tersebut namun Surin menolak dan berkata ia akan bekerja lebih keras agar dapat segera lulus dari kampus tersebut dan mendapatkan pekerjaan sehingga ia tidak akan membuat kedua orangtuanya khawatir lagi. Kedua orangtua Surin sudah benar-benar memaksanya untuk pindah, namun Surin malah mengancam tidak akan menyelesaikan pendidikannya jika ia terus saja di paksa, membuat kedua orangtua Surin akhirnya menyerah.

 

Surin rasa itulah sebab mengapa kedua orangtuanya langsung melakukan sesuatu untuk mengatasi hal ini. Ya, dengan menghadirkan sosok Oh Sehun untuknya. Meskipun alasan Sehun datang ke rumahnya bukanlah karena hal itu, tapi untuk kali ini, biarkan Surin berpikir demikian. Biarkan Surin berpikir bahwa Sehun datang padanya untuk melindunginya, karena jika tidak ada sosoknya, maka tidak ada juga orang yang bersedia menggendongnya sekarang ini menuju klinik kampus. Tidak ada orang yang bersedia menyelamatkannya seperti sekarang ini, dan mungkin saja ia akan kehilangan nyawanya di kelas tidak berpenghuni itu.

 

 

**

 

Sehun memegang satu tangan Surin sembari terus memperhatikan gadis yang tengah terkulai lemas itu dengan tatapan khawatir. Pasalnya beberapa puluh menit yang lalu gadis itu baru saja mendapat penanganan dari dokter yang bekerja di klinik kampus tersebut dan belum sadarkan diri sampai detik ini membuat Sehun tidak bisa menahan dirinya untuk tidak khawatir. Sehun menggenggam erat tangan Surin dan sesekali meremasnya frustasi.

 

Sehun yang tadinya hendak menemui Surin di kelasnya mendapati gadis itu tersungkur di lantai kelas dengan kepala yang terus mengeluarkan darah. Sehun bahkan juga dapat melihat cairan yang sama keluar dari hidung gadis itu. Sehun yang sangat panik langsung membawa Surin ke klinik kampus, tempatnya dan Surin berada sekarang. Awalnya Sehun berniat untuk membawanya ke rumah sakit namun khawatir akan Surin yang bisa saja kehabisan darah akhirnya Sehun memutuskan untuk membawanya ke klinik kampus yang kebetulan dokter kepalanya sedang bertugas. Dokter kepala itu langsung menangani Surin dan untungnya gadis itu benar-benar dapat diselamatkan dan tidak ada efek berkelanjutan dari luka di kepalanya.

 

“Jang Surin?! Syukurlah kau sudah sadar.” Sehun langsung bangkit berdiri seraya mengeratkan genggaman tangannya pada tangan Surin ketika melihat gadis pucat pasi itu membuka matanya dengan perlahan. “Oh Sehun.” Surin memanggilnya dengan suara serak. Surin meraih ujung kemeja Sehun dengan satu tangannya sementara Sehun langsung meraih tangan Surin sehingga kini laki-laki itu menggenggam kedua tangan Surin dengan erat. Sehun menempatkan dirinya seperti semula seraya mengelus punggung tangan Surin yang jauh lebih kecil dari miliknya itu dengan masing-masing ibu jarinya.

 

“Aku mohon jangan beritahu hal ini pada ayah dan ibuku. Aku tidak mau mereka berdua jauh lebih khawatir dari sebelum-sebelumnya.” Surin berujar dengan susah payah. Air mata jatuh begitu saja dari kedua belah matanya membuat Sehun merasa hatinya diremukan saat itu juga. Entah mengapa Sehun seakan turut merasakan apa yang kini Surin rasakan. Sehun merasa sakit ketika melihat kedua bola mata favoritenya itu menyiratkan kesedihan yang mendalam. Sehun merasa sakit ketika mendengar suara lemahnya barusan. Sehun merasa sakit melihat gadis yang kini menunduk, menghindari tatapan matanya seraya tersenyum lemah. Senyum lemah yang gadis itu peruntukan untuk dirinya sendiri. Senyum lemah yang terkesan membenci dirinya yang payah, membuat Sehun tidak tahan melihatnya lebih lama.

 

“Apa yang sebenarnya terjadi padamu? Siapa yang sudah berbuat seperti ini padamu? Mengapa kau membiarkan mereka berlaku demikian terhadapmu?” Sehun akhirnya menyuarakan apa yang sedari tadi diteriakan otaknya. Sehun sendiri tidak dapat memungkiri bahwa setiap kali ia melihat sosok Surin di kereta dan bahkan pada saat di café kemarin, yang Sehun temukan dari gadis itu pada kenyataannya hanyalah perasaan sepi dan rapuh, membuat Sehun selalu ingin menanyakan apa yang telah terjadi padanya seharian penuh itu, memberikan kata-kata penyemangat untuknya, dan berada terus disampingnya agar rasa sepi dan rapuh yang sangat terlihat dari gadis itu menghilang dengan sendirinya.

 

Sehun kini dapat mengakui sesuatu dari dalam hatinya. Rasanya untuk Surin bukan hanya rasa suka biasa. Rasanya untuk Surin bukan hanya sekedar rasa kagum. Rasanya untuk Surin adalah sebuah perasaan yang dapat dikategorikan lebih dari itu semua, yang kini bahkan sudah berubah menjadi rasa ingin melindungi.

 

“Oh Sehun.” Sehun dapat melihat air mata terus mengalir dari kedua mata Surin yang sampai saat ini tidak berani membalas tatapan matanya. “Aku benar-benar takut.” Hanya satu kalimat yang dapat keluar dari bibir Surin untuk menjawab serentetan pertanyaan dari Sehun barusan. “Aku benar-benar takut.” Ucapnya sekali lagi membuat Sehun langsung merengkuh Surin ke dalam pelukannya.

 

“Jang Surin, dengarkan aku.” Sehun berujar lembut di telinga gadis yang kini sudah terisak seraya meremas kemeja putih milik Sehun itu. “Kau harus membuang rasa takut itu karena mulai sekarang aku tidak akan membiarkan mereka berbuat seperti ini lagi padamu. Mulai sekarang aku tidak akan membiarkan mereka menyentuhmu barang sedikit pun.” Tangisan Surin semakin kencang sementara Sehun mengelus punggung gadis itu berkali-kali, berusaha untuk menenangkannya.

 

“Mulai sekarang aku akan melindungimu, Jang Surin. Kau tenang saja.”

 

Ya, Sehun sudah berjanji pada dirinya sendiri. Tidak hanya pada dirinya sendiri, Sehun juga menjanjikan hal yang sama pada kedua orangtua Surin, terutama ibu kandung gadis itu yang menangis meronta ketika mendapati anaknya pulang dalam keadaan demikian parahnya.

 

Sehun tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi lagi. Ia tidak akan pernah membiarkan Surin diperlakukan buruk seperti itu lagi. Ia juga tidak akan pernah membiarkan ibu kandung Surin menangis meronta seperti apa yang baru saja di saksikannya. Sehun berjanji.

 

 

**

 

“Sudah sana pergi ke kelasmu. Dosenku sudah hampir datang beberapa menit lagi.” Surin terus saja mengusir Sehun yang kini malah duduk disebelahnya sementara semua orang yang ada di kelas tersebut langsung berbisik-bisik, membicarakan mereka berdua. Pasalnya Sehun tidak hanya sekedar duduk saja, ia memangku dagunya dengan telapak tangannya dan memperhatikan Surin yang kini tengah sibuk dengan buku-buku mata kuliahnya itu tanpa henti. Sesekali Sehun merapikan rambut Surin sekaligus menjahili gadis itu dengan mencuri pulpen yang tengah di pakai Surin ataupun dengan sengaja menyenggol tangan Surin ketika gadis itu tengah menulis membuat Sehun langsung dihadiahi pukulan pelan dari Surin. Laki-laki itu hanya tertawa sembari terus mengulang tingkah laku menyebalkannya itu sedari mereka sampai di kelas tersebut tepatnya setengah jam yang lalu.

 

Sehun kini memandangi wajah Surin dengan senyuman yang menghiasi wajahnya yang harus Surin akui memang sangat tampan. Tidak salah jika Sehun adalah anggota organisasi pecinta photography yang paling terkenal akan penggemarnya yang sangat banyak dari berbagai jurusan yang ada di Seoul National University. Bukan hanya kemampuannya yang luar biasa dalam memotret, Sehun memiliki prestasi akademis yang sangat baik juga paras yang sangat tampan ditambah dengan postur tubuh yang sangat ideal. Jelas saja jika sekarang ini banyak gadis yang memandangi Surin dengan tatapan iri.

 

“Mengapa kau memperhatikanku terus seperti itu, sih? Ada yang salah dengan wajahku? Apa kau memperhatikan perban di dahiku ini? Ya, aku terlihat semakin jelek dan bodoh dengan perban ini, betul begitu bukan?” Ujar Surin membuat Sehun tertawa pelan seraya mengacak rambut Surin, membuat sang empunya hanya menggerutu kesal. “Kau bahkan terlihat semakin cantik dengan perban itu.” Sehun tertawa ketika melihat wajah panik Surin seusai ia menuturkan kalimat tersebut.

 

“Lagipula, memangnya salah kalau aku memperhatikan pacarku sendiri?” Kalimat Sehun barusan membuat suasana langsung hening seketika. Semua pandangan mata tertuju pada mereka berdua sementara Surin langsung berdeham dan tertawa canggung sembari memukuli Sehun berkali-kali membuat laki-laki yang kini asik tertawa itu berpura-pura kesakitan. “Ya! Hentikan!” Seru Sehun namun Surin masih saja memukulinya. Sehun langsung menarik tangan Surin membuat gadis itu tertarik ke dalam pelukannya dalam hitungan detik. Semua orang yang tadi menaruh pandangan mereka ke arah Sehun dan Surin langsung berpura-pura tidak melihat mereka berdua dan langsung kembali pada pekerjaan masing-masing. Suara dehaman seseorang membuat Surin langsung tersadar bahwa sedari tadi ia masih dalam pelukan Sehun. Surin buru-buru menarik dirinya dan kembali fokus pada buku-buku yang berada di hadapannya sementara Sehun menahan tawanya.

 

Surin benar-benar tidak tahu apa maksud perlakuan Sehun barusan. Surin benar-benar tidak dapat berpikir dengan jernih sekarang. “Hm baiklah, karena dosenmu sudah akan datang, aku pergi ke kelasku dulu. Jangan lupa untuk menghubungiku jika kau sudah selesai. Sampai jumpa.” Tiba-tiba Sehun mengecup pipi Surin cepat membuat Surin langsung terkejut setengah mati. “Ya! Oh Sehun!” Surin baru saja akan mengejar laki-laki yang kini sudah berlari kencang itu, namun dosennya memasuki ruangan kelas tersebut, membuatnya harus mengurung niatannya. Semua orang di kelas mencuri-curi pandang ke arah Surin sementara gadis itu langsung membenamkan wajahnya di buku cetak yang berada di hadapannya.

 

Surin masih tidak dapat mengontrol detak jantungnya kala ia merasakan benda lembut itu hinggap pada pipinya, membuat perutnya serasa di remas, dan jantungnya di pompa jauh lebih kencang dari biasanya. Semburat merah pada kedua pipi Surin pun mulai muncul dan menimbulkan rasa panas yang memabukan.

 

Senyuman tipis langsung menghiasi wajah Surin dan seketika itu juga untuk yang pertama kalinya, Surin merasakan rasa hangat mengalir pada hatinya yang seakan sudah membeku.

 

 

**

 

Kelas pun berakhir beriringan dengan langkah sang dosen meninggalkan kelas tersebut dan juga anak didikannya yang kini berjalan berbondong-bondong keluar dari kelas tersebut, meninggalkan Surin dan ketiga orang yang sedari tadi terus memperhatikan Surin. Tepatnya pada saat ketika Sehun menemaninya tadi pagi. Surin bermaksud segera meninggalkan kelas tersebut, namun tiba-tiba salah seorang yang pernah mengaku bahwa ia sudah menyukai Sehun dari satu tahun yang lalu, menahan tangan Surin dengan keras.

 

Surin berusaha menepisnya namun kedua teman gadis itu mengambil alih masing-masing tangan Surin, membuat tangan Surin kembali terjebak, persis seperti kejadian kemarin. Surin berusaha mengumpulkan keberaniannya untuk menatap gadis yang kini tengah tersenyum meremehkan itu dengan tatapan membunuh. Kali ini Surin tidak mau berakhir lemah seperti sebelum-sebelumnya.

 

“Ya, Jang Surin, kau belum jera juga dengan apa yang kau dapatkan kemarin?!” Gadis itu berseru dengan nada tinggi sementara Surin hanya menatapnya dengan tenang. “Memangnya kau mau melakukan apa lagi sekarang? Membunuhku dengan pisau, begitu? Baiklah, silahkan saja. Tapi sebelum aku mati, aku hanya ingin menyampaikan satu hal pada kalian.” Surin merasa ia benar-benar sudah tidak dapat menahan apa yang selama ini ditahannya. “Aku ingin memberitahu kalian bahwa aku benar-benar mengasihani kalian, terutama kau.” Surin menekan kata-katanya sehingga kalimat yang baru keluar dari bibir Surin benar-benar terdengar sangat tegas.

 

“Hanya karena laki-laki kalian melakukan semua ini terhadap seseorang yang bahkan tidak melakukan salah apapun? Memalukan. Kalian hanya menunjukan padaku bahwa kalian hanyalah tiga gadis pengemis cinta yang sangat frustasi karena tidak kunjung mendapatkan cinta yang kalian dambakan. Aku benar-benar mengasihani kalian.” Ujar Surin membuat gadis yang berdiri dihadapannya sekarang ini melayangkan tangannya pada Surin. Surin menutup kedua matanya dengan spontan dan seketika itu terdengar bunyi tamparan keras.

 

Surin tidak merasakan apapun pada pipinya padahal suara tamparan tersebut benar-benar keras bahkan menurut Surin, tamparan tersebut akan menimbulkan luka bagi orang yang tertampar. Surin membuka matanya dengan perlahan dan ia mendapati punggung besar seorang laki-laki kini berdiri dihadapannya. Seorang laki-laki yang Surin ketahui adalah Oh Sehun. Gadis yang tadi melayangkan tamparannya itu mundur beberapa langkah dan menutup mulutnya dengan tidak percaya. Surin juga dapat merasakan tangannya kini sudah bebas dari cengkraman kedua orang yang juga melakukan hal sama dengan gadis yang kini masih tidak percaya akan apa yang dilihatnya.

 

“Aku tidak akan membalas karena aku menghormati semua perempuan sama seperti aku menghormati ibuku.” Sehun berujar seraya menghapus darah yang kini mengalir dari sudut bibirnya. “Mulai sekarang, jika kalian ingin melakukan hal ini pada Surin, lakukan saja padaku. Jangan berani-berani menyentuh dia barang sedikit pun.” Sehun menarik lengan Surin untuk pergi dari kelas tersebut setelah menyelesaikan kalimat singkat namun bermakna tegas dan kuat itu.

 

Surin rasa ia benar akan pemikirannya yang mengatakan bahwa kedua orangtuanya sengaja menghadirkan seorang Oh Sehun dalam kehidupannya. Surin rasa ia benar akan pemikirannya yang mengatakan bahwa seorang Oh Sehun hadir untuk memberikannya rasa yang selama ini dicari-carinya. Perasaan dilindungi, dan perasaan hangat.

 

Surin menahan tangan Sehun ketika baru saja laki-laki itu akan membukakan pintu mobilnya untuk Surin. Surin merogoh tasnya untuk mencari tisu di dalam sana. “Paling tidak gunakan tisu ini untuk menahan lukamu.” Ia menyodorkan tisu tersebut pada Sehun yang kini malah menatapnya seraya menyejajarkan wajahnya dengan wajah Surin, seolah meminta Surin yang melakukannya. Sehun memejamkan matanya membuat Surin hanya terkekeh geli. “Menyebalkan.” Ujar Surin namun akhirnya ia menyeka luka yang ada di sudut bibir Sehun dengan tisunya. Ia menahan luka itu lama, bermaksud agar pendarahannya dapat berhenti. Sehun tiba-tiba membuka kedua matanya membuat kedua bola mata Surin langsung mengarah pada kedua mata tajam milik laki-laki itu yang entah bagaimana caranya dapat menimbulkan dampak tidak baik bagi jantung Surin, terbukti dengan mempercepatnya detakan yang dapat ia rasakan di dadanya.

 

“Ba-bagaimanapun juga, terima kasih untuk hari ini. Aku tidak ingat kapan aku tersenyum seperti tadi pagi dikelas.” Surin berujar seraya menuturkan senyumannya membuat senyuman Sehun semakin terbentuk sampai-sampai tidak Surin sendiri sadari, ia sudah jatuh ke dalam pesona senyuman manis milik Oh Sehun. Surin yang merasa gugup langsung menjauhkan dirinya dari Sehun dan menyerahkan tisu tersebut ke tangan laki-laki itu. “Tapi seharusnya kau tidak perlu sampai berpura-pura menjadi kekasihku. Kau sampai harus tertampar seperti ini karena hal tersebut.” Sehun mengernyitkan dahinya seraya memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana panjangnya setelah ia menyerahkan tisu yang ada ditangannya kepada sang pemiliknya kembali.

 

“Berpura-pura? Kata siapa aku berpura-pura? Aku benar-benar memaknai semua perkataanku tadi pagi.” Sehun berujar membuat Surin lagi-lagi salah tingkah dibuatnya. Surin bergerak-gerak gelisah sementara Sehun yang gemas melihat gadis itu berlaku demikian hanya menahan tawanya sembari terus memperhatikan gadis yang jauh lebih pendek darinya itu. “Me-memangnya kau pikir aku mau jadi kekasihmu?!” Surin berujar dengan nada yang sangat gugup kemudian berbalik dan berjalan menjauhi Sehun.

 

“Mau kemana? Kau lupa kalau saat ini kita tinggal di satu rumah yang sama?” Sehun berseru sementara Surin sudah berbalik dan menunjukan kepalan tangannya seolah akan meninju Sehun jika laki-laki itu mengungkit masalah ‘tinggal bersama’ di sekitar daerah kampus yang tentunya akan menjadi hal yang sangat tabu bagi anak-anak kampus yang akan mendengarnya.

 

“Jangan ikuti aku. Aku ingin ke suatu tempat dan ini memang merupakan kegiatan rutinku setiap tiga bulan, jadi kau pulang duluan saja. Ayah dan ibuku pasti sudah mengetahui hal ini.” Balas Surin membuat Sehun langsung menghampirinya dan menarik lengan gadis itu menuju ke tempat mereka semula.

 

“Sebagai kekasih yang baik, sudah seharusnya aku mengantarmu kemana pun yang kau mau.” Sehun merangkul leher Surin dan membawa gadis yang kini sibuk memukuli Sehun itu menuju mobilnya yang terparkir tidak jauh dari tempat mereka sekarang ini.

 

Sebenarnya, jauh dalam lubuk hati Surin yang terdalam, ia sangat tidak keberatan menjadi seorang kekasih Oh Sehun yang selain tampan juga mempunyai kepribadian yang sangat baik itu. Ditambah lagi dengan senyumannya yang manis, membuat Surin hampir gila dibuatnya. Surin benar-benar tidak merasa keberatan.

 

 

**

 

“Ini tiga kardus buku pesananmu, Jang Surin. Buku cerita anak-anaknya kebetulan sekali sedang dalam stok yang banyak.” Surin langsung mengambil tiga kardus buku dari tangan sang pemilik toko buku bekas yang berada di daerah Insadong itu dengan senang hati. “Terima kasih banyak. Ini uangnya, ahjussi. Kalau begitu aku pamit dulu. Sebelum buku ini di sumbangkan, seperti biasa aku harus menyampulnya terlebih dahulu.” Ujar Surin membuat sang pemilik toko langsung mengangguk-anggukan kepalanya seraya tertawa kecil. Sehun yang tadinya sedang berkeliling melihat-lihat toko yang menjual berbagai macam buku-buku bekas layak baca itu segera berlari kecil menuju Surin yang kini tengah repot dengan tiga kardus buku yang bahkan menutupi pandangannya itu. Sehun mengambil alih ketiga kardus tersebut namun Surin langsung merebut satu kardus buku yang paling atas dengan cepat membuat Sehun hanya tersenyum kecil.

 

“Aku baru pertama kali melihatmu dengan laki-laki tampan ini. Surin-a, kau sudah besar rupanya. Lalu, bagaimana nasib laki-laki bermata besar yang dulu sering mengantarmu kemari dengan sepeda motornya itu?” Surin hanya tertawa canggung sembari mencuri-curi pandang ke arah Sehun yang kini sudah menatapnya penuh selidik. “Ahjussi, aku sudah lama sekali keluar dari organisasi majalah kampus. Tentu saja kita sudah tidak pernah berkomunikasi lagi sekarang. Kurasa kau juga sudah mengetahui hal itu dari lama.” Sang pemilik toko hanya tertawa jahil mendengar jawaban Surin barusan. Jawaban yang terdengar sangat ingin meyakinkan laki-laki disebelahnya bahwa pada saat ini laki-laki yang hanya dekat dengan Surin adalah laki-laki bernama lengkap Oh Sehun itu seorang.

 

“Kalau begitu kami pamit dulu, ahjussi. Terima kasih banyak.” Ujar Surin kemudian berjalan mendahului Sehun yang langsung membuntuti Surin setelah turut  mengucapkan salam perpisahannya terhadap sang pemilik toko. Toko tersebut berada di dalam gang sehingga Sehun dan Surin harus berjalan lumayan jauh untuk mencapai mobil Sehun yang ia parkirkan di depan gang tersebut. Toko buku yang menjual berbagai macam buku bekas itu adalah toko buku murah yang paling terkenal di daerah Insadong, dan Surin adalah salah satu pelanggan setianya. Buku-bukunya benar-benar masih dalam kondisi yang baik dan bahkan beberapa diantaranya masih terlihat seperti baru yang dijual dengan harga yang sangat murah.

 

“Jadi ini kegiatan rutinmu? Kau hobi membaca cerita anak-anak?” Tanya Sehun seraya berjalan tepat disamping Surin. “Buku-buku ini akan aku sumbangkan ke tiga panti asuhan yang berada tidak jauh dari rumahku. Setiap tiga bulan sekali, aku bertekad pada diriku sendiri untuk menambah koleksi perpustakaan yang ada di tiga panti asuhan tersebut.” Sehun memandangi Surin dengan tatapan kagum kemudian berdeham. “Dan kau melakukan semua ini sendiri?” Surin mengangguk-angguk membuat Sehun lagi-lagi menatap gadis itu dengan tatapan kagum.

 

“Aku hanya ingin menjadi berguna.” Surin berujar seraya memperhatikan kardus buku yang kini dibawanya. “Saat anak-anak itu membaca buku cerita yang ku bawakan untuk mereka, mereka terlihat benar-benar gembira. Satu sama lain saling bercerita mengenai cerita yang baru dibacanya. Bahkan ada satu anak yang dengan senang hati mendongengkan sebuah buku cerita di depan teman-temannya yang terlihat juga sangat gembira mendengarkan.” Sehun masih setia mendengarkan sementara Surin meneruskan perkataannya.

 

“Hal sederhana seperti ini yang membuatku terus ingin melakukan kegiatan ini. Entah mengapa ada perasaan senang setiap melihat mereka bahagia walaupun hanya dengan buku cerita bekas ini.” Tutur Surin seraya mengulaskan senyumannya membuat Sehun turut membentuk lengkungan serupa. Sehun sendiri tidak mengerti bagaimana gadis itu masih memikirkan orang lain ditengah-tengah kehidupannya yang selama ini dapat dikatakan tidak berjalan baik. Sehun tidak mengerti bagaimana gadis itu ingin memberikan kebahagiaan kepada orang lain padahal sebenarnya ia juga membutuhkan hal tersebut. Gadis itu dikucilkan oleh teman-teman kampusnya, dimanfaatkan, di anggap sebagai satu-satunya saingan terberat yang wajib untuk dijauhi, dan bahkan sampai menjadi korban perpeloncoan. Sehun benar-benar tidak mengerti bagaimana Surin masih memikirkan orang lain ditengah kondisinya yang sedemikian buruk. Sehun rasa semakin mengenal gadis itu, ia sendiri jadi paham apa yang membuatnya jatuh hati pada sosok Jang Surin.

 

“Mulai sekarang aku larang kau melakukan kegiatan rutinmu ini.” Surin langsung memandang Sehun dengan alis yang beraut tidak terima. “Aku larang kau melakukan kegiatan rutinmu ini dengan laki-laki bernama Do Kyungsoo itu. Aku ingin kau melakukan kegiatan rutinmu ini hanya denganku seorang.” Surin langsung mendorong Sehun dengan bahunya membuat laki-laki itu sempat hampir kehilangan keseimbangan tubuhnya sementara Surin hanya terbahak. “Apa-apaan kau ini. Memangnya kenapa kalau aku pergi kesini bersama Kyungsoo? Justru aku jadi lebih hemat tenaga. Motor Kyungsoo dapat masuk ke gang ini sedangkan mobilmu tidak.” Tanggap gadis itu pendek. Sehun membalas dorongan Surin dengan lengannya membuat Surin hampir saja tersungkur. “Aish, Oh Sehun!” Seru Surin dengan nada kesalnya.

 

“Siapa suruh kau malah membicarakan laki-laki lain ketika sedang bersama dengan kekasihmu? Dan apa katamu barusan? Lebih hemat tenaga dengan menggunakan motor? Aku bisa menggendongmu sekarang kalau kau tidak mau kelelahan berjalan. Bagaimana? Aku ini lebih romantis, kan?” Sehun berujar panjang lebar sementara Surin langsung tertawa, menanggapi. “Jangan sebut aku sebagai kekasihmu! Kita bahkan belum meresmikan apapun.” Surin tahu ia akan menyesali perkataannya barusan, dan benar saja sekarang ini ia sudah menepuk dahinya berkali-kali karena menyesali perkataan penuh resikonya barusan.

 

“Oooh, jadi nona Jang ini baru saja memberikan sebuah kode agar aku segera meresmikan hubungan ini?” Goda Sehun membuat Surin tidak bisa untuk menyembunyikan senyumannya yang sedetik kemudian dibalas dengan tawa menggelegar dari Sehun.

 

Bahkan Sehun benar-benar merasa ingin menyatakan perasaannya sekarang juga. Sungguh, ia ingin segera menjadikan Surin sebagai kekasihnya. Hanya miliknya, agar gadis itu tidak lagi pergi ke toko buku itu dengan laki-laki lain selain dirinya. Ia ingin menjadikan Surin sebagai miliknya seorang agar senyuman dan tawa gadis itu pun hanya diperuntukan untuk dirinya. Apa sekarang kau merasa Sehun terlalu egois? Memang. Ia memang egois jika sudah menyangkut hal ini. Bahkan di awal Sehun sudah berkata bahwa ia tidak ingin berbagi pemandangan indahnya dengan orang lain.

 

 

**

 

Surin membereskan buku-buku yang kemarin di sampulnya bersama Sehun ke kardus seperti semula. Ia tersenyum senang mengingat bagaimana laki-laki itu bersusah payah menyampul semua buku agar dengan cepat dapat menyelesaikan tiga kardus buku tersebut. Ayah dan ibu Surin yang baru pulang dari kantor mereka bahkan sampai tertawa ketika mendapati Sehun yang tertidur disebelah Surin dengan kepalanya yang terletak di atas meja tamu sementara Surin duduk disebelahnya masih menyampul buku-buku tersebut.

 

Hari ini adalah hari Sabtu, hari dimana Surin akan mengantarkan buku-buku tersebut ke tiga panti asuhan yang berada di wilayah rumahnya. Meskipun letak antar panti asuhan terpaut cukup jauh, Surin tetap bertekad untuk mengantarkan tiga kardus buku tersebut ke masing-masing panti asuhan dengan sepeda berwarna pinknya yang sudah sedari tadi pagi Surin siapkan.

 

“Selamat pagi!” Surin berseru ketika Sehun menuruni tangga sembari menggulung lengan panjang baju berwarna hitam yang ia kenakan. Sepertinya laki-laki itu baru saja selesai membersihkan diri terbukti dengan rambutnya yang terlihat masih basah. Sehun menghampiri Surin yang kini sibuk menyiapkan sarapan seraya memperhatikan kursi makan tempat biasa orangtua Surin duduk itu dengan heran. “Dimana orangtuamu?” Tanya Sehun sementara kini Surin sudah menempatkan diri di kursinya membuat Sehun segera melakukan hal yang sama.

 

“Hari ini mereka pergi ke Itaewon. Katanya mereka ingin mencoba tonkatsu ramen terenak yang ada disana sekaligus berjalan-jalan. Aku benar-benar senang mendengarnya karena akhirnya kedua orangtua-ku itu dapat menikmati kencan mereka kembali.” Ujar Surin seraya tertawa kecil membuat Sehun tersenyum terutama ketika gadis itu mengoleskan selai pada roti tawarnya dan menuangkan susu pada gelasnya. “Makanlah.” Ujar Surin lalu beralih dengan roti tawarnya sendiri sementara kini Sehun sudah menegak setengah susu tersebut.

 

“Kalau begitu, apa hari ini kita juga dapat menikmati kencan kita?” Seketika Surin tersedak roti tawar yang tengah dikunyahnya membuat Sehun dengan segera menyodorkan gelas susunya yang langsung diterima Surin. “Morning kiss kita yang pertama.” Sehun memandangi gelas susunya yang kini Surin pegang membuat gadis itu kembali tersedak dan kemudian tanpa sadar ia sudah menempelkan bibirnya kembali pada ujung gelas itu, menghabiskan susu yang berada di dalamnya. “Kau sengaja, ya? Morning kiss kita yang kedua.” Sehun terbahak sementara Surin sudah memukulinya dengan gemas membuat yang dipukuli hanya berpura-pura berteriak kesakitan.

 

“Aku serius, bagaimana kalau kita pergi juga ke suatu tempat yang bagus hari ini?” Suara khas laki-laki itu terdengar kembali membuat pipi Surin dengan seketika merona kemerahan. Ini adalah kali pertama Surin diajak kencan oleh seorang laki-laki dan tentu saja hal itu menyebabkan efek samping seperti apa yang ia rasakan kini. Pipinya terasa begitu panas dan tanpa sadar kini Surin sudah berdeham berkali-kali untuk menghilangkan rasa gugup yang dengan seketika menghampirinya. “Tidak bisa. Kau lupa kalau hari ini aku harus memberikan buku-buku yang baru saja kita sampul kemarin itu ke tiga panti asuhan?” Jawab Surin sementara Sehun mengangguk-angguk, seakan baru ingat akan hal tersebut.

 

“Kalau begitu, kencan di panti asuhan juga tidak masalah bagiku. Aku akan mengantarmu hari ini.” Jawab Sehun dengan senyuman senangnya membuat Surin lagi-lagi jatuh pada pesona tidak berujung itu.

 

 

**

 

Sehun dan Surin sudah memberikan dua kardus berisi buku itu kepada masing-masing panti asuhan yang baru saja mereka kunjungi. Kini tibalah mereka di panti asuhan yang terakhir. Sehun benar-benar takjub melihat apa yang dilakukan Surin sedari tadi, bahkan sedari mereka tiba di panti asuhan yang pertama. Surin tidak hanya menyerahkan buku tersebut, namun ia juga membacakan satu cerita kepada anak-anak yang terlihat sangat antusias akan kehadirannya. Semua hal itu membuat Sehun tidak kuasa untuk tidak mengabadikan moment tersebut dengan kamera kesayangannya.

 

“Surin noona, jika sudah besar nanti aku ingin seperti Sehun hyung.” Salah seorang anak laki-laki yang berumur paling kecil diantara semua anak yang kini sibuk membongkar kardus berisi buku pemberian Surin menghampiri gadis itu seraya memeluk lehernya sementara Sehun kini sudah tersenyum sembari mengabadikan objek yang berada di hadapannya tersebut.

 

“Mengapa seperti itu, Jaehyun-a?” Tanya Surin lalu anak laki-laki itu kini meletakan dagunya pada bahu Surin, sementara Surin mengelus-elus punggung kecilnya. “Sehun hyung benar-benar keren dengan kamera itu. Kalau aku sudah besar, aku juga ingin memotret Surin noona dengan kamera itu seperti yang sedari tadi Sehun hyung lakukan.” Surin tertawa mendengar ucapan tersebut. Ia melirik Sehun yang kini hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal seraya berjalan mendekat ke arah Surin yang masih memeluk anak kecil itu.

 

Sehun duduk bersila di hadapan Surin yang kini juga melakukan hal serupa. Sehun hanya memperhatikan kedua orang yang masih berpelukan itu dengan senyuman di wajahnya. “Jaehyun-a, kau tahu? Sekarang aku malah ingin menjadi dirimu.” Jaehyun menolehkan kepalanya, menatap Sehun sementara kedua tangannya masih bertengger apik pada leher Surin. “Memangnya kenapa hyung?” Tanya Jaehyun bingung sementara kini Sehun sudah mengacak rambutnya. “Karena aku juga ingin memeluk Surin noona dengan erat seperti yang sedari tadi kau lakukan.” Sehun berujar dan seketika itu juga matanya berbentuk lengkungan seperti bulan sabit sementara kini Surin sudah kembali tersipu malu.

 

“Kalau begitu, kita pelukan bertiga saja.” Jaehyun menarik leher Sehun dan Surin dengan tiba-tiba membuat bibir kedua orang itu bertemu dengan tidak sengaja sementara Jaehyun meletakan dagunya diantara puncak kepala Sehun dan Surin. Surin terbelak terkejut, begitu pula dengan Sehun. Surin ingin menjauhkan dirinya namun Sehun langsung menahan tangannya, membuat mereka berdua tetap pada posisi awal untuk beberapa menit sampai akhirnya Jaehyun menarik leher mereka untuk saling menjauh.

 

“Jaehyun-a, kemari! Aku menemukan buku cerita yang sangat bagus!” Salah seorang teman Jaehyun memanggilnya membuat anak laki-laki bertubuh mungil itu segera berlari meninggalkan Sehun dan Surin yang kini hanya saling bertatapan tanpa berkata apapun. Sehun dapat melihat senyuman manis terulas pada bibir gadis itu, begitupun dengan Surin yang juga dapat melihat hal serupa dari Sehun.

 

“Aku,” Sehun berujar ragu sementara Surin kini setia menunggu ucapan Sehun yang selanjutnya. “Aku sudah menyukaimu sejak pertama kali aku melihatmu di kereta. Rasa itu terus bertumbuh, menjadi rasa yang aku sendiri tidak mengerti. Aku rasa kau perlu mengetahui hal itu.” Sehun tertawa kecil disela-sela ucapannya. Sehun menggenggam kedua tangan Surin lalu menatapnya dalam-dalam.

 

“Aku ingin terus berada bersamamu, Jang Surin. Jadi, ku mohon ijinkan aku untuk mewujudkan hal itu dengan menjadi satu-satunya orang yang kau sebut sebagai kekasih.”

 

Sehun tertawa ketika melihat semburat merah mulai muncul dikedua pipi Surin. Bahkan Sehun dapat melihat mata gadis itu kini sudah berkaca-kaca membuat Sehun mengelus punggung tangan Surin dengan ibu jarinya. “Apa kata-kataku begitu kuno dan bahkan terdengar terlalu menjijikan?” Tanya Sehun lebih tepatnya pada dirinya sendiri. Surin tertawa kecil kemudian segera berhambur ke pelukan Sehun.

 

“Jadi?” Ujar Sehun membuat Surin mendongakan kepalanya, menatap manik mata berwarna cokelat milik Sehun. “Apa pelukan ini tidak dapat menjawab pertanyaanmu barusan?” Sehun tertawa mendengar ucapan Surin, baru mengetahui bahwa jawaban Surin akan pernyataan cintanya adalah jawaban yang ingin Sehun dengar. Surin sudah mengijinkan Sehun untuk terus berada disisi gadis itu sebagai kekasihnya dan Sehun tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya.

 

“Kalau hanya dengan pelukan, aku masih belum mengerti. Jadi, apa jawabanmu?” Sehun tersenyum jahil sementara kini Surin menempelkan bibirnya pada pipi kanan Sehun cepat-cepat lalu kembali ke posisi duduknya semula. “Apa itu masih belum dapat menjawab pertanyaanmu?” Surin berujar dan Sehun kini sudah larut dalam tawanya.

 

“Kalau hanya dipipi, aku masih belum mengerti. Jadi, apa jawabanmu?”

 

Dan setelah itu, Sehun mendapat pukulan bertubi-tubi dari Surin pada lengannya. Sesekali gadis itu bahkan mencubit lengan Sehun membuat laki-laki itu mengaduh kesakitan namun masih larut dalam tawa tidak berujungnya. “Kalau belum mengerti juga, baiklah, dengarkan aku baik-baik ya, Tuan Oh. Aku ingin kau untuk terus bersamaku. Aku ingin kau untuk menjadi kekasihku, Oh Sehun!”

 

 

**

 

Satu bulan berlalu sejak ia dan Sehun akhirnya menjalin hubungan. Kedua orangtua Surin maupun Sehun tentu sangat bahagia akan kabar ini. Pasalnya, dari awal kedua orangtua Surin maupun Sehun memang berniat untuk menjodohkan mereka. Namun, sebelum kedua orangtua Surin dan Sehun mengambil langkah, ternyata kedua sejoli itu sudah lebih dulu mengumumkan hubungan mereka. Kedua orangtua Sehun bahkan sampai meminta foto Sehun dan Surin karena mereka masih belum dapat kembali ke Seoul.

 

Selama satu bulan terakhir, Sehun lah yang selalu menemani Surin kemanapun Surin pergi. Sampai-sampai anak-anak kelasnya menyebut mereka sebagai pasangan tak terpisahkan. Surin juga tidak mengerti mengapa teman-teman sekelasnya berubah drastis dari yang tidak menyukai Surin sama sekali, sekarang sudah mengajak Surin untuk mengobrol dan bahkan berdiskusi tentang mata kuliah mereka bersama-sama.

 

Ya, semenjak ketiga gadis yang dulu sering bersikap tidak baik terhadap Surin itu dikeluarkan karena ketahuan melakukan tindakan perpeloncoan yang menjurus pada tindak kekerasan, semua temannya yang tidak tahu menahu akan hal itu turut meminta maaf pada Surin. Mereka menyesal telah mendengarkan hasutan dari ketiga gadis tersebut dan akhirnya malah menjauhi Surin yang tidak salah apa-apa. Yang Surin tahu, penyebab ketiga gadis itu dikeluarkan karena ada seseorang yang memberikan bukti berupa video pada saat terakhir kali mereka menganiaya Surin di ruang kelas sampai Surin jatuh pingsan. Setelah mendapat informasi dari teman-temannya, Surin jadi tahu bahwa pelapor video tersebut adalah Do Kyungsoo.

 

Surin ingin menemuinya dan membicarakan hal ini pada Kyungsoo, namun laki-laki itu terkesan menjauhi Surin belakangan ini terutama ketika Surin rasa Kyungsoo melihatnya dengan Sehun berbelanja kebutuhan rumah tangga bersama di supermarket. Kyungsoo sempat menghampiri mereka dan mau tidak mau Surin mengenalkan Sehun pada Kyungsoo dan berkata padanya bahwa Sehun adalah kekasihnya. Sejak saat itu, Surin benar-benar sulit bertemu dengan Kyungsoo. Terakhir kali yang Surin temukan hanyalah sebuah note kiriman Kyungsoo, yang ia temukan pada pintu lokernya.

 

“Kalau kau mencariku terus seperti itu, aku bisa saja berbuat hal gila dan merebutmu dari laki-laki itu sekarang juga. Aku memang harus melaporkan tindakan kekerasan itu pada pihak kampus, jadi kau tidak perlu bertanya apapun atau mengucapkan terima kasih, Jang Surin. Ini adalah caraku untuk melindungimu.”

 

Lamunan panjang Surin buyar begitu saja ketika suara radio kampus yang terdengar cukup keras itu menyapa telinganya. “Ya, kita sudah akan sampai pada pertanyaan-pertanyaan terakhir dan kini saya dapat mendengar beberapa penggemar berat Oh Sehun, laki-laki jurusan arsitektur dengan paras tampan dan prestasi luar biasa di bidang photography ini berseru sedih.” Surin tersenyum kala ia dapat mendengar tawa khas Sehun dari radio kampus tersebut.

 

Saat ini Surin tengah menikmati makan siangnya di kantin kampus, ditemani kedua temannya, Baekhyun dan Jimi. Kedua sejoli yang kini tampak tengah bercanda ria itu adalah sepasang kekasih yang benar-benar tidak dapat dipisahkan. Baekhyun, laki-laki yang kini tengah berusaha susah payah untuk menguncir satu rambut Jimi itu sudah menyatakan cintanya pada gadis yang beberapa menit lalu baru saja meminta kekasihnya itu untuk menguncir rambutnya, sejak mereka bertiga duduk di kursi sekolah menengah atas. Dan mulai dari saat itu, mereka yang sebelum menjalin hubungan tidak dapat dipisahkan, semakin tidak dapat dipisahkan ketika gadis itu menerima pernyataan cinta dari Baekhyun.

 

“Surin-a, kekasihmu itu benar-benar terkenal seantero kampus, ya. Aku jadi tidak sabar untuk bertemu dengannya. Kalau ia terkenal, berarti ia mempunyai banyak teman yang juga sama terkenalnya, bukan? Mereka pasti sangat tampan! Ah, aku benar-benar tidak sabar untuk bertemu kekasihmu itu untuk segera memintanya mengenalkanku pada teman-temannya yang tampan! Aw! Byun Baekhyun! Jangan keras-keras mengikatnya!” Protes Jimi sementara Baekhyun kini selesai dengan pekerjaan yang menurutnya merepotkan itu. “Kau masih berani berkata seperti itu ketika kekasihmu berada di sebelahmu?” Baekhyun menyindir Jimi dengan nada sarkastik sementara gadis itu hanya mendengus.

 

“Lagipula siapa suruh kau membelikan baju couple ini untukku, menyuruhku untuk memakainya hari ini, dan beberapa jam yang lalu tepatnya di halaman kampus, aku mendapati gadis yang adalah penggemar beratmu itu memakai jaket berbahan denim, sama seperti bahan baju kita ini?!” Jimi menyilangkan kedua tangannya di depan dada sementara Baekhyun menghela napas. “Tidak kah kau bisa membedakan bahwa yang ia kenakan itu adalah jaket dan baju couple kita ini adalah kemeja?” Baekhyun masih belum mengalah membuat Jimi menatapnya dengan garang.

 

“Lalu mengapa ia bisa memakai jaket denim itu dihari yang sama dengan kita? Apa kemarin kau sengaja memintaku untuk memakainya pada hari ini agar kita bertiga dapat terlihat berseragam?” Lagi-lagi yang terdengar hanya helaan napas dari Baekhyun. “Tidak kah kau mengerti bahwa di dunia ini ada yang namanya kebetulan? Bahkan disetiap drama pun ada adegan kebetulan. Semua ini hanya kebetulan belaka, Park Jimi.” Baekhyun mencubit pipi gadis itu dengan gemas kemudian mengunci leher gadis itu dengan satu lengannya yang kuat, sementara Jimi kini merasa hampir tercekik. Ia memukul lengan Baekhyun berkali-kali namun Baekhyun malah mengecupi pipi Jimi tanpa henti membuat Surin yang melihat hal itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, sudah memaklumi sikap kekanakan dari kedua pasangan yang sebenarnya serasi itu, terbukti dari sepasang kemeja denim untuk laki-laki dan perempuan yang mereka kenakan sekarang ini.

 

“Baiklah, Sehun-ssi, pertanyaan terakhir mengenai kontes photography yang akan diselenggarakan dua minggu lagi, apa tema dari kontes itu sendiri?” Surin kembali mendengarkan radio tersebut, sementara Baekhyun dan Jimi masih saja sibuk dengan masalah baju couple mereka yang sama sekali tidak Surin hiraukan. “Kontes ini bertema ‘free idea’ dimana para kontestan dapat mengambil foto sesuai keinginan hati mereka yang nantinya akan dilombakan. Dengan begitu, tidak ada batasan dan rasa terpaksa dari sang pemotret.” Jelas Sehun dan Surin dapat mendengar orang-orang dikantin yang juga sedang mendengarkan radio kampus itu bergumam kagum.

 

“Benar-benar tema yang sangat brilian. Baiklah, untuk para mahasiswa dan mahasiswi kampus yang berniat untuk mengikuti kontes photography yang sangat ditunggu-tunggu ini, silahkan langsung saja menghubungi anggota organisasi photography, yang salah satunya termasuk laki-laki tampan yang berada disebelah saya saat ini, Oh Sehun.” Lagi-lagi tawa Sehun terdengar sementara Surin hanya memangku dagunya pada telapak tangannya seraya tersenyum tipis.

 

“Sebelum kata perpisahan, Oh Sehun-ssi, bolehkah saya bertanya sesuatu?” Sehun langsung menyetujui membuat Surin bertanya-tanya apa yang akan ditanyakan oleh sang penyiar. “Pada zaman serba cepat seperti sekarang ini, rumor juga jadi jauh lebih cepat menyebar bahkan saya dengar rumor yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan hangat seluruh penjuru kampus adalah mengenai hubungan anda dengan Jang Surin, mahasiswi dari jurusan sastra Korea. Saya hanya ingin bertanya mengenai kebenaran rumor tersebut, dan bisakah anda menceritakan sedikit bagaimana hubungan anda dengan kekasih anda itu dapat terjalin?”

 

Surin merasa pandangan semua orang di kantin kampus tersebut langsung mengarah kepadanya membuat gadis itu hanya tersenyum kaku. Baekhyun dan Jimi yang kini sudah berbaikan karena masalah baju couple mereka itu bahkan kini bersekongkol meledeki Surin. Surin mendengar suara berdeham dari Sehun membuat seluruh orang yang ada di kantin kampus, termasuk Surin sendiri penasaran akan apa yang dijawab laki-laki itu.

 

“Ya, hal itu bukanlah rumor melainkan fakta. Kami baru berkencan selama satu bulan lamanya. Cerita kami sampai bisa pada tahap ini tidak memakan waktu yang lama. Singkat cerita, saya diharuskan tinggal dirumahnya karena orangtua saya yang menitipkan saya pada keluarganya. Mulai dari saat itu kami mulai mengenal satu sama lain dan akhirnya sampailah pada tahap ini.” Sehun tertawa kecil disela-sela ucapannya.

 

“Sebenarnya, jauh sebelum saya diharuskan tinggal satu rumah dengan Surin, saya sudah menyukai gadis itu sejak pertama kali saya melihatnya di kereta.” Surin tersenyum ketika ia mendengar ucapan Sehun barusan.

 

“Saya jatuh cinta pada sosok Surin yang selalu tersenyum ramah ketika ia memberikan kursi tempat duduknya pada orang yang lebih tua, dimana ia harus berdiri dengan kaki yang sudah bergetar, dan bahkan sesekali ia harus tertidur dalam posisi berdiri ditengah-tengah banyaknya orang. Saya jatuh cinta pada sosok Surin yang selalu menenggelamkan dirinya pada buku tebalnya. Saya jatuh cinta pada punggungnya yang kecil dan sesekali terlihat begitu sepi. Mungkin anda berpikir bahwa saat ini saya benar-benar berlebihan, namun itulah yang saya rasakan setiap kali bertemu dengannya. Jatuh cinta. Bahkan pada pandangan yang paling pertama.”

 

Surin tidak dapat menolong dirinya yang larut dalam rasa haru. Semua orang di kantin menatapnya dengan pandangan serupa termasuk Baekhyun dan Jimi, seolah mereka turut berbahagia bersama dengan Surin. Bahkan Surin dapat merasakan pandangannya mengabur oleh air mata haru dan seketika itu ia tertawa, menertawai dirinya yang kini malah menangis seperti gadis cengeng.

 

“Kalau boleh, saya ingin meminta anda memutarkan lagu untuknya. Ia pasti sedang berada di kantin kampus saat ini bersama dengan kedua temannya yang katanya akan ia kenalkan pada saya. Saya ingin memutarkan sebuah lagu untuknya yang berjudul Make This Moment Last by Jim Gaven.”

 

Dan seketika itu lagu berjudul Make This Moment Last by Jim Gaven melantun membuat Surin tersenyum lembut kala ia merasakan air mata harunya jatuh begitu saja. Baekhyun dan Jimi kini sibuk bernyanyi sementara Surin larut dalam pikirannya sendiri. Oh Sehun benar-benar sudah mencuri seluruh isi hatinya, dan Surin merasa bahagia telah membiarkan laki-laki itu melakukan hal tersebut.

 

I wanna be the kind of guy, that keeps you warm at night,

When you are cold, I’ll grab a blanket from my bed, wrap it around your chest, and pull you close,

Flip some channels to find out there’s nothing on right now, to ease your mind,

Sit back, relax, there is no rush, no need to spend things up,

All we have is time to think about the future,

Forget about the past,

Time to figure out a way to make this moment last (to make this moment last)

So let’s make this the kind of love, that we’ve been dreaming of when we sleep at night,

We’ll get a little house to live in, and have a couple kids, and we’ll slept tight,

‘Cause baby all we really need is just a couple things to stay alive,

And everything else in between, just trust my heart you’ll see, will slowly come in

Time to think about the future,

Forget about the past,

Time to figure out a way to make this moment last (to make this moment last)

The sunrise, the sunsets, I won’t let you forget that I,

 I need you

Spring comes, and spring goes, forever you will know, that I,

 I love you

The sunrise, the sunsets, I won’t let you forget that I,

I need you

Spring comes, and spring goes, forever you will know, that I,

I love you.

 

 “Oh Sehun!” Surin berhambur ke pelukan Sehun ketika sosoknya memunculkan diri tidak jauh dari mejanya, Baekhyun dan juga Jimi. Lagu Make This Moment Last masih melantun indah sementara kini Sehun sudah mengeratkan pelukannya pada Surin seraya meletakan dagunya pada puncak kepala gadis itu. Sehun tersenyum senang begitupun juga Surin yang kini berusaha menghirup aroma seorang Oh Sehun sebanyak-banyaknya.

 

“Terima kasih. Lagu itu dan ceritamu benar-benar indah.” Ujar Surin membuat Sehun tertawa kecil. “Aku tidak terlalu berlebihan, kan?” Ujarnya dan seketika itu ia dapat merasakan Surin menggelengkan kepalanya. Surin mendongak dan menatap lurus kedua manik cokelat milik Sehun.

 

“Aku menyayangimu, Oh Sehun.” Ujar Surin membuat senyuman pada wajah Sehun semakin mengembang. Sehun mendaratkan bibirnya pada gadis itu, berusaha memberi tahu bahwa perasaannya benar-benar nyata. Setelah beberapa menit, Sehun kembali merengkuh gadis itu ke dalam pelukannya.

 

“Aku juga menyayangimu, Jang Surin. Bahkan dari pandangan yang paling pertama.”

 

-FIN.

 

Romance enough? Thanks for reading it my lovely readers! Semoga kalian suka, ya. Tolong beri masukan dan pendapat kalian mengenai ff ini! Khawatir banget jatohnya jadi gak jelas, karena sebenernya awalnya tuh aku cuma pengen bikin Sehun’s side mengenai Surin yang dia liat di kereta dan akhirnya jatuh cinta, udah gitu aja. Eh, malah meluas kemana-mana huhu maafkan imajinasi ini. Sekali lagi semoga kalian suka, ya.

Next project rencananya mau buat project untuk ulang tahun Sehun tanggal 12 April mendatang! Untuk gimana-gimananya(?) belom bisa aku bocorin dulu nih hahaha. Yang pasti udah ada gambaran jadi doain ya semoga lancar dan pokoknya wajib stay tune for the next project. Thank you!

19 comments

  1. byunbaek · March 26, 2016

    komenan aku masuk ga sih? dari tadi ga keliatan terus ㅠㅠ

  2. byunbaek · March 26, 2016

    AAAAAA NYEBELIN TERNYATA GA MASUK HUWAAA

    rada bingung sih thor sama baekhyun jimi, bukannya mereka cuma temen sma ya bukan temen kuliah? terus tbtb mereka bisa ngumpul di kantin kampus… itu doang sih yg aku bingung hehe. selebihnya YAAMPUN KAAAAA AKU SAMPE GIGIT BIBIR AKU SENDIRI GARA2 DEG2AN YAAMPUN SAKING GAKUKU GANANA SAMA SEHUN YAAMPUN SENENG BEUT DAH HAYATI. BISA BANGET SIH KA BIKIN AKU MEALTING GARA2 SEHUN PADAHAL JELAS2 ITU BUAT SURIN BUKAN BUAT AKU TP RASANYA KAYA BUAT AKU YAAMPUN GREGET DEH DEDEQ

    • Oh Marie · March 26, 2016

      HALO KAMUUUUUUU!! Seneng banget bisa liat kamu lagi di notif komen omg!
      Jadi tuh baekhyun jimi temen surin di sma, terus mereka pisah di universitas, nah baekhyun jimi satu kampus tapi surin mencar sendiri. Mereka bisa ada di kantin kampus gara-gara lagi ngunjungin surin di kampusnya. Mungkin bagian ini gak aku perjelas jadi bikin bingung. Huhuhu. Maaf yaaaaa, makasih banyak buat koreksiannya! Love uuuu.
      HAHAHAHA GEMES SENDIRI YA SAMA SEHUN UUUUUUU SEMOGA TUHAN NYEDIAIN YANG KAYAK DIA JUGA YA BUAT KITA/?

  3. nurulaini · March 27, 2016

    ya ampun….so sweet bgt ceritanya,, romantis bgt lagi…
    bikin hati meleleh dgn semua perlakuan sehun 🙂
    aq suka bgt ma cerita ini kak, semua moment yg mereka brdua ciptakan bner” berkesan buat aq.
    sehuuun….qmu mnis bgt sih disini, kpribadianmu yg lembut dan hangat bner” mmbuat smua wanita jatuh dlm pesonamu, hehehe….

    • Oh Marie · March 27, 2016

      AAAAAAAA manis banget komentarnya>< makasih banyak ya kamu udah sempetin buat baca dan bahkan ninggalin komen manis ini! Jangan bosen-bosen baca disini yaaa! Sekali lagi makasih, ily<3

  4. ByunLala · March 28, 2016

    Ah telat baca *lagi* hehehee

    Kenapa kakak selalu buat ff yg fluff gitu sih,aduh ini bacanya dini hari dan sukses buat senyum2 terus dikamar 😀

    Itu kata-katanya Sehun,So sweet banget :-* kalau yg jadi Surin gua,bakalan meleleh ditempat ㅋㅋㅋ

    Kurang ajar banget tuh 3 cewek,serasa pengen gua gampar hahahha

    Wah next projectnya apa nih? Marriage life kah? Wkwkww
    Fighting!!!

    • Oh Marie · March 29, 2016

      HALOOOOOOO LALAAAAA aaaa seneng banget banget banget kamu mau baca dan komen lagi!
      Aku pecinta romance banget jadi ya gitu HAHAHAHA.
      Aw, iya Sehun manis banget ya gak kuat><
      Wkwkwk wajib tunggu ya next projectnya! Sekali lagi makasih Lala<3

  5. Nadira_Putri · March 29, 2016

    Hai kak, aku reader baru salam kenal ^_^

    • Oh Marie · March 30, 2016

      Halo Nadira! Salam kenal juga ya! Seneng banget dapet reader baruuuuu! Makasih ya udah sempetin mampir ke sini hahahaha. Jangan bosen-bosen baca dan tinggalin jejak kamu disini yaaaaaaa!

  6. alissa · March 30, 2016

    Aigoo mereka so sweet banget 😍
    Author 짱이다 🙆
    Author-nim 화이팅 네😊

    • Oh Marie · March 31, 2016

      Halo Alissa<3 Terima kasih karena sudah menyempatkan waktu untuk membaca dan bahkan komen! Jangan bosan-bosan untuk mampir ke sini dan baca-baca yaaaaaa! Sekali lagi terima kasih banyak!

  7. RlZ · April 3, 2016

    Thor.. Critanya bagus bangey ditunggu karya selanjutnya 🙂

    • Oh Marie · April 3, 2016

      HALOOOO>< Makasih banyak ya kamu udah mau baca dan komen! Wajib tunggu next project pokoknya! Sekali lagi terima kasih!

  8. ameliakkim230 · April 3, 2016

    aduuhhh… diabetes aku baca ini :”
    manisnya kebangetaan. suka sama karakter sehun sama surin di sini. apalagi yang waktu mereka di kelas surin. kalo aku jadi surin pasti udah melting ting ting diliatin cogan macem sehun kek gitu ㅎㅎㅎ

    • Oh Marie · April 3, 2016

      Awwwww makasih ya komennya manis bangettttt! Makasih juga karna udah mau mampir dan baca>< sering-sering main ke sini dan tinggalin jejak kamu yaaa. Sekali lagi makasih!!!

  9. exocietal · May 2, 2016

    satu yang aku suka dari tulisan author

    panjanganya bikin luas biat dibaca hahahahhaha

    romance nya lucuu sehun disini manis bangett

    • Oh Marie · May 3, 2016

      HALOOOOOO makasih banyak ya kamu udah mau mampir dan baca-baca, ditambah lagi kamu juga ninggalin jejak kamu hihi<3
      Aaaaaa seneng banget kalo kamu suka sama ffnya! Wajib sering-sering mampir kesini! Sekali lagi terima kasih!

  10. angiesuci · October 16, 2016

    Owhh~ too so sweet😍😍😍
    Sumpah ini keren bangetttt aku sukaaa

    Oh ita btw aku belum pernah baca yg chapternya ya di blog ini? Kenapa? Emang gaada?

    Yapi gpp juga sih. Aku suka sama semua yg ada di library iniiii.

    Terima kasih udah bikin cerita yg luar biasaa😊

    • Oh Marie · October 17, 2016

      Awwwww! Terima kasih untuk komentar yang gak kalah manis iniiii!
      Aku jarang bikin chapter, lebih suka oneshot aja hihi. Tapi ada kok, judulnya ‘About Us’ walaupun itu cuma 2 chapter hehehe.
      Aku seneng banget kalo kamu suka sama ff-ff disini! Sering-sering mampir dan tetep tinggalin jejak kamu yaaa! Sekali lagi terima kasih><

Leave a reply to byunbaek Cancel reply