12

12

 

Sorry for the long waits! Enjoy.

 

**

 

Surin termangu, memangku dagunya dengan telapak tangannya sambil sesekali memperhatikan buku-buku mata kuliahnya yang sebenarnya tidak sama sekali ingin dibacanya itu. Ya, semua buku tersebut juga stabilo serta pulpen yang berserakan dimeja perpustakaan kampus tempat Surin duduk sekarang ini terlihat mendukung kepura-puraan Surin untuk menyibukan dirinya. Selama tiga bulan terakhir ini, gadis berambut hitam pekat itu selalu akan menghabiskan waktunya diperpustakaan seperti sekarang ini, terutama ketika tanggal dua belas dalam kalender tiba. Surin akan tenggelam pada buku-buku mata kuliahnya dan duduk disalah satu kursi perpustakaan itu sampai ia merasa cukup dengan kepura-puraannya untuk mengingat sesuatu. Sesuatu yang baginya spesial namun sepertinya bagi kekasihnya, Oh Sehun, laki-laki bertubuh tinggi dengan kulit putih susu itu tidaklah begitu spesial.

 

Surin mengalihkan pandangannya dari buku tebal yang ada dihadapannya pada layar sentuh ponselnya. Ponsel tersebut menyala sekaligus bergetar, menandai adanya sebuah notifikasi dari aplikasi Kakao Talk miliknya. Surin langsung menyambar ponsel yang tengah tergeletak diatas meja perpustakaan itu kemudian membaca pesan yang mulai membanjiri ponselnya satu per satu. Pesan-pesan yang tidak lain tidak bukan adalah dari ketiga sahabat karibnya, Taerin, Jimi, dan Cheonsa.

 

Hwang Taerin : Surin-a! Happy anniversary yang ke tiga tahun delapan bulan dengan Oh Sehun! Aku baru saja melihat kalender dan setelah mengetahui bahwa hari ini adalah tanggal 12, aku langsung dengan sigap mengingat kalian berdua yang hari ini merayakan hari jadi kalian yang ke tiga tahun delapan bulan. Sungguh tidak terasa!

 

Oh Cheonsa : Oh iya, astaga ini adalah tanggal 12. Selamat hari jadi, Sehun-Surin! Kira-kira apa yang akan Sehun lakukan untukmu ya, hari ini?

 

Park Jimi : Ya, Oh Cheonsa! Jangan berkata seperti itu.

 

Oh Cheonsa : Memangnya ada yang salah dengan ucapanku barusan?

 

Hwang Taerin : Astaga, Cheonsa-ya. Kau memang tidak pernah peka sedari dulu. Memangnya kau lupa dengan kejadian pada bulan-bulan sebelumnya? Selama tiga bulan terakhir ini Sehun kan sudah tidak pernah lagi merayakan hari jadi setiap bulannya seperti dulu. Kalau tidak salah, dimulai dari bulan Mei. Padahal sebelum-sebelumnya, mereka berdua tidak pernah melewati tanggal spesial mereka itu dan pasti akan selalu merayakannya. Entah apa yang terjadi, selama tiga bulan ini Sehun malah seolah lupa bahwa tanggal 12 adalah tanggal hari jadinya dengan Surin. Jadi seharusnya kau tidak perlu mengungkit pertanyaan yang sama seperti satu bulan lalu. Pertanyaan tentang apa yang akan Sehun lakukan untuk hari jadi mereka yang ke tiga tahun delapan bulan ini. Pertanyaan itu malah seakan menjadi pedang yang mengiris hati Surin yang sudah teriris, tahu!

 

Park Jimi : Aish, kalau ini bukan chatting, aku sudah akan menghabisi kalian berdua. Taerin-a, mengapa kau malah memperjelas masalah Surin, sih? Memangnya kau tidak tahu kalau semenjak Surin sadar Sehun sudah tidak pernah lagi merayakan tanggal 12 mereka, Surin memilih untuk menghabiskan waktunya sendiri di perpustakaan kampus sampai tengah malam? Ini sudah terhitung tiga kali tanggal 12 terlewat begitu saja dan itu berarti sudah tiga kali juga Surin seolah menghilang ditelan bumi setiap tanggal 12 tiba, berpura-pura untuk menyibukan dirinya di perpustakaan kampus padahal tujuan utamanya adalah menghindari tanggal 12.

 

Jang Surin : Kalian bertiga sama saja. Bukannya membuat suasana hatiku semakin baik, kalian malah seolah mendiktekan apa yang sekarang ini sedang menjadi permasalahanku. Aish, aku akan benar-benar menghabisi kalian ketika kita bertemu nantinya.

 

Surin menghela napas, menatap lurus-lurus layar sentuh ponselnya itu. Surin berdecak ketika malah bayangan seorang Oh Sehun yang sedang tertawa muncul begitu saja dipermukaan layar ponselnya, seakan laki-laki yang jika tertawa matanya berbentuk seperti lengkungan bulan sabit itu tengah mengolok-oloknya dengan tawa tersebut.

 

Hwang Taerin : Kalau menurutku, Sehun sudah benar-benar keterlaluan tiga bulan terakhir ini. Aku dan Junmyeon saja masih merayakan tanggal jadi kita setiap bulannya. Tanggal tiga kemarin, Junmyeon bahkan membelikanku sebuah gelang berukirkan tanggal jadi kita. Dibulan sebelumnya, ia memberiku satu bucket bunga mawar berukuran besar sampai-sampai kami berdua jadi bahan tontonan dikampus karena besarnya bucket bunga mawar yang diberikan Junmyeon.

 

Park Jimi : Betul sekali. Sehun benar-benar sudah keterlaluan. Ia harusnya tahu bahwa bagi seorang gadis, merayakan hari jadi setiap bulannya itu adalah hal yang paling disukainya. Aku bahkan selalu menunggu-nunggu tanggal jadiku dengan Baekhyun setiap bulannya untuk melihat apalagi yang akan laki-laki itu lakukan untukku. Dari situlah aku tahu bahwa Baekhyun peduli pada hubungan kita dan sangat menyayangiku sampai-sampai ia tidak pernah melewatkan tanggal jadi kita setiap bulannya. Bulan lalu Baekhyun memberiku hiasan seperti tirai untuk pintu kamar yang ia buat sendiri dengan benang wol. Untuk hiasan-hiasan yang ada di benang wol itu, ia buat dari kertas origami. Aku benar-benar tersentuh melihat lipatannya yang awalnya berantakan menjadi sangat rapi itu.

 

Oh Cheonsa : Satu bulan yang lalu Minseok membuatkanku bakpau dengan berbagai macam rasa sebagai pengganti kue tart yang biasanya kita gunakan untuk merayakan hari jadi kita. Hahaha. Bahkan aku lebih menyukai bakpau buatannya dibanding kue tart yang kita beli bersama di toko kue terkenal itu! Tapi Surin-a, laki-laki memang sulit untuk ditebak. Jangan sampai alasan Sehun tidak pernah lagi merayakan hari jadi kalian setiap bulannya selama tiga bulan terakhir adalah karena ia sudah mulai merasa bosan.

 

Surin langsung menahan napasnya ketika membaca kalimat terakhir Cheonsa. Apa mungkin laki-laki itu merasa bosan dengan Surin sehingga selama tiga bulan terakhir ini ia sudah tidak pernah seperti dulu lagi, merayakan hari tanggal jadi mereka setiap bulannya? Apa benar alasannya adalah karena hal tersebut?

 

Surin rasa matanya mulai memanas. Sungguh, Surin tidak mengharapkan Sehun melakukan sesuatu untuknya seperti Junmyeon yang membelikan ini dan itu untuk Taerin pada hari jadi mereka setiap bulannya. Surin tidak mengharapkan Sehun untuk membuatkannya hiasan pintu kamar seperti apa yang dilakukan Baekhyun untuk Jimi. Surin juga tidak mengharapkan Sehun untuk membuatkan Surin masakan yang lezat pada hari jadi mereka seperti apa yang dilakukan Minseok untuk Cheonsa.

 

Surin hanya ingin Sehun mengingat ‘mereka’ setiap tanggal 12, seperti dulu.

 

Hanya itu dan sesederhana itu. Selama tiga bulan terakhir ini Surin berusaha menahannya dan bertingkah seolah tidak terjadi apapun padanya ketika tanggal 12 tiba. Bahkan Sehun sama sekali tidak mengucapkan apapun yang berhubungan dengan tanggal hari jadi mereka. Laki-laki itu seperti secara sengaja membiarkan tanggal 12 yang seharusnya menjadi tanggal yang spesial untuk mereka berdua, lewat begitu saja. Sampai saat ini pun Surin masih menahan perasaan kecewanya, tapi ketika membaca kalimat Cheonsa barusan, Surin merasa sebagian dirinya lenyap begitu saja.

 

Surin hanya tidak tahu bagaimana cara menghadapi hal tersebut kalau saja kenyataan bahwa Sehun sudah bosan dengannya benar-benar terjadi.

 

Hwang Taerin : Ya, Oh Cheonsa! Bicara apa kau ini. Jangan dengarkan dan jangan berpikir yang tidak-tidak, Surin-a. Mungkin kau memang yang harus lebih dulu mengucapkan ‘selamat tanggal 12’ pada Sehun, agar laki-laki itu sadar bahwa bagimu tanggal hari jadi kalian itu sangat penting.

 

Park Jimi : Betul apa yang dikatakan oleh Taerin barusan. Mungkin memang harus kau dulu yang memulainya. Tujuannya adalah hanya untuk mengingatkan Sehun, dan agar laki-laki itu tahu bahwa tiga bulan terakhir ini ia sudah melakukan sebuah kesalahan dengan melupakan tanggal spesial kalian berdua.

 

Surin memijat pelipisnya pelan, merasa beban pikirannya bertambah ketika membaca pesan Taerin dan Jimi barusan. Andai saja gengsi Surin tidaklah begitu tinggi, Surin sudah akan melakukan hal itu sedari tiga bulan yang lalu, ketika Sehun seolah benar-benar melupakan tanggal 12 begitu saja dan membiarkan tanggal tersebut terlewat tanpa ucapan dan perayaan apapun seperti bulan-bulan sebelumnya.

 

Tapi mungkin ini sudah saatnya Surin menyingkirkan perasaan gengsinya yang sangat tinggi itu.

 

Baru saja Surin akan menghubungi Sehun, tiba-tiba layar ponselnya menyala beriringan dengan suara getaran yang tidak begitu keras. Surin langsung memperhatikan nama sang penelepon. Oh Sehun, kekasihnya.

 

“Surin-a!” Belum sempat Surin mengucapkan kata pembuka, suara panik milik Sehun menggema ditelinganya. “Darurat. Ini benar-benar keadaan darurat dan kau harus segera ke apartment-ku untuk membantuku.” Ujar Sehun dengan cepat membuat Surin seketika menegakan tubuhnya, seolah rasa panik yang kini dirasakan Sehun tertular dengan begitu cepat hanya karena mendengar suara laki-laki itu diseberang sana.

 

“Memangnya ada apa? Mengapa kau panik seperti itu?” Tanya Surin akhirnya membuat helaan napas berat Sehun terdengar. “Kakak laki-laki-ku yang pertama menitipkan anak perempuannya yang baru berumur satu tahun padaku. Ia dan istrinya harus pergi ke Jeju untuk mengurus cafe mereka yang rencananya akan mereka buka satu bulan lagi selama dua hari satu malam. Besok pagi ia dan istrinya baru akan menjemput Yera. Ibuku yang awalnya sudah berjanji untuk menjaga Yera tiba-tiba ada urusan mendadak di Busan dengan teman-teman arisannya, dan kakak laki-laki-ku yang kedua sedang berada di Jepang sekarang. Hanya aku yang dapat ia mintai tolong meskipun aku tahu ia ragu untuk menitipkan Yera padaku.” Surin setia mendengarkan sementara suara Sehun diseberang sana terdengar benar-benar frustasi. Suara Yera yang menangis juga dapat Surin dengar dengan jelas. Pasti sekarang gadis kecil itu sedang berada digendongan pamannya yang tidak mahir dalam mengurus anak kecil.

 

“Bagian terburuknya adalah, saat kakak-ku yang merepotkan itu menyerahkan Yera padaku, ia lupa untuk juga menyerahkan tas yang berisi seluruh keperluan Yera sehingga kini aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana. Di dalam tas itu terdapat susu, biskuit dan bubur untuk balita, baju, pempers, alat-alat mandi, bahkan sampai mainan. Tapi dengan bodohnya kakak-ku yang terburu-buru itu hanya menyerahkan Yera padaku tanpa turut menyerahkan tas yang dibawanya. Aku baru menyadarinya ketika ia sudah pergi dari apartment-ku. Aku sempat menyuruhnya untuk kembali namun kau tahu apa yang dikatakannya? Ia benar-benar sedang terburu-buru karena takut ketinggalan pesawat, jadi ia menyuruhku untuk membeli semua keperluan Yera sendiri. Aku benar-benar butuh bantuanmu, Surin-a.”

 

Suara Sehun terdengar samar-samar karena suara tangisan Yera yang begitu keras, membuat Surin mau tidak mau jadi turut khawatir akan keadaan gadis kecil itu.

 

“Usap punggungnya dengan lembut, jangan biarkan Yera menangis lebih lama. Aku akan kesana dalam sepuluh menit.”

 

Surin langsung memutus sambungan teleponnya dengan Sehun, membereskan buku-bukunya, dan segera bergegas menuju apartment Sehun. Meskipun sebenarnya hari ini Surin benar-benar malas bertemu dengan laki-laki yang sampai detik ini belum mengucapkan apapun tentang hari jadi mereka yang ke tiga tahun delapan bulan itu, tapi Surin tetap harus pergi ke apartment laki-laki itu untuk membantunya. Ia harus membantu Sehun karena Surin tahu laki-laki itu tidak akan bisa mengurus Yera sendirian.

 

Paling tidak, Surin harus melakukan ini semua untuk menyelamatkan gadis kecil itu dari pamannya yang tidak tahu apa-apa soal mengurus anak kecil. Dengan terburu-buru, Surin langsung melangkahkan kakinya ke minimarket untuk terlebih dulu membeli biskuit balita sebelum akhirnya pergi ke apartment Sehun.

 

**

 

“Yera-ya, jangan menangis lagi. Penyelamatmu sudah datang.”

 

Surin berderap memasuki ruang tamu apartment Sehun dengan terburu-buru ketika ia mendengar ucapan Sehun barusan yang diikuti dengan tangisan keras gadis kecil itu.

 

Surin langsung menghampiri Sehun yang tampak sedang menggendong Yera. Surin menepuk punggung kecil gadis itu berkali-kali dan mengelus kepalanya dengan lembut guna menenangkannya. Tangisan Yera pun dengan perlahan mulai tidak terdengar membuat Sehun langsung menghela napas lega terutama ketika gadis kecil bernama lengkap Oh Yera itu meletakan dagunya pada bahu kanan Sehun yang lebar.

 

“Untunglah kau sudah disini sekarang. Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus aku lakukan selain menggendongnya.” Sehun berujar seraya mengikuti Surin yang kini tampak tengah meletakan sebuah bungkusan dimeja dapur. Surin membuka bungkusan biskuit khusus balita itu lalu menyerahkannya pada Sehun. Belum sempat bungkusan biskuit itu jatuh ke tangan Sehun, Yera lebih dulu merebut bungkusan biskuit tersebut dan memeluknya. Tangannya yang kecil merogoh bungkusan biskuit itu dan dengan segera ia memakan biskuit berukuran kecil itu dengan lahap, sampai-sampai Sehun dan Surin yang melihatnya merasa gemas dan kemudian tertawa kecil.

 

“Pantas saja dia menangis terus, rupanya dia lapar. Aku akan membuatkannya makanan. Kau sudah makan?” Surin berujar seraya mengecek isi lemari pendingin milik Sehun. Surin memutar bola matanya malas ketika mendapati bahan makanan yang berada di lemari pendingin itu hanya tersisa dua buah apel dan susu kotak rasa pisang yang sepertinya hanya tersisa sedikit.

 

“Itulah mengapa aku tidak dapat melakukan apapun ketika Yera menangis. Tidak ada bahan makanan yang dapat aku masak. Hanya ada beberapa bungkus ramyeon di rak penyimpan makanan. Sebenarnya semua ini adalah salah kakak-ku yang lupa memberiku tas berisi segala perlengkapan milik Yera.” Sehun berujar dengan nada suara yang terdengar seperti orang mengadu. Laki-laki bertubuh tinggi itu tampak tengah membantu Yera memakan biskuit yang ada dipelukannya. Sesekali Sehun membersihkan sudut bibir Yera dengan perlahan membuat Surin yang melihat hal tersebut menjadi gemas sendiri sampai-sampai kini tanpa ia sadari senyuman tersungging di bibirnya. Melihat Sehun menggendong anak kecil adalah salah satu dari banyak hal yang membuat Surin semakin jatuh hati dengan sosok laki-laki itu.

Bahkan Surin rasa, untuk beberapa saat ia melupakan rasa marah dan kecewanya pada Sehun yang melupakan tanggal yang seharusnya spesial bagi mereka. Tapi setelah teringat kembali akan hal tersebut, Sehun merasa perasaan kecewa itu mulai timbul kembali.

“Kalau begitu kita harus segera berbelanja segala keperluan Yera. Sana bersiap-siap.” Surin mengambil alih Yera dari gendongan Sehun membuat Sehun tersenyum kecil. “Terima kasih karena kau sudah mau membantuku. Ah ya, kau tampak cantik hari ini dengan rambut yang kau tata itu. Apa kau habis menghadiri acara resmi? Bahkan kau mengenakan baju terusan.”

Ya, Surin hanya ingin tampil cantik di tanggal 12, tanggal spesialnya dengan Sehun. Meskipun Sehun melupakan tanggal hari jadi mereka tiga bulan terakhir ini, Surin tetap tidak pernah absen merias dirinya setiap tanggal 12 tiba. Surin akan menata rambutnya, dan mengenakan bajunya yang paling manis, berharap kalau-kalau Sehun teringat kembali dengan tanggal hari jadi mereka dan membuatkan Surin sebuah kejutan atau mengajaknya makan malam romantis dengan tiba-tiba, Surin sudah siap dengan tampilannya yang jauh lebih rapi. Meskipun Surin tahu itu hanyalah harapan semata, tapi Surin tetap ingin melakukan hal tersebut. Merias dirinya dan tampil berbeda disetiap tanggal 12.

Surin memperhatikan dirinya sendiri yang kini tengah mengenakan terusan bergaris merah muda yang tampak sangat manis. “Inikan hari yang spesial jadi tidak ada salahnya aku tampil rapi hari ini.” Sindir Surin namun Sehun hanya menautkan alisnya, seolah tengah berpikir keras hari spesial macam apa yang dimaksudkan Surin barusan.

 

“Sudahlah, sana cepat mandi. Kita harus segera membeli perlengakapn Yera.” Ujar Surin seraya mengecup dahi Yera dengan cepat. Yera pun membalas membuat Surin tertawa kecil seraya mengelus punggung kecil Yera yang kini meletakan dagunya pada sebelah bahu Surin. Mulutnya yang kecil masih sibuk mengunyah biskuit.

 

“Ah, ini benar-benar pemandangan paling menyenangkan yang pernah aku lihat.” Sehun tersenyum seraya menghampiri Surin yang sedang menggendong Yera. Sehun mengecup puncak kepala Surin kemudian melakukan hal yang sama dengan puncak kepala Yera. Surin sampai harus diam untuk sesaat, merasa terkejut akan perlakuan Sehun barusan. Sehun memang selalu bisa membuat jantungnya seolah berhenti secara mendadak dengan perlakuannya yang benar-benar manis itu. Surin sampai kembali melupakan rasa marahnya pada Sehun untuk sesaat.

 

“Pamanmu itu memang tidak peka. Sudah disindir tapi tidak juga sadar. Betulkan, Oh Yera?” Yera mengangguk-angguk seolah ia mengerti apa yang Surin maksudkan. Gadis kecil itu mengarahkan biskuit berukuran kecil yang berada ditangannya pada Surin yang langsung memakan biskuit balita itu sambil tertawa kecil membuat Yera tidak lama kemudian melakukan hal yang sama, sampai-sampai kedua mata gadis kecil itu membentuk lengkungan seperti bentuk bulan sabit yang menggemaskan.

 

Walaupun sebenarnya Surin merasa malas bertemu dengan laki-laki tidak peka itu hari ini, tapi hitung saja keberadaannya di apartment Sehun adalah untuk Yera, gadis kecil yang kini masih menunjukan bentuk bulan sabit pada kedua matanya.

 

**

Sehun, Surin, dan Yera kini berada di sebuah supermarket dengan tujuan untuk membeli semua keperluan Yera yang terbawa oleh kedua orang tuanya saat tadi Yera diserahkan pada Sehun. Sehun menggendong Yera dengan satu lengannya sementara tangan kanannya mendorong troli belanjaan. Surin sedari tadi sibuk memasukan beberapa bahan makanan, bumbu, dan sebagainya ke dalam troli. Sesekali tanpa sepengetahuan Surin, Sehun memasukan beberapa makanan ringan kesukaannya padahal Surin sudah melarang Sehun untuk memasukan hal-hal yang tidak berhubungan dengan keperluan Yera. Jadi Sehun hanya pasrah sambil berdecak ketika Surin menaruh kembali makanan-makanan ringan itu ke tempatnya semula dan hanya menyisahkan beberapa bungkus saja.

 

Kini Surin tampak sibuk memasukan beberapa jenis sayuran. “Lebih segar  yang mana? Yang ini atau yang ini?” Sehun melihat dua ikat sayur yang berada di masing-masing tangan Surin. Ia menautkan alisnya membuat Yera yang melihat itu langsung melakukan hal yang sama. Surin tersenyum melihat kedua orang yang tampak bingung itu. “Kalau begitu kita beli saja dua-duanya.” Surin memasukan dua ikat sayur itu ke dalam troli dan berjalan mendahului Sehun yang langsung mengikutinya dari belakang. Surin kini ke deretan lemari pendingin berisi daging dan mulai memilah-milih. Sehun hanya memperhatikan gadis itu seraya mengeratkan gendongannya pada tubuh mungil Yera.

 

“Sehun-a, tolong bungkuskan buah apel itu.” Surin berujar sementara kini tangannya sendiri sudah sibuk memasukan buah jeruk ke dalam plastik bening yang tengah dipegangnya. Setelah itu dengan cekatan, Surin memilih buah semangka sambil memperhatikan ukurannya. Ia memilih buah semangka berukuran cukup besar kemudian memasukan semangka juga plastik bening berisi buah jeruk itu kedalam troli.

 

Sekarang ini bahkan gadis itu sudah memasukan dua buah strawberry yang sudah dikemas rapi ke dalam troli sementara Sehun yang masih menggendong Yera tidak bergeming dari tempatnya. “Tunggu apa lagi? Cepat bungkus apelnya.” Ujar Surin seraya memasukan plastik berisi buah mangga. “Tidakkah kau berpikir ini sudah sangat banyak? Bahkan sepertinya kau memasukan hampir semua jenis sayuran ke dalam troli. Yera hanya menginap di apartmentku untuk satu malam, Surin-a.”

 

“Memangnya kau tidak lihat keadaan lemari pendinginmu yang memprihatinkan itu? Aku serius, Oh Sehun, sesekali kau harus menyempatkan waktu untuk pergi ke supermarket dan membeli bahan makanan untukmu sendiri. Sepertinya kau memang sengaja ingin membuatku khawatir. Lain kali, kalau lemari pendinginmu sudah tidak terisi seperti itu, aku mau kau langsung menghubungiku agar kita pergi bersama ke supermarket untuk mengisinya kembali. Kau mengerti?”

 

Sehun terus memperhatikan Surin dengan senyum yang seakan tidak ingin luntur dari wajahnya. Surin dengan baju terusan bergaris berwarna merah mudanya yang menurut Sehun sangatlah manis kini tengah sibuk memilih daging yang berada di dalam deretan lemari pendingin sambil terus mengoceh tanpa melihat Sehun yang kini benar-benar menaruh seluruh perhatiannya pada gadis itu. Sehun seketika merasa senang karena rasa khawatir Surin terhadapnya. Perhatian dari gadis itulah yang membuat Sehun semakin jatuh hati.

 

Kalau boleh Sehun beritahukan, ini adalah yang pertama kalinya mereka berbelanja keperluan-keperluan rumah tangga bersama. Sehun tersenyum akan pikirannya sendiri. Pikirannya yang mengatakan bahwa gadis yang kini tengah menautkan alisnya dengan serius sambil membandingkan kedua daging yang sudah dikemas itu adalah istrinya. Dan Sehun yang kini tengah menggendong Yera hanya bertugas untuk menemani istrinya itu berbelanja kebutuhan rumah. Seketika Sehun merasa mereka bertiga benar-benar seperti sebuah keluarga kecil. Benar-benar pemikiran yang berhasil membuat Sehun tidak mampu menghentikan senyumannya yang semakin lebar itu.

 

“Mengapa malah memperhatikanku dengan senyuman penuh arti seperti itu? Bukankah aku menyuruhmu untuk membungkus buah apel itu?” Surin berujar membuat Sehun yang sedang larut dalam lamunannya sendiri seketika itu pula tersadar. “Ah ya, benar. Apelnya.” Ujar Sehun seraya berjalan menuju rak buah-buahan yang tempatnya tidak jauh dari tempat Surin berdiri.

 

Sehun memegang plastik bening dengan tangan kirinya yang kini juga tengah ia gunakan untuk menyanggah tubuh Yera yang kini tengah berada dalam gendongannya, sementara tangan kanannya mulai memasukan apel-apel tersebut dengan asal membuat suara decakan dari Surin terdengar. Surin menghampiri Sehun kemudian mengeluarkan kembali apel-apel yang ada di plastik tersebut. “Kau harus memilihnya terlebih dahulu. Jangan langsung ambil saja.” Surin mulai memasukan apel-apel tersebut pada plastik yang masih Sehun pegang.

 

“Surin-a, kau tahu tidak kalau sekarang ini kau benar-benar tampak seperti seorang istri yang baik?” Sehun berujar membuat Surin langsung terbatuk berkali-kali. “Dan aku hanyalah seorang suami yang bertugas untuk menggendong anak sembari menemanimu berbelanja. Ini benar-benar menyenangkan. Benar begitu kan, Yera-ya?” Ujar Sehun sembari memperhatikan wajah Yera yang kini tampak sangat senang terutama ketika Sehun mencapit pelan hidung gadis kecil itu.

 

“Hitunglah ini sebagai simulasi pertama kita.”

 

“Maksudmu?” Surin langsung mengalihkan pandangannya dari rak berisi buah apel itu pada Sehun yang kini tampak sibuk bermain dengan tangan kecil milik Yera. “Simulasi sebelum kita sampai ke tahap itu.” Sehun mengecup cepat puncak kepala Surin membuat Surin langsung memukuli lengan laki-laki yang kini tengah tertawa tanpa rasa bersalah itu. Bahkan kini semua orang yang ada disekitar mereka mulai mencuri-curi pandang sambil tersenyum penuh arti.

 

“Sudah cukup. Bahan makanan semua sudah lengkap. Sekarang, ayo kita beli perlengkapan yang dibutuhkan Yera.” Ujar Sehun seraya mendorong troli belanja yang berada di hadapannya dengan satu tangannya sementara Surin hanya membuntuti laki-laki itu sambil menundukan kepala, takut-takut pipinya yang kini berubah warna menjadi seperti warna tomat matang itu tertangkap oleh Sehun. Padahal Surin berniat untuk mempertahankan rasa marahnya pada Sehun, namun laki-laki itu memang mempunyai kemampuan khusus yang membuat Surin tidak akan pernah bisa marah terlalu lama terhadapnya.

 

“Sehun-a, ambilkan shampoo dan sabun cair khusus bayi yang itu. Aku tidak sampai.”

 

“Sehun-a, ambilkan minyak telon yang itu.”

 

“Sehun-a, jangan lupa pampers untuk balitanya.”

 

“Ah ya, lotion dan juga bedak! Itu, disebelah situ. Ayo kita kesana!”

 

“Haruskah kita membeli peralatan makan khusus untuk anak-anak ini? Warnanya merah dan motifnya benar-benar lucu. Kita beli saja, ya?!”

 

“Karena mainan Yera ada di tas itu dan sekarang Yera jadi tidak punya mainan, ayo kita belikan dia boneka beruang itu.”

 

“Astaga, Oh Sehun! Lihatlah, boneka larva kuning dan merah ini. Lucu sekali, kan? Kita harus membelinya! Untukmu yang kuning dan untukku yang merah. Yera-ya, ini dia kedua teman untuk boneka beruangmu.”

 

“Hampir saja aku lupa! Kita juga harus membelikan Yera sebuah piyama dan satu stel pakaian. Ayo kita lihat-lihat disebelah sana!”

 

Sedari tadi Surin sibuk mengambil ini dan itu, menimbang barang mana yang harus dibelinya, memasukan barang-barang untuk keperluan Yera yang menurutnya penting sampai yang menurut Sehun tidaklah begitu penting seperti celemek untuk Yera makan. Sehun ingin berkata pada Surin bahwa Yera sudah menginjak usia balita dan bukan bayi lagi jadi sebenarnya Yera tidak begitu memerlukan celemek makan untuk bayi itu. Hanya saja antusiasme Surin ketika melihat barang-barang tersebut dan caranya memasukan barang-barang itu kedalam keranjang dengan senyuman bahagianya membuat Sehun tidak ingin menghentikan gadis itu sehingga kini sampailah mereka di bagian pakaian bayi sampai balita untuk membelikan Yera pakaian.

 

“Pakaian terusan akan lebih manis untuk anak perempuan.” Ujar Surin seraya mengambil salah satu terusan bermotif bunga berwarna pastel. “Bagaimana menurutmu? Atau malah lebih bagus yang warna biru langit ini?” Sehun tampak menautkan alisnya ketika Surin menunjukan dua terusan bermotif sama namun memiliki warna yang berbeda. “Yera-ya, kau suka yang mana?” Tanya Sehun dan gadis kecil itu langsung menunjuk ke arah terusan berwarna pastel membuat Surin langsung tersenyum puas. “Kau memiliki selera yang sama denganku rupanya.” Ujar Surin sementara Sehun hanya terkekeh mendengarnya.

 

“Untuk piyamanya, bagaimana kalau piyama lebah ini? Tapi mengapa piyama ini malah seperti kostum untuk bermain drama, ya?” Sehun mengambil satu piyama yang tergantung diantara piyama-piyama yang lain sambil menatapi piyama itu dengan senyuman gemasnya membuat Surin tertawa. “Lucu sekali, kan?” Yera bertepuk tangan membuat Sehun dan Surin akhirnya benar-benar membeli piyama lebah itu.

 

Jika Surin dapat berkata jujur, dari semua kencannya dengan Sehun, kencan kali ini terasa begitu spesial dan berbeda. Seperti yang dikatakan laki-laki bertubuh tinggi itu, Surin merasa seperti seorang istri yang tengah ditemani oleh suami dan anak pertama mereka untuk berbelanja keperluan rumah.

 

Surin benar-benar senang dan jauh di dalam lubuk hatinya yang terdalam, ia berharap ‘simulasi’ ini dapat berubah menjadi yang sebenarnya dengan secepatnya.

 

Lagi-lagi ia berhasil melupakan kesalahan Sehun yang tidak mengingat tanggal spesial mereka yang jatuh tepat dihari itu.

 

**

 

“Hm, wangi masakanmu benar-benar menggugah selera makan. Betulkan, Yera-ya?” Sehun mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk putih yang ia sampirkan dibahunya sementara Surin yang beberapa puluh menit lalu baru juga membilas tubuhnya, hanya tersenyum kecil menanggapi ucapan Sehun barusan. “Yera-ya, kau sudah lapar belum? Astaga, lihatlah keponakan paman yang lucu ini. Piyama lebah ini benar-benar cocok untukmu rupanya.” Sehun menghampiri Yera yang tengah membuka-buka buku cerita yang tadi Sehun belikan untuknya. Sehun mendudukan dirinya disebelah Yera sementara Surin tampak sibuk menata meja makan.

 

Surin tersenyum kala melihat Sehun yang baru selesai membilas diri itu menggendong Yera ke dalam pelukannya lalu mengecup kedua pipi gadis kecil itu. “Karena kau sudah wangi dan paman juga sudah wangi, tidak ada salahnya menghujani pipi menggemaskanmu ini dengan kecupan, kan?” Sehun terus mengecup pipi Yera bergantian membuat gadis kecil itu hanya tertawa sambil memukuli wajah Sehun dengan tangannya yang kecil.

 

“Ayo kita lihat apa yang bibimu buatkan untuk makan malam kita.” Sehun bangkit dari sofa ruang tamu itu seraya menggendong Yera dan menghampiri Surin. Sehun meraih pinggang gadis yang tengah mengaduk bubur dalam sebuah mangkuk berukuran kecil itu membuat Surin langsung tertarik kedalam pelukan Sehun. “Yera-ya, karena bibimu ini juga sudah wangi, apa paman juga harus menghujaninya dengan kecupan?” Sehun bertanya pada Yera yang langsung menganggukan kepalanya antusias.

 

Surin baru saja akan menghindar namun pelukan satu tangan Sehun yang kekar pada pinggangnya tidak dapat membuat Surin menjauh begitu saja dari Sehun. Sehun langsung mengecup kedua pipi Surin bergantian membuat Surin tidak dapat berbuat apa-apa selain larut dalam sengatan listrik yang disampaikan oleh hati dan jantungnya. Melihat ekspresi Surin yang sudah tersipu itu, Sehun menjadi semakin gemas hingga kini ia mengecup puncak kepala Surin lalu mengacak rambut gadis itu dengan rasa sayang.

 

“Aku lapar.” Ujar Sehun membuat Surin hanya tertawa kecil. “Kalau begitu ayo kita makan. Semuanya sudah aku siapkan.” Sehun langsung mengangguk dan mendudukan dirinya pada salah satu kursi yang berada dibelakang meja makan berbentuk persegi itu. “Ah, kita lupa membeli kursi makan untuk Yera. Tidak mungkin ia duduk di kursi makan ini. Ia tidak akan dapat menggapai makanannya sendiri.” Sehun berujar seraya mendudukan Yera pada pangkuannya. “Kalau aku pangku seperti ini, malah aku yang tidak bisa makan.” Surin tersenyum kemudian mengambil alih piring Sehun juga mangkuk kecil berisi bubur milik Yera.

 

“Kalau begitu, biar aku yang membantu kalian berdua. Buka mulutmu.” Surin mengarahkan sendok makan kepada Sehun yang langsung menurut. Setelah itu Surin beralih pada sendok kecil yang berada di mangkuk berisi bubur itu kemudian mengarahkan sendok tersebut pada Yera. “Sekarang giliranmu, Yera-ya. Ayo buka mulutmu.” Surin berujar sembari tersenyum kecil ketika Yera langsung menurut. Gadis kecil itu bahkan bertepuk tangan senang membuat Sehun dan Surin yang melihatnya hanya tertawa gemas menanggapi.

 

“Surin-a.” Panggil Sehun membuat Surin yang kini tengah mengarahkan sendok kecil pada Yera itu hanya bergumam, menjawab. “Kau tahu sekarang tanggal berapa?” Tanya Sehun dan seketika Surin langsung mengarahkan padangannya pada Sehun, berharap laki-laki itu akan mengingat bahwa tanggal hari ini bukanlah tanggal biasa.

 

“Kau mengingatnya?” Tanya Surin membuat Sehun langsung menautkan kedua alis matanya yang tegas, seolah mempertanyakan apa maksud ucapan Surin barusan. “Bukankah justru selama tiga bulan ini kau yang melupakan tanggal spesial kita?” Surin membelakan matanya dengan tidak percaya. “Maksudmu?”

 

“Iya, selama tiga bulan ini kau seolah selalu sibuk sendiri setiap tanggal 12. Aku pikir kau melupakannya jadi aku tidak pernah mengungkit soal peringatan hari jadi atau semacamnya.” Surin tertawa tidak percaya mendengar ucapan Sehun barusan.

 

“Bukankah kau yang tidak mengucapkan apapun ditanggal 12 tiga bulan yang lalu? Sejak itu, aku pikir tanggal 12 bukanlah lagi tanggal spesial untukmu jadi ya, aku berusaha untuk menyibukan diri agar aku juga dapat melupakan tanggal 12 seperti kau melupakan tanggal tersebut dengan mudahnya.” Surin berujar sarkastik. Entah mengapa ucapan Sehun barusan berhasil memancing emosinya. Selama tiga bulan terakhir ini Surin harus menahan emosinya, mengira bahwa Sehun melupakan tanggal spesial mereka tapi ternyata Sehun malah menyangka justru dirinyalah yang melupakan tanggal 12?

 

“Ah, jadi semua ini bermula karena tanggal 12 tiga bulan yang lalu itu. Hari itu aku rencananya ingin mengajakmu makan malam romantis hanya saja aku tertidur karena sesuatu. Tunggu disini sebentar.” Sehun menyerahkan Yera pada Surin kemudian berjalan menuju kamarnya.

 

Tidak lama setelah itu Sehun kembali dengan sebuah syal merah yang dirajut dengan benang wol tebal. Sehun menyerahkan syal tersebut pada Surin kemudian mengambil alih Yera sebelum akhirnya ia kembali menempatkan diri ditempatnya semula. Surin hanya memandangnya dengan tatapan tidak mengerti.

 

“Tanggal 12 tepatnya tiga bulan yang lalu, aku mengerjakan syal itu seharian sampai akhirnya aku malah tertidur dan tidak jadi mengajakmu makan malam. Saat itu aku melihat ponsel dan tanggal sudah berganti menjadi tanggal 13. Betapa kecewanya aku karena kau tidak mengucapkan apapun untuk hari jadi kita. Setelah dari kejadian itu, aku berpikir bahwa kau melupakan tanggal 12. Pemikiran itu semakin kuat karena dibulan-bulan berikutnya kau tampak selalu sibuk dan bahkan tidak menghubungiku sama sekali setiap tanggal 12 tiba. Akhirnya aku memutuskan untuk menyimpan syal itu sendiri sampai sekarang ini.”

 

Surin tidak bisa mengalihkan pandangannya dari syal merah yang kini berada ditangannya. Rupanya semua hanyalah salah paham. Rupanya Sehun tidak melupakan tanggal spesial mereka selama tiga bulan terakhir ini. Surin menitikan satu air matanya ketika melihat rajutan huruf ‘SS’ yang berantakan diujung syal berwarna merah tersebut.

 

“Aku pikir kau melupakan hari jadi kita karena pada saat itu kau juga tidak menghubungiku sama sekali. Aku tidak tahu kalau ternyata saat itu kau sedang membuatkanku sebuah syal rajut.” Surin berujar membuat Sehun hanya menghela napas sambil tersenyum kecil.

 

“Semua adalah salahku karena saat itu aku tertidur. Kalau aku tidak tertidur, kita tidak akan terlibat dalam kesalahpahaman yang berkepanjangan seperti sekarang ini. Aku harap kau mau menerima syal itu sebagai tanda permintaan maaf dariku.” Ujar Sehun seraya mengacak rambut Surin membuat gadis itu tersenyum senang.

 

“Tidak, tidak ada yang perlu meminta maaf. Terima kasih karena sudah tidak melupakan tanggal 12.” Ujar Surin dengan senyuman yang seakan tidak ingin luntur dari wajahnya. Surin mengelus tangan Sehun yang kini tengah mengusap pipi kanannya.

 

“Mamam! Mamam!” Yera berseru membuat Sehun dan Surin langsung menatapnya dan kemudian tertawa bersama. “Baiklah gadis manis, ayo buka mulutmu.” Surin mengarahkan sendok kecil ke arah Yera namun Sehun dengan cepat menyambarnya membuat Yera langsung berseru tidak terima. “Aish, dasar bayi besar yang jahil.” Ujar Surin sembari sibuk mendiamkan Yera yang kini sudah merengek sementara Sehun hanya tertawa terbahak, merasa tidak bersalah sama sekali.

 

Surin terus menyuapi Sehun dan Yera bergantian. Pada saat suapan yang terakhir, Yera menolaknya membuat Surin harus membujuk gadis kecil itu namun ternyata usaha tersebut tidak membuahkan hasil. Sampai akhirnya Sehun harus merangkak, mengitari meja makan sebanyak dua kali sambil menirukan suara kuda dengan Yera yang duduk diatas pinggangnya, barulah Yera mau menyantap suapan terakhirnya. Surin bahkan tidak dapat berhenti tertawa menyaksikan hal yang baginya lucu tersebut.

 

Mungkin penyebab Surin tidak bisa berhenti tertawa bukan hanya karena Sehun yang harus menjadi seekor kuda agar Yera mau menghabiskan makan malamnya, tapi karena sebab lain yang membahagiakan.

 

Dan sebab itu adalah karena kini ia tahu bahwa Sehun tidak pernah sekalipun melupakan tanggal 12, tanggal yang spesial bagi mereka.

 

**

 

“Kau yakin tidak mau aku antar pulang?” Tanya Sehun pada Surin yang kini sibuk memotong buah-buahan di dapur. “Tidak perlu. Kita tidak mungkin meninggalkan Yera yang sedang tidur itu sendirian. Ah, Sehun-a, jangan lupa besok pagi beri saja Yera biskuit khusus balitanya dan juga buatkan dia jus apel yang teksturnya benar-benar lembut. Kau juga jangan lupa memakan buah-buahan yang sudah aku potong ini untuk sarapanmu besok. Jam berapa Yera dijemput?”

 

Surin berujar panjang lebar membuat Sehun yang kini tengah bersandar pada tembok dan memperhatikannya sedari tadi, langsung menghampiri gadis itu dan berdiri tepat disebelahnya. “Yera akan dijemput pagi hari, jadi kau jangan khawatir. Aku akan melakukan semua yang sudah kau instruksikan.” Surin tersenyum sembari mengacungkan kedua jempolnya pada Sehun. “Kalau begitu aku pulang dulu.” Ujar Surin setelah ia meletakan buah-buahan yang sudah dipotongnya pada lemari pendingin.

 

Sehun membuntuti Surin yang kini berjalan menuju pintu keluar. Bahkan laki-laki bertubuh tinggi itu membuntuti Surin sampai gadis itu berada di depan pintu lift yang masih tertutup, sedang dalam perjalanan menuju lantai tujuh, tempat apartment Sehun berada. “Sudah sana kembali ke apartmentmu dan temani Yera tidur. Kalau ia terbangun bagaimana?” Surin mendorong Sehun namun laki-laki yang kini tengah memasukan kedua tangannya ke dalam celana trainingnya itu tidak mau menurut dan hanya memperhatikan Surin, seolah ada sesuatu yang belum dikatakannya.

 

“Apa lagi?” Tanya Surin seolah dapat membaca ekspresi Sehun.

 

Pintu lift terbuka, menampilkan sisi dalam lift yang kosong. “Ah, liftnya sudah sampai. Aku pulang dulu, ya. Sampai jumpa besok dikampus.” Ujar Surin kemudian gadis itu bergegas memasuki lift tersebut. Baru saja pintu lift tersebut hampir tertutup, tiba-tiba Sehun menahannya dan turut masuk ke dalam lift tersebut.

 

“Kau melupakan hadiahmu untuk tanggal 12 ini.” Ujar Sehun membuat Surin menautkan kedua alisnya, tidak mengerti. “Bukankah hadiahku adalah syal buatanmu ini? Tidak usah yang lain. Kenyataan bahwa kau tidak melupakan tanggal 12 saja sudah sangat membahagiakan untukku.” Ujar Surin beriringan dengan tertutupnya pintu lift tersebut. Sehun menahan tangan Surin yang hendak menekan tombol lift dan menggantikan Surin untuk menekan tombol lift itu. Hanya saja bukannya menekan tombol yang akan mengarahkan lift tersebut menuju lobby, Sehun malah menekan tombol lantai 27, lantai teratas apartment tersebut.

 

“Ya! Mengapa kita malah ke atas? Aku harus pulang Oh Sehun, sekarang sudah pukul 11 malam. Aish.” Surin memijat pelipisnya ketika lift tersebut mulai bergerak ke atas.

 

“Kan aku sudah bilang padamu bahwa kau melupakan hadiahmu untuk tanggal 12 ini. Kau harus segera mengambilnya.” Ujar Sehun membuat Surin lagi-lagi hanya menautkan alisnya, tidak mengerti. “Hanya sekedar informasi, lantai 7 menuju lantai 27 itu lumayan lama. Sekitar 5 menit? Atau 7 menit? Apalagi kalau dari lantai 27 menuju lobby. Hm, 10 menit bisa saja? Atau malah lebih, ya?” Sehun menarik syal merah yang kini Surin kenakan dilehernya membuat tubuh Surin langsung menubruk tubuh Sehun dengan gerakan secepat kilat sampai-sampai punggung Sehun menabrak dinding lift tersebut.

 

“Jam masih menunjukan pukul 11, itu berarti kau masih belum terlambat untuk menerima hadiah tanggal 12-mu.” Sehun menarik syal merah yang Surin kenakan guna memperkecil jarak diantara mereka. Surin menahan napasnya ketika ia merasakan ujung hidungnya menyentuh ujung hidung Sehun. Segeromobol kupu-kupu seolah terbang melayang didalam perutnya, menimbulkan efek seolah perutnya benar-benar diremas dan juga efek tidak baik bagi jantungnya yang seolah ingin melompat saat itu juga terutama ketika kedua manik mata cokelat pekat milik Sehun masih betah menatap kedua manik mata miliknya.

 

“Selamat tanggal 12, Jang Surin.”

 

Sehun lagi-lagi menarik syal tersebut sampai akhirnya jarak diantara mereka benar-benar terhapuskan. Surin meremas ujung baju Sehun ketika laki-laki bertubuh jauh lebih tinggi darinya itu memperdalam tautan bibir mereka.

 

Lift terus berjalan naik menuju ke lantai 27 dan Surin tidak dapat berpikir ataupun sekedar membayangkan bagaimana nasib jantungnya yang terus berdebar kencang sedari tadi ketika nantinya mereka sudah sampai lantai 27, namun laki-laki yang hampir membuatnya gila ditempat itu malah menekan tombol yang akan mengarahkan lift tersebut menuju lobby. Surin juga tidak tahu bagaimana nasibnya kalau sampai pintu lift tersebut terbuka oleh orang yang akan memakainya.

 

Sehun benar-benar sudah berhasil melumpuhkan seluruh saraf yang ada diotak Surin dalam sekejap, sampai-sampai Surin tidak dapat berpikir apapun selain kalimat yang sedari tadi terus berputar memenuhi kepalanya.

 

Selamat tanggal 12, Oh Sehun.

 

-FIN.

 

Seharusnya di post tanggal 12 Agustus kemarin huhu. Sorry for late update! Banyak sekali yang harus dilakuin disekolah akhir-akhir ini.

Asik banget ya EXO bikin repackage album, Lotto! Suka banget astaga sama lagunya dan choreonya! Sehunnya juga ganteng abisss. Nih juga Kyungsoo pake acara makin ganteng segala duh hatiku cuma satu gabisa kalo dibagi-bagi mas ((HAHAHA. Abaikan))

Jadi, gimana nih ff ini? Semoga tidak membosankan dan semoga kalian suka, ya! (ps: gakuat saya ngetik endingnya tq)

Sekali lagi sorry for the waits! See you on the next ff. xoxo

 

 

 

13 comments

  1. izzatuljannah1404 · August 22, 2016

    Sweet banget sihh nih kopel, aku juga mau hunn wkwk
    Ohyaampun, ohmarie99 udha 3 minggu ga update, alu tungguim lohh wkwk
    Tapi ga papa, akhirnya comeback juga sama cerita keren kek bgini wkwk. Suka banget dehh sama nih kopel
    Btw itu yg lotto, njirr sehunnya keren gilaaa, gantengnya makin kerasa wkwkw
    Keep writing yaa”, aku slalu nunggu kooo
    Salam XD

    • Oh Marie · August 23, 2016

      HAIIIIIII!
      Aw aw aw aw makasih banyak udah suka sama ff ini yaaaaa huhu makasih juga udah suka sama hunrin yang selalu menebar kemesraan dimana dan kapan saja(?) wkwk
      Iya yaampun udah tiga minggu gara-gara banyak tugas nih jadi ga sempet yang lain-lain dulu huhu kangen liat komen kamu! Makasih ya udah mau kirim komen lagi!!!

      BANGET BANGET BANGET! Sehun di Lotto parah banget itu gantengnya astaga minta dibawa ke KUA banget ya ish. Hihihihi terima kasih untuk supportnya ya! Jadi makin semangat deh! See you on the next ff!<3

  2. destiany · August 24, 2016

    Yeee akhirnya update jugaa yuhuuu ^.^ aku udah nunggu dari lama
    sehun lucu kalau udah gendong yera gimana ya kalau asli ya hehe , surin nya juga kayaknya udah pantes jadi ibu
    sehun baru ingat itu udah tanggal 12, dan makin hari pasangan ini makan romance >,< di tunggu yaa di next story ^.^

    • Oh Marie · August 28, 2016

      HALOOOOO!
      Aaaaaa! Makasih banyak untuk komen manis ini ya><
      Asdfghjkl aku gabisa bayangin betapa gemesnya Sehun kalo dia gendong anak kecil huhuhu pasti lucu banget ya TuT

      Hihi sekali lagi terima kasih untuk komentarnya! Sampai jumpa di ff selanjutnya<3 wajib stay tune!

  3. rahsarah · September 1, 2016

    setelah bolak balik ke blog ini akhirnya ada yg baruu dan itu selalu couple fav hunrin ♥
    ya ampun ternyata sehun ketiduran gara2 buat syal untuk surin ya ampunn hunn manis bnget si hun *langsungtariksehunkelift hahah

    itu surin masih napas ga keluar dari lift? jantungnya msh berdetak ga tuh?
    si sehun di mv lotto pas bagian ngeliuk2 gtu jadi pengen ikutan (?) kacau parah si sehun ganteng bngettt

    • Oh Marie · September 3, 2016

      Hallo kak Saraaaaaah♥ terima kasih sudah mau berkunjung lagi ya kak><
      Iya ih Sehun manis bangeeeeeet gak disemutin apa ya tuh orang huhu.
      Waduh waduh langsung pingsan kali tuh si Surin pas keluar dari lift HAHAHAH.
      PARAAAAAH emang dia mah selalu ganteng kapanpun dimanapun dalam kondisi apapun hahaha.
      Sekali lagi terima kasih kak Sarah sudah mau mampir, baca, dan ninggalin komen! Wajib stay tune untuk project selanjutnya ya kak♥

  4. nurulaini · September 4, 2016

    selalu sweet dan bikin hati berbunga” tiap memmbaca cerita kamu 🙂
    walaupun aq smpet terharu dan malah mewek jg sih, pas adegan sehun nyerahin syalnya dimeja makan…. kata” yg mereka brdua ucapkan, berhasil mmbuat aq merasakan apa yg juga mereka berdua rasain.
    kesalahpahaman yg berkepanjangan emang bikin nyesek 😥 aq emg cengeng huhuhu…
    baru baca kata” gitu aja lgsg nangis 😥

    tapi aq puas bgt sama ending nya yg sweet bingitz….
    ah aq makin lope…lope ama pasangan ini 🙂
    sehun-surin long last ya….jangan ada salah paham lagi 🙂
    kalian berdua the best couple favorit aq soalnya ^__^

    oh iya mv lotto emang keren bgt, aq suka bgt ama coreonya….
    apalagi yg dance solo sehun… aduh sexy bgt dah…
    nie maknae emg selalu menggoda dan keren abiz 🙂

    • Oh Marie · September 7, 2016

      AAAAAAAAAAAA Makasih banyak buat komentar super duper mega manis iniiiii! Sampe diabetes aku bacanya hahahaha.
      Seneng banget deh kalo ternyata ‘rasa’ dari ff ini nyampe ke kamu!!
      Sekali lagi terima kasih banyak ya! Wajib stay tune untuk next project<3

      ASTAGA IYA PAS SEHUN SOLO DANCE DIA GANTENG ABISSSS. Gakuat deh liatnya huhu. Yuk culik bareng-bareng yuk buahaha.

  5. alissa · September 21, 2016

    Woohoo~~ akhirnya comeback juga 😍. Kangen:). Seneng banget pas mampir kesini lagi eh udah ada ff baru aja😋.
    Yaampunnn kapan sih kelakuan mereka tuh yang gk bikin baper??? 💘 sweet abis lah👍. Jjang🙆
    Btw boleh tau gk umrnya berapa? Soalnya gk enak aja manggil author kayak gimanaa gitu😁, kalo manggil kamu tapi ternyata lebih tua kan gk enak juga, gk sopan:). Boleh kan??
    Keep writing ne~✊. Fighting!. Ditunggu next ff nya

    • Oh Marie · September 27, 2016

      HALOOOO! Aku senenggggg banget liat kamu di notif komen (meskipun telat banget) wkwk.
      Syukur banget kalo kamu suka sama ff nya hihi. Wajib ditunggu ya ff selanjutnyaaaa!

      Boleh banget buat pembaca setia mah apa yang engga *asik* wkwk. Aku baru 17 tahun hihi. Panggil apa aja boleh kok gapapaaaa:)

      Terima kasih untuk semangatnya yaaaa! Wajib banget ditunggu next ffnya ya :p terima kasih karena sudah mau baca dan ninggalin jejak kamuuu!

  6. Mutia Ananda · November 13, 2016

    Kamu kayaknya suka sehun banget nih yaa 😆
    Lain kali bolehlah bikin cerita romance tentang kyungsoo hehe😁😆

  7. byunbaek · January 12, 2017

    Greget banget sih woy 😦 iiihhhhhhh endingnya yaampun manis bngt pengen ihhhhhhh. Author seneng banget sih bikin readersnya iri ih 😦

    • Oh Marie · January 15, 2017

      Dagdigdug serrrrrrrr ngetik endingnya HUAHAHAHHA. Seneng banget kalo ff ini berhasil bikin kamu greget huweeee. Makasih banyak ya udah mau baca. Sini sini uuuu tayank tayank(?)

Leave a reply to nurulaini Cancel reply